Pemetaan Tingkat Korosifitas Amosfer dengan Indikator Baja Galvalum 55%Al-Zn Tipe Atap KR5, KR9, dan Gelombang Bulat PT A di Kota Surabaya

Urbaningrum, Annisa (2024) Pemetaan Tingkat Korosifitas Amosfer dengan Indikator Baja Galvalum 55%Al-Zn Tipe Atap KR5, KR9, dan Gelombang Bulat PT A di Kota Surabaya. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Text 5011201010-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 October 2026. Download (18MB) | Request a copy

Abstract

Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkunganya. Penelitian ini memetakan tingkatan korosi atmosferik di lima wilayah kota Surabaya. Logam yang digunakan pada penelitian ini adalah baja galvalum 55%Al-Zn tipe atap KR5, KR9, dan Gelombang Bulat. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 bulan. Perhitungan laju korosi dilakukan dengan menggunakan metode weight loss serta dilakukan uji XRD untuk membandingkan hasil korosi baja galvalum 55%Al-Zn di lima wilayah kota Surabaya. Selain itu, dilakukan pula uji pengamatan mikro untuk menganalisis perubahan morfologi struktur mikro dari ketiga tipe atap baja galvalum 55%Al-Zn setelah 150 hari pemaparan di lingkungan atmosfer kota Surabaya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemetaan tingkat korosifitas atmosfer dari ketiga tipe atap baja galvalum 55%Al-Zn meliputi kecamatan yang sama. Berdasarkan laju korosi rata-rata di setiap kecamatan selama 150 hari pemaparan, tingkat korosifitas atmosfer tinggi berada pada kecamatan Kenjeran, Rungkut, Bulak, Pabean Cantikan, dan Asemrowo. Tingkat korosifitas atmosfer sedang berada pada kecamatan Wonokromo, Sukolilo, Gubeng, Tandes, dan Simokerto. Tingkat korosifitas atmosfer rendah berada pada kecamatan Tegalsari, Wiyung, Pakal, Bubutan, dan Jambangan. Laju korosi rata-rata ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jarak dengan pantai, banyaknya industri, dan jumlah penduduk pada kecamatan-kecamatan tersebut. Misalnya di dekat pesisir pantai, seperti kecamatan Bulak, Pabean Cantikan, dan Kenjeran memiliki laju korosi rata-rata tinggi dikarenakan adanya ion Cl- yang dapat mempercepat korosi pada logam. Selain itu, kecamatan dengan keberadaan industri yang cukup banyak, seperti kecamatan Asemrowo dan Rungkut memiliki laju korosi rata-rata tinggi dikarenakan adanya emisi yang dikeluarkan berupa gas seperti NO2, SO2, dan NH3 yang mempercepat terjadinya korosi pada logam. Selain itu, laju korosi rata-rata dipengaruhi juga oleh banyaknya jumlah penduduk pada kecamatan tersebut, seperti kecamatan Wonokromo, Tandes, Gubeng, Sukolilo, Bubutan, dan Simokerto dikarenakan tingkat pencemaran udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor bermacam-macam yang dapat mempercepat terjadinya korosi pada logam.
======================================================================================================
Corrosion can be defined as the deterioration of a metal due to electrochemical reactions with its environment. This study mapped the level of atmospheric corrosion in five areas of Surabaya city. The metals used in this study are 55%Al-Zn galvalume steel roof types KR5, KR9, and Round Wave. This research was conducted over a period of 5 months. The calculation of the corrosion rate was carried out using the weight loss method and XRD tests were carried out to compare the corrosion results of 55%Al-Zn galvalume steel in five areas of Surabaya city. In addition, a micro-observation test was also conducted to analyze the changes in the microstructure morphology of the three types of 55%Al-Zn galvalume steel roofs after 150 days of exposure in the Surabaya city atmospheric environment. The results concluded that the atmospheric corrosivity mapping of the three types of 55%Al-Zn galvalume steel roof covers the same sub-district. Based on the average corrosion rate in each sub-district for 150 days of exposure, the high atmospheric corrosivity level is in Kenjeran, Rungkut, Bulak, Pabean Cantikan, and Asemrowo sub-districts. The medium level of atmospheric corrosivity is in Wonokromo, Sukolilo, Gubeng, Tandes, and Simokerto sub-districts. The low atmospheric corrosivity level is in Tegalsari, Wiyung, Pakal, Bubutan, and Jambangan sub-districts. This average corrosion rate is influenced by several factors, including the distance to the coast, the number of industries, and the population in these districts. For example, sub-districts near the coast, such as Bulak, Pabean Cantikan, and Kenjeran sub-districts have high average corrosion rates due to the presence of Cl- ions that can accelerate corrosion of metals. In addition, sub-districts with a large number of industries, such as Asemrowo and Rungkut sub-districts have a high average corrosion rate due to emissions released in the form of gases such as NO2, SO2, and NH3 which accelerate the corrosion of metals. In addition, the average corrosion rate is also influenced by the large number of residents in the sub-district, such as Wonokromo, Tandes, Gubeng, Sukolilo, Bubutan, and Simokerto sub-districts due to the level of air pollution released by various motor vehicles that can accelerate the corrosion of metals.

Item Type:	Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords:	Atmosfer, Baja Galvalum, Korosi, Pemetaan, Surabaya. Atmosphere, Corrosion, Galvalume Steel, Mapping, Surabaya.
Subjects:	T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA462 Metal Corrosion and protection against corrosion
Divisions:	Faculty of Industrial Technology > Material & Metallurgical Engineering > 28201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User:	Annisa Urbaningrum
Date Deposited:	02 Aug 2024 02:45
Last Modified:	02 Aug 2024 02:45
URI:	http://repository.its.ac.id/id/eprint/110966

Actions (login required)

View Item