Analisis Evaluasi Kinerja Pelabuhan Tol Laut Logistik Pada Trayek T-14 Tanjung Perak - Larantuka - Lewoleba - Kalabahi Dalam Menekan Disparitas Harga

Mawikere, William Aldrian Imanuel (2023) Analisis Evaluasi Kinerja Pelabuhan Tol Laut Logistik Pada Trayek T-14 Tanjung Perak - Larantuka - Lewoleba - Kalabahi Dalam Menekan Disparitas Harga. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6012211004-Master_Thesis.pdf] Text
6012211004-Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 September 2025.

Download (10MB) | Request a copy

Abstract

Program tol laut adalah program yang diresmikan pada tanggal 4 November 2015 oleh Menteri Perhubungan, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, serta Menteri Perdagangan. Program tersebut merupakan solusi yang diberikan pemerintah untuk mengurangi disparitas harga yang terjadi antara pulau Jawa dan daerah di kawasan timur Indonesia. Tol laut bertujuan untuk menjangkau dan mendistribusikan logistik ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan dengan pelayanan kapal yang teratur, terencana, dan berkelanjutan. Pelabuhan merupakan suatu sarana penting yang menopang berjalannya program tol laut serta menjadi pintu masuk pertama roda perekonomian di daerah 3TP yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun sampai pada tahun ketujuh program ini berjalan, tol laut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap disparitas harga di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Pelabuhan sebagai jembatan yang berperan menghubungkan kesetaraan antar daerah, perlu dievaluasi sebagai sebuah bentuk pengukuran parameter tolok ukur keberhasilan suatu pelabuhan dalam menjalankan program tol laut tersebut. Penelitian ini mengevaluasi pelabuhan yang menjalankan program tol laut dilihat dari tinjauan standar kinerja pelayanan operasional di pelabuhan meliputi utilitas fasilitas di dermaga yaitu Berth Occupancy Ratio (BOR), Shed Occupancy Ratio (SOR), Yard Occupancy Ratio (YOR) dan kinerja pelayanan kapal meliputi produktivitas kapal (B/S/H) dan efektivitas kapal (ET:BT) dalam melakukan kegiatan bongkar muat petikemas di dermaga. Penelitian ini juga mengevaluasi dari tinjauan ekonomi yaitu perubahan yang diberikan tol laut terhadap nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) pada barang kebutuhan pokok. Dari hasil penelitian ini, diperoleh kondisi Pelabuhan Larantuka terdapat beberapa fasilitas yang perlu diperhatikan yaitu dermaga, trestle, lapangan penumpukan, terminal penumpang, jalan akses pelabuhan, area kerja daratan, gardu jaga, pos KPP, area parker, pagar tembok, talud/breakwater. Pada Pelabuhan Lewoleba fasilitas yang perlu diperhatikan berupa dermaga, trestle, jetty, terminal penumpang, pagar pelabuhan, dan lampu penerangan pelabuhan. Pada Pelabuhan Kalabahi, fasilitas yang perlu diperhatikan adalah pagar pelabuhan, lapangan penumpukan, jalan ke dermaga, dan gudang. Pada hasil evaluasi kinerja pelabuhan diperoleh rata – rata nilai BOR pada Pelabuhan Larantuka tahun 2021 dan 2022 mencapai 45.48% dan 51.90%. Sedangkan nilai YOR tahun 2021 dan 2022 mencapai 159.44% dan 107.05%. Hal ini mengindikasikan tingkat penggunaan dermaga baik sedangkan tingkat penggunaan lapangan penumpukan kurang baik karena beada di atas standar kinerja yang ditentukan. Nilai BOR Pelabuhan Lewoleba tahun 2021 dan 2022 mencapai 597.99% dan 640.12%. Sedangkan nilai YOR tahun 2021 dan 2022 mencapai 287.32% dan 283.34%. Hasil menandakan bahwa pencapaian kinerja penggunaan dermaga dan lapangan penumpukan kurang baik. Untuk Pelabuhan Kalabahi, nilai BOR tahun 2022 mencapai 58.82% dan nilai YOR 17.13%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pencapaian kinerja penggunaan dermaga dan lapangan penumpukan adalah baik. Dari hasil evaluasi kinerja pelayanan kapal tol laut, pada Pelabuhan Larantuka waiting time kapal pada tahun 2021 dan 2022 mencapai 1.60 dan 1.15 jam yang dimana indikator kinerjanya baik karena berada di bawah standar waiting time yang ditentukan. Kemudian produktivitas bongkar muatnya 0 B/S/H yang artinya kapal dapat mengangkut 1 kontainer dalam waktu lebih dari 1 jam. Dan indikator efektivitas (ET:BT) pada tahun 2021 dan 2022 mencapai 34.07% dan 29.26% yang berarti efektivitas kapal dalam bongkar muat kinerjanya kurang baik karena belum mencapai standar yaitu 57%. Pada Pelabuhan Lewoleba, indikator waiting time tahun 2021 dinyatakan kurang baik dengan nilai WT 2.8 jam sedangkan tahun 2022 mendapat indikator baik karena nilai WT berada di bawah standar yaitu 1.92 jam. Produktivitas bongkar muat pada tahun 2021 dan 2022 memperoleh hasil kurang baik karena kapal hanya mampu melayani 2 dan 3 B/S/H. Efektivitas bongkar muat kapal pada tahun 2021 dan 2022 memperoleh kinerja yang baik dengan nilai 57.52% dan 70.33% karena berada di atas nilai standar. Dan pada Pelabuhan Kalabahi indikator waiting time tahun 2022 adalah 0 dengan kinerja baik. Sedangkan nilai produktivitas mencapai 8 B/S/H dengan kinerja kurang baik karena tidak mencapai standar. Dan untuk efektivitas bongkar muat mendapat kinerja kurang baik dengan nilai 34.89%. Berdasarkan hasil evaluasi dari tinjauan ekonomi menggunakan metode IHK, tol laut belum memberikan dampak terhadap penurunan harga kebutuhan pokok. Komoditas yang masih mengalami kenaikan indeks harga yaitu beras premium (beras jeruk), gula pasir, minyak goreng kemasan premium (bimoli kemasan botol), minyak goreng kemasan sederhana (lavenia kemasan plastik), daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah keriting, cabai rawit merah, dan bawang putih honan. Kenaikan harga yang masih terjadi secara positif dipengaruhi oleh jarak antar daerah dan fluktuasi harga barang pokok di Surabaya. Namun tol laut berdampak positif terhadap penurunan harga beras medium (beras bulog) di Larantuka dengan penurunan nilai IHK sebesar 94.84% dari tahun dasar dan penurunan indeks harga di Kalabahi sebesar 91.74%.
====================================================================================================================================
The sea toll program is a program inaugurated on November 4, 2015 by the Minister of Transportation, Coordinating Minister for Maritime Affairs and Resources, and Minister of Trade. The program is a solution provided by the government to reduce price disparity that occurs between the island of Java and regions in eastern Indonesia. Sea tolls aim to reach and distribute logistics to disadvantaged, remote, outermost, and border areas with regular, planned, and sustainable ship services. The port is an important facility that supports the running of the sea toll program and is the first entrance to the economy in the 3TP area which is experiencing slowing economic growth. However, until the seventh year of this program, sea tolls have not had a significant impact on price disparity in Eastern Indonesia (KTI). The port as a bridge that plays a role in connecting equality between regions needs to be evaluated as a form of measuring the benchmark parameters of the success of a port in carrying out the sea toll program. This study evaluates ports that run sea toll programs in terms of a review of operational service performance standards at ports including utility facilities at docks, namely Berth Occupancy Ratio (BOR), Shed Occupancy Ratio (SOR), Yard Occupancy Ratio (YOR) and ship service performance including ship productivity (B/S/H) and ship effectiveness (ET: BT) in carrying out container loading and unloading activities at the dock. This study also evaluates from an economic review, namely the changes given by sea tolls to the value of the Consumer Price Index (CPI) on basic necessities. From the results of this study, it was obtained that the condition of Larantuka Port has several facilities that need to be considered, namely docks, trestles, stacking fields, passenger terminals, port access roads, mainland work areas, guard substations, KPP posts, parking areas, wall fences, talud/breakwater. At Lewoleba Port the facilities that need attention are piers, trestles, jetties, passenger terminals, harbor fences, and port lighting. At Kalabahi Port, facilities that need attention are harbor fences, stacking fields, roads to the pier, and warehouses. In the results of the port performance evaluation, the average BOR value at Larantuka Port in 2021 and 2022 reached 45.48% and 51.90%. Meanwhile, the YOR value in 2021 and 2022 reached 159.44% and 107.05%. This indicates that the level of dock usage is good while the level of stacking field use is not good because the level is above the specified performance standard. The BOR value of Lewoleba Port in 2021 and 2022 reached 597.99% and 640.12%. Meanwhile, the YOR value in 2021 and 2022 reached 287.32% and 283.34%. The results indicate that the achievement of dock use performance and stacking fields is not good. For Kalabahi Port, the BOR value in 2022 reached 58.82% and the YOR value was 17.13%. These results indicate that the performance of dock use and stacking field is good. From the results of the evaluation of the performance of sea toll ship services, the ship's waiting time at Larantuka Port in 2021 and 2022 reached 1.60 and 1.15 hours, which is a good performance indicator because it is below the specified waiting time standard. Then the loading and unloading productivity is 0 B / S / H which means the ship can transport 1 container in more than 1 hour. And the effectiveness indicator (ET: BT) in 2021 and 2022 reached 34.07% and 29.26%, which means that the effectiveness of ships in loading and unloading performance is not good because it has not reached the standard of 57%. At Lewoleba Port, the waiting time indicator in 2021 was declared unfavorable with a WT value of 2.8 hours while in 2022 it received a good indicator because the WT value was below the standard of 1.92 hours. The productivity of loading and unloading in 2021 and 2022 obtained poor results because the ship was only able to serve 2 and 3 B/S/H. The effectiveness of loading and unloading ships in 2021 and 2022 obtained good performance with values of 57.52% and 70.33% because they were above standard values. And at Kalabahi Port, the waiting time indicator in 2022 is 0 with good performance. While the productivity value reaches 8 B / S / H with poor performance because it does not reach the standard. And for the effectiveness of loading and unloading, it gets less good performance with a value of 34.89%. Based on the evaluation results from an economic review using the CPI method, sea tolls have not had an impact on reducing the price of basic necessities. Commodities that still experienced an increase in the price index were premium rice (orange rice), granulated sugar, premium packaged cooking oil (bimoli bottle packaging), simple packaged cooking oil (plastic packaging lavenia), purebred chicken meat, purebred chicken eggs, curly red chili, red cayenne pepper, and honan garlic. Price increases that still occur are positively influenced by distances between regions and fluctuations in the prices of basic goods in Surabaya. However, the sea toll road had a positive impact on the decline in the price of medium rice (bulog rice) in Larantuka with a decrease in CPI value by 94.84% from the base year and a decrease in the price index in Kalabahi by 91.74%...

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Tol Laut, Disparitas Harga, Evaluasi, Kinerja Pelabuhan, Indeks Harga Konsumen Sea Toll, Price Disparity, Evaluation, Port Performance, Consumer Price Index
Subjects: H Social Sciences > HE Transportation and Communications
H Social Sciences > HE Transportation and Communications > HE564.A1 Shipping
T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22101-(S2) Master Thesis
Depositing User: William Aldrian Imanuel Mawikere
Date Deposited: 02 Aug 2023 04:07
Last Modified: 02 Aug 2023 04:07
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/101696

Actions (login required)

View Item View Item