Mahira, Eka Diana (2023) Keberlanjutan Makna Budaya Kawasan Perkotaan Bersejarah di Gianyar. Doctoral thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
08111860010003 - Dissertation.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 April 2026. Download (12MB) | Request a copy |
Abstract
Fenomena globalisasi menyebabkan perubahan fisik, sosial, dan budaya dalam kawasan perkotaan, mengancam identitas dan keberlanjutan lingkungan perkotaan bersejarah. Di sisi lain, makna budaya diakui penting dalam melestarikan identitas perkotaan. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang mampu mengakomodasi penyelidikan makna dan lingkungan fisik perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan gagasan terkait keberlanjutan makna budaya dalam konteks dinamisasi perkotaan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis typo-morfologi, semiotika, dan komparatif. Kehadiran representasi fisik kota, sejarah, unsur lokalisme, dan modernisme dalam proses semiosis memberikan narasi berbeda pada makna budaya. Gianyar mewakili kawasan perkotaan bersejarah, memiliki konotasi dengan globalisme akibat pariwisata. Beng, Bitera dan Gianyar dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki hubungan historis yang mewakili karakteristik tempat yang berbeda. Penelitian mengidentifikasikan adanya karakteristik morfologi khas sebagai ketetapan struktural perkotaan dalam dua pola, yaitu desa adat dan pusat. Kedua pola ini memiliki atribut fisik yang memiliki keterikatan dengan masyarakatnya, bertahan, serta berkelanjutan, atau dengan kata lain bersifat fixedness dan permanancy. Atribut fisik ini tidak hanya sebagai titik awal jaringan, namun juga sebagai penanda (isyarat) lingkungan dengan makna yang berperan dalam membentuk identitas perkotaan. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bahwa atribut fisik perkotaan Gianyar mencerminkan makna ruang simbolik dalam kerangka kosmologi. Atribut perkotaan ini merupakan material budaya yang membentuk ruang budaya dengan landasan agama, tradisi, dan adat. Ketiga kerangka budaya ini merupakan DNA budaya perkotaan yang membangun spirit ruang perkotaan itu sendiri. Keberadaan ketiganya menciptakan lokalisme sebagai representasi makna tradisional (makna budaya) dalam berbagai situasi. Penelitian menyoroti keberlanjutan kehadiran makna makna budaya dengan mempertahankan filosofi dan ideologi tradisional masyarakat dalam ruang budaya kota sebagai representasi fisik dari simbol lokalisme. Mempertahankan ruang budaya ini menjadi titik penyatuan antara kutub representasi tradisional dan modern dalam ruang perkotaan yang sama.
=================================================================================================================================
The phenomenon of globalisation has led to contestation between local and global symbol representation, which has an impact on the sustainability of urban identity. On the other hand, cultural significance is believed to be a key concept in maintaining the value of heritage, becoming a preservation control, and even giving rise to place identity in the midst of globalisation. The research aims to formulate thoughts related to the meaning of culture in the context of urban dynamisation. The research sees that the presence of physical representations of the city, history, elements of localism, and modernism in the process of semiosis provide different narratives in cultural meaning. The research uses qualitative methods with typo-morphological, semiotic, and comparative analysis techniques. Gianyar represents the historical urban area, has connotations with globalism due to tourism. Beng, Bitera and Gianyar were chosen as research loci that have historical connections that represent the characteristics of different places. The research found distinctive morphological characteristics as structural fixities formed by two patterns: desa adat and the centre, with physical attributes that are fixed, enduring and sustainable, or termed fixedness and permanency. These physical attributes are not only the starting point of the network but also environmental cues (signifier) that contribute to the formation of urban identity. The research also revealed that the process of understanding the physical attributes of urban form givers is interpreted as a representation of symbolic space within a cosmological framework. These attributes shape the urban cultural space as a material culture that cannot be separated from religion, customs and traditions. These three cultural frameworks are the urban and culture DNA that build the urban spirit. The three cultural frameworks are a form of localism that can create and present cultural significance in different situations and sform identities. The research highlights the continuity of the presence of traditional meanings by continuing to re-present the traditional philosophies and ideologies of the community in the cultural space of the city. Maintaining this cultural space becomes a point of unification between the two poles of traditional and modern representations that meet in the same urban space.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | bentuk perkotaan, Gianyar, identitas, makna budaya, morfologi, semiosis, cultural significance, identity, morfology, semiotic, urban form |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Architecture > 23001-(S3) PhD Thesis |
Depositing User: | Eka Diana Mahira |
Date Deposited: | 15 Jan 2024 08:49 |
Last Modified: | 15 Jan 2024 08:49 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/105497 |
Actions (login required)
View Item |