A Business Perspective on The Automated Container Terminal Development in Indonesia

Norega, Arzena (2024) A Business Perspective on The Automated Container Terminal Development in Indonesia. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6021211025_Master_Thesis.pdf] Text
6021211025_Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 April 2026.

Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Seiring dengan permintaan pasar yang meningkat dan tren ukuran kapal yang lebih besar, terminal petikemas harus beradaptasi dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional mereka. Tren menuju otomatisasi di terminal petikemas telah meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir ini. PT Pelabuhan Indonesia (Persero), sebuah perusahaan operator pelabuhan dan terminal yang dimiliki negara Indonesia, sedang menjajaki kemungkinan untuk menerapkan otomatisasi terminal petikemas dalam pengembangan New Priok Container Terminal 2 (NPCT2). Namun, karena investasi awal yang tinggi dan tenaga kerja murah yang berlimpah, kelayakan bisnis terhadap Automated Container Terminal (ACT) di negara-negara berkembang seperti Indonesia tetap dipertanyakan. Oleh karena itu, masalah utama yang diatasi oleh studi ini adalah ketidakjelasan seputar kelayakan finansial pengembangan ACT di Indonesia, khususnya di NPCT2. Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi kelayakan bisnis implementasi ACT di Indonesia dengan studi kasus NPCT2 melalui beberapa skenario otomatisasi yang melibatkan non-automated, semi-automated, dan full-automated, di mana istilah otomatisasi terminal petikemas mengacu pada cakupan otomatisasi peralatan terminal. Selain itu, implementasi ACT tidak selalu berfokus pada bisnis terminal. Perspektif pemangku kepentingan dan kolaborasi sangat penting untuk memastikan implementasi otomatisasi yang berhasil. Pemangku kepentingan yang diwawancarai mengklaim bahwa otomatisasi terminal dapat menghasilkan peningkatan keamanan, efisiensi layanan yang ditingkatkan, dan reputasi global yang ditingkatkan. Namun, transformasi teknologi dapat menghadapi beberapa tantangan, termasuk serangan cyber, risiko geopolitik, pemeliharaan terminal, dan etika pekerja. Selain itu, profitabilitas mungkin bukan faktor utama dalam menentukan otomatisasi terminal petikemas di negara-negara dengan biaya tenaga kerja rendah seperti Indonesia. Selain itu, peningkatan pengakuan global dan faktor keamanan mungkin menjadi pertimbangan yang lebih penting. Para pemangku kepentingan menyimpulkan bahwa otomatisasi terminal petikemas di NPCT2 dapat diimplementasikan secara bertahap, dimulai dengan terminal petikemas semi-automated jika dianggap layak secara finansial. Estimasi CAPEX mengungkapkan bahwa implementasi full-ACT di NPCT2 mungkin mengakibatkan biaya investasi 30% lebih tinggi, sementara pengembangan semi-ACT 13% hingga 19% lebih tinggi dibandingkan dengan konsep non-automated. Di sisi lain, perbedaan OPEX antara setiap skenario kurang signifikan. Selain itu, implementasi awal dan pengujian sistem otomatisasi juga menyebabkan penundaan terhadap pengoperasian ACT secara komersial. Namun, analisis arus kas menunjukkan bahwa semua skenario otomatisasi terminal petikemas dianggap layak, meskipun skenario semi-ACT dan full-ACT masih menghasilkan indikator kelayakan IRR, NPV, dan EUAW yang lebih rendah daripada skenario non-automated. Selain itu, analisis sensitivitas menyoroti dampak signifikan dari perubahan CAPEX, OPEX, dan throughput terminal terhadap kelayakan skenario. Beberapa rekomendasi strategis diajukan untuk keberhasilan implementasi otomatisasi terminal petikemas di NPCT2, antara lain memperkuat kemitraan strategis, meningkatkan keterlibatan pengguna jasa, mempersiapkan sumber daya manusia, desain infrastruktur yang tepat, melibatkan produsen peralatan terminal otomatis global, mengintegrasikan vendor atau kontraktor infrastruktur utama, dan memperkuat keamanan siber untuk sistem pelabuhan dan terminal secara keseluruhan. Selain itu, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berfokus pada penelitian simulasi rinci untuk menentukan peralatan yang dibutuhkan dan desain keseluruhan yang optimal. Selain itu, memperluas penelitian masa depan untuk mencakup terminal petikemas lainnya di Indonesia dan negara-negara ASEAN juga disarankan untuk memberikan wawasan yang lebih luas.
=================================================================================================================================
In response to growing market demand and increased ship size, container terminals must adapt by improving their productivity and operational efficiency. The trend toward automation in container terminals has increased significantly over the last decade. PT Pelabuhan Indonesia (Persero), an Indonesian state-owned port and terminal operator company, is exploring the possibility of implementing container terminal automation in developing the New Priok Container Terminal 2 (NPCT2). Nevertheless, due to high initial investment and abundant low-cost labour, the business feasibility of automated container terminals in developing countries like Indonesia remains questionable. Consequently, the main problem addressed by this study is the ambiguity surrounding the financial feasibility of developing ACT in Indonesia, particularly in NPCT2. This research focuses on identifying the business feasibility of automated container terminal implementation in Indonesia with a case study of NPCT2 through several automation scenarios involving non-automation, semi-automation, and fully-automation, where the term of container terminal automation refers to the scope of terminal equipment automation. Furthermore, the operations of the automated container terminal concept extend beyond the terminal business. Stakeholder perspectives and collaborations are crucial for ensuring the successful implementation of automation. Interviewed stakeholders claim that terminal automation could result in safety enhancements, improved service efficiency, and an enhanced global reputation. However, technology transformation may encounter several challenges, including cyber attacks, geopolitical risk, terminal maintenance, and ethical challenges. Additionally, profitability may not be the primary factor in deciding container terminal automation in low-labour-cost countries such as Indonesia. Moreover, enhancing global recognition and safety factors may be more crucial considerations. The stakeholders conclude that container terminal automation in NPCT2 could be implemented gradually, starting with semi-automated container terminals if it is deemed financially feasible. The CAPEX estimation reveals that fully-automated implementation in NPCT2 may incur 30% higher investment costs, while semi-automated terminals are 13 to 19% higher compared to non-automated concept. On the other hand, the OPEX difference between each scenario is less significant. Additionally, the initial implementation and test of the automation system caused the lead time of commercial operation of the ACT. However, cash flow analysis shows that all container terminal automation scenarios are deemed feasible, although the automation scenarios still generated lower feasibility indicators of IRR, NPV, and EUAW than the non-automation scenario. Moreover, sensitivity analysis highlights the significant impact of CAPEX, OPEX, and terminal throughput changes on the feasibility of the scenarios. Several strategic recommendations are proposed for the successful implementation of container terminal automation in NPCT2, including fostering strategic partnerships, improving customer engagement, preparing human resources, proper infrastructure design, engaging global automated terminal equipment manufacturers, integrating key infrastructure vendors or contractors, and strengthening cybersecurity for the overall port and terminal system. In addition, it is recommended to conduct a follow-up research focusing on detailed simulation research to determine the optimum required equipment and overall design. Moreover, expanding future research to encompass other container terminals in Indonesia and ASEAN countries is also recommended to provide broader insights.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: ACT, NPCT2, scenario desain, pemangku kepentingan, kelayakan finansial, design scenarios, stakeholder, financial, feasibility
Subjects: H Social Sciences > HE Transportation and Communications > HE551.W36 Container terminals--Management.
Divisions: Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Marine Transportation Engineering > 21209-(S2) Master Thesis
Depositing User: Arzena Norega
Date Deposited: 15 Feb 2024 06:47
Last Modified: 15 Feb 2024 06:47
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/107063

Actions (login required)

View Item View Item