Al Ghifari, Raden Hisyam Syauqi (2024) Penentuan Kadar Campuran Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) Sebagai Material Campuran Tanah Lokal untuk Timbunan Badan Jalan Studi Kasus: Jalan Sp. Kereng – Bereng Bengkel –Pilang – Pulang Pisau. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
6012221026-Master_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 July 2026. Download (7MB) | Request a copy |
Abstract
Jaringan jalan di Pulau Kalimantan merupakan lintas utama antar pusat kegiatan bagi masyarakat. Seperti halnya jalan Simpang Kereng – Bereng Bengkel – Pilang – Pulang Pisau yang menghubungkan Kota Palangkaraya dan Kota Banjarmasin. Pada ruas jalan tersebut sering kali terjadi kerusakan akibat daya dukung tanah dasar yang rendah dan lebar jalan yang belum sesuai standar. Oleh sebab itu, BPJN Kalimantan Tengah melakukan pekerjaan pelebaran jalan; hanya saja material timbunan dari daerah sekitar (lokal) dalam jumlah besar sulit didapatkan. Hal tersebut disebabkan sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah didominasi oleh tanah lembek. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengoptimalan pemakaian tanah lokal agar dapat digunakan sebagai material konstruksi jalan yang memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan; salah satunya adalah dengan cara mencampur material tanah lokal dengan material FABA yang merupakam limbah dari PLTU Pulang Pisau (PLTU-PP). Pemakaian material FABA dalam jumlah yang besar akan mengurangi jumlah limbah abu batubara yang diperkirakan akan terus bertambah secara signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan komposisi campuran optimum dari variasi antara tanah lokal, material fly ash, dan bottom ash. Persentase campuran yang diuji yaitu 50% tanah : 50% bottom ash : 0% fly ash (50:50:0); 40% tanah : 40% bottom ash : 20% fly ash (40:40:20); dan 30% tanah : 30% bottom ash : 40% fly ash (30:30:40). Campuran tersebut kemudian diuji sifat fisik, teknis, dan dihitung perkiraan harga satuan untuk memperoleh persentase campuran tanah dan FABA yang optimum dan memenuhi spesifikasi sebagai material timbunan pilihan. Dari hasil uji laboratorium diketahui bahwa tanah lokal diklasifikasikan sebagai (A-3 atau SP); material fly ash sebagai (A-2-5 atau SM); dan material bottom ash sebagai (A-3 atau SP). Hasil pengujian fisik dan mekanis menunjukan bahwa campuran tiga jenis material tersebut (tanah lokal dan FABA) memenuhi spesifikasi sebagai material timbunan pilihan dimana nilai kohesi campuran sangat kecil dan dapat dianggap nol. Kenaikan nilai sudut geser tertinggi diperoleh dari campuran 40:40:20 yaitu dari 60,37o menjadi 68,00o (naik sebesar 12,64%). Hanya saja nilai CBR dari seluruh jenis campuran mengalami penurunan dari nilai CBR material tanah lokal apabila dicampur dengan FABA. Nilai CBR terbesar didapatkan dari campuran 50:50:0 (tanpa fly ash) yaitu sebesar 17,22%; nilai CBR terkecil didapatkan dari campuran 30:30:40 sebesar 14,46%. Mengingat seluruh campuran (50:50:0), (40:40:20), dan (30:30:40) memenuhi persyaratan spesifikasi sebagai tanah timbunan pilihan, maka biaya terendah menjadi faktor penentu dalam pemilihan campuran yang optimum. Berdasarkan analisa harga satuan, campuran 30:30:40 memiliki harga satuan terendah yaitu sebesar Rp.259.256,96 /m3 untuk material terpasang di lapangan. Oleh sebab itu campuran 30:30:40 merupakan campuran yang optimumJaringan jalan di Pulau Kalimantan merupakan lintas utama antar pusat kegiatan bagi masyarakat. Seperti halnya jalan Simpang Kereng – Bereng Bengkel – Pilang – Pulang Pisau yang menghubungkan Kota Palangkaraya dan Kota Banjarmasin. Pada ruas jalan tersebut sering kali terjadi kerusakan akibat daya dukung tanah dasar yang rendah dan lebar jalan yang belum sesuai standar. Oleh sebab itu, BPJN Kalimantan Tengah melakukan pekerjaan pelebaran jalan; hanya saja material timbunan dari daerah sekitar (lokal) dalam jumlah besar sulit didapatkan. Hal tersebut disebabkan sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah didominasi oleh tanah lembek. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengoptimalan pemakaian tanah lokal agar dapat digunakan sebagai material konstruksi jalan yang memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan; salah satunya adalah dengan cara mencampur material tanah lokal dengan material FABA yang merupakam limbah dari PLTU Pulang Pisau (PLTU-PP). Pemakaian material FABA dalam jumlah yang besar akan mengurangi jumlah limbah abu batubara yang diperkirakan akan terus bertambah secara signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan komposisi campuran optimum dari variasi antara tanah lokal, material fly ash, dan bottom ash. Persentase campuran yang diuji yaitu 50% tanah : 50% bottom ash : 0% fly ash (50:50:0); 40% tanah : 40% bottom ash : 20% fly ash (40:40:20); dan 30% tanah : 30% bottom ash : 40% fly ash (30:30:40). Campuran tersebut kemudian diuji sifat fisik, teknis, dan dihitung perkiraan harga satuan untuk memperoleh persentase campuran tanah dan FABA yang optimum dan memenuhi spesifikasi sebagai material timbunan pilihan. Dari hasil uji laboratorium diketahui bahwa tanah lokal diklasifikasikan sebagai (A-3 atau SP); material fly ash sebagai (A-2-5 atau SM); dan material bottom ash sebagai (A-3 atau SP). Hasil pengujian fisik dan mekanis menunjukan bahwa campuran tiga jenis material tersebut (tanah lokal dan FABA) memenuhi spesifikasi sebagai material timbunan pilihan dimana nilai kohesi campuran sangat kecil dan dapat dianggap nol. Kenaikan nilai sudut geser tertinggi diperoleh dari campuran 40:40:20 yaitu dari 60,37o menjadi 68,00o (naik sebesar 12,64%). Hanya saja nilai CBR dari seluruh jenis campuran mengalami penurunan dari nilai CBR material tanah lokal apabila dicampur dengan FABA. Nilai CBR terbesar didapatkan dari campuran 50:50:0 (tanpa fly ash) yaitu sebesar 17,22%; nilai CBR terkecil didapatkan dari campuran 30:30:40 sebesar 14,46%. Mengingat seluruh campuran (50:50:0), (40:40:20), dan (30:30:40) memenuhi persyaratan spesifikasi sebagai tanah timbunan pilihan, maka biaya terendah menjadi faktor penentu dalam pemilihan campuran yang optimum. Berdasarkan analisa harga satuan, campuran 30:30:40 memiliki harga satuan terendah yaitu sebesar Rp.259.256,96 /m3 untuk material terpasang di lapangan. Oleh sebab itu campuran 30:30:40 merupakan campuran yang optimum
======================================================================================================================================
The road network on Kalimantan Island is the main route between community activity centers. Like the Simpang Kereng – Bereng Bengkel – Pilang – Pulang Pisau road which connects Palangkaraya City and Banjarmasin City. Damage often occurs on these road sections due to the low carrying capacity of the subgrade and road widths that do not meet standards. For this reason, BPJN Central Kalimantan is carrying out road widening work; It's just that large quantities of landfill material from the surrounding area (local) are difficult to obtain. This is because most of Central Kalimantan is dominated by soft soil. Therefore, efforts are needed to optimize the use of local land so that it can be used as road construction material that meets the required specifications; one way is by mixing local soil material with FABA material which is waste from PLTU Pulang Pisau (PLTU-PP). The use of FABA material in large quantities will reduce the amount of coal ash waste which is expected to continue to increase significantly. This research was carried out with the aim of obtaining the optimum mixture composition from variations between local soil, fly ash material and bottom ash. The mixture percentages tested were 50% soil : 50% bottom ash : 0% fly ash (50:50:0); 40% soil : 40% bottom ash : 20% fly ash (40:40:20); and 30% soil : 30% bottom ash : 40% fly ash (30:30:40). The mixture is then tested for physical and technical properties, and an estimated unit price is calculated to obtain the optimum percentage of soil and FABA mixture that meets the specifications as the embankment material of choice. From laboratory test results it is known that the local soil is classified as (A-3 or SP); fly ash material as (A-2-5 or SM); and bottom ash material as (A-3 or SP). The results of physical and mechanical tests show that the mixture of the three types of materials (local soil and FABA) meets the specifications as the selected embankment material where the cohesion value of the mixture is very small and can be considered zero. The highest increase in shear angle value was obtained from the 40:40:20 mixture, namely from 60.37o to 68.00o (an increase of 12.64%). It's just that the CBR value of all types of mixtures has decreased from the CBR value of local soil material when mixed with FABA. The largest CBR value was obtained from a 50:50:0 mixture (without fly ash), namely 17.22%; The smallest CBR value was obtained from a 30:30:40 mixture of 14.46%. Considering that all mixtures of (50:50:0), (40:40:20), and (30:30:40) meet the specification requirements as selected embankment soil, the lowest cost is the determining factor in selecting the optimum mixture. Based on unit price analysis, the 30:30:40 mixture has the lowest unit price, namely IDR 259,256.96 /m3 for material installed in the field. Therefore, a mixture of 30:30:40 is the optimum mixture. The road network on Kalimantan Island is the main route between activity centers for the community. Like the Simpang Kereng – Bereng Bengkel – Pilang – Pulang Pisau road which connects Palangkaraya City and Banjarmasin City. Damage often occurs on these road sections due to the low carrying capacity of the subgrade and road widths that do not meet standards. For this reason, BPJN Central Kalimantan is carrying out road widening work; It's just that large quantities of landfill material from the surrounding area (local) are difficult to obtain. This is because most of Central Kalimantan is dominated by soft soil. Therefore, efforts are needed to optimize the use of local land so that it can be used as road construction material that meets the required specifications; one way is by mixing local soil material with FABA material which is waste from PLTU Pulang Pisau (PLTU-PP). The use of FABA material in large quantities will reduce the amount of coal ash waste which is expected to continue to increase significantly. This research was carried out with the aim of obtaining the optimum mixture composition from variations between local soil, fly ash material and bottom ash. The mixture percentages tested were 50% soil : 50% bottom ash : 0% fly ash (50:50:0); 40% soil : 40% bottom ash : 20% fly ash (40:40:20); and 30% soil : 30% bottom ash : 40% fly ash (30:30:40). The mixture is then tested for physical and technical properties, and an estimated unit price is calculated to obtain the optimum percentage of soil and FABA mixture that meets the specifications as the embankment material of choice. From laboratory test results it is known that the local soil is classified as (A-3 or SP); fly ash material as (A-2-5 or SM); and bottom ash material as (A-3 or SP). The results of physical and mechanical tests show that the mixture of the three types of materials (local soil and FABA) meets the specifications as the selected embankment material where the cohesion value of the mixture is very small and can
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | pencampuran tanah, fly ash, bottom ash, timbunan pilihan; soil mixing, fly ash, bottom ash, selected material for embankment |
Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA455.S6 Soil (Materials of engineering and construction) T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA749 Soil stabilization |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22101-(S2) Master Thesis |
Depositing User: | Raden Hisyam Syauqi Al Ghifari |
Date Deposited: | 05 Feb 2024 02:53 |
Last Modified: | 05 Feb 2024 02:53 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/106028 |
Actions (login required)
View Item |