Analisis Monitoring Perubahan Tutupan Lahan Dan Posisi Tanggul Kawasan Lumpur Sidoarjo Menggunakan Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi Dan Foto Udara

Imawan, Haydar Bening (2024) Analisis Monitoring Perubahan Tutupan Lahan Dan Posisi Tanggul Kawasan Lumpur Sidoarjo Menggunakan Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi Dan Foto Udara. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 5016201012-Undergraduate_Thesis.pdf] Text
5016201012-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 September 2026.

Download (10MB) | Request a copy

Abstract

Pada tanggal 29 Mei 2006, terjadi peristiwa lumpur Sidoarjo di Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Peristiwa tersebut merupakan bencana besar dan berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan terhadap perubahan yang terjadi setiap tahunnya. Pemantauan perubahan kondisi lingkungan ini dapat dilakukan dengan teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan data berupa citra satelit maupun foto udara. Pada penelitian kali ini menggunakan beberapa data citra yaitu citra satelit area kawasan Lumpur Sidoarjo Quickbird tahun 2006, Worldview-2 tahun 2012, Quickbird tahun 2016, Worldview-4 tahun 2018, dan citra Satelit Google Maps yang diperoleh dari SAS Planet tahun 2023 dan foto udara tanggul yang diakuisi pada tahun 2023. Citra dilakukan digitasi secara manual untuk mendapatkan peta tutupan lahan vektor dan lumpur dilakukan klasifikasi secara supervised menggunakan algoritma Maximum Likelihood. Kemudian dilakukan uji validasi terhadap hasil tutupan lahan yang dimana harus memenuhi akurasi ≥ 85% dimana hasilnya yaitu untuk overall accuracy 90% dan kappa 87%. Berdasarkan perubahan tutupan lahan yang merepresentasikan aktivitas manusia yaitu pemukiman, sawah, kawasan industri, dan lahan kosong, maka dapat diketahui bahwa aktivitas manusia dari bencana lumpur Sidoarjo pertama kali terjadi ini terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2018 sampai dengan 2023 dimana mulai mengalami peningkatan walau tidak signifikan .Pada tahun 2006 sampai dengan 2012 perubahan jarak tanggul dari sumber lumpur terjadi di segala arah meliputi utara, barat, timur, dan selatan (dengan deklinasi sebesar 18o dari arah utara sebenarnya) dengan jarak masing-masing sebesar 1208,22, 780,79, 1222,65, dan 1484,39 meter. Untuk tahun selanjutnya dan sampai saat ini tanggul tidak mengalami perubahan posisi. Dari rentang tahun 2006 sampai dengan 2016, aktivitas lumpur basah cukup dominan untuk wilayah utara dan timur bagian tanggul, sedangkan pada rentang 2018 sampai dengan 2023 wilayah utara mengalami penuruan aktivitas lumpur basah. Walaupun begitu, jarak terbesar dari sumber lumpur ke posisi tanggul tetap dipegang oleh arah utara dan timur yaitu sebesar 1121,258 dan 1189,502 meter pada tahun 2023. Untuk tahun berikutnya diprediksi bahwa bagian utara dan timur tetap akan didominasi oleh lumpur basah.
==================================================================================================================================
On May 29, 2006, the Sidoarjo mudflow occurred in Siring Village, Porong Subdistrict, Sidoarjo Regency. It was a major and ongoing disaster. For this reason, it is necessary to monitor the changes that occur every year. Monitoring changes in environmental conditions can be done with Remote Sensing Technology where the data used are satellite images and aerial photographs. This research uses several image data, namely satellite images of the Sidoarjo Mud area Quickbird in 2006, Worldview-2 in 2012, Quickbird in 2016, Worldview-4 in 2018, and Google Maps Satellite images obtained from SAS Planet in 2023 and aerial photographs of the embankment acquired in 2023. The image was manually digitized to obtain a vector land cover map and the mud was supervised classification using the Maximum Likelihood algorithm. Then a validation test is carried out on the results of land cover which must meet an accuracy of ≥ 85% where the results are for overall accuracy 90% and kappa 87%. Based on land cover changes that represent human activities, namely settlements, rice fields, industrial areas, and vacant land, it can be seen that human activities from the first Sidoarjo mud disaster occurred continued to decline until 2018 to 2023 where it began to increase although not significantly.In 2006 to 2012 changes in the distance of the embankment from the mud source occurred in all directions including north, west, east, and south (with a declination of 18o from the true north) with a distance of 1208,22, 780,79, 1222,65, and 1484,39 meters respectively. For the next year and until now the embankment has not changed its position. From 2006 to 2016, wet mud activity was dominant in the northern and eastern parts of the embankment, while from 2018 to 2023 the northern area experienced a decrease in wet mud activity. Even so, the largest distance from the mud source to the position of the embankment is still held by the north and east directions, which amounted to 1121,258 and 1189,502 meters in 2023. For the following year, it is predicted that the north and east will still be dominated by wet mud.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Citra Satelit, Lumpur Sidoarjo, Penginderaan Jauh, Posisi Tanggul, Tutupan Lahan, Satellite Imagery, Lapindo Mud, Remote Sensing, Embankment Position Land Cover
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.212 ArcGIS. Geographic information systems.
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Geomatics Engineering > 29202-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Haydar Bening Imawan
Date Deposited: 26 Jul 2024 07:36
Last Modified: 26 Jul 2024 07:36
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/109153

Actions (login required)

View Item View Item