SANGALANG, INDRABAKTI (2012) KETERIKATAN PADA TEMPAT UNTUK HUNIAN DI TEPI SUNGAI REFERENSI SUKU DAYAK NGAJU DI PALANGKA RAYA. Doctoral thesis, INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER.
Text
3209301002-disertation thesis.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (6MB) | Request a copy |
Abstract
Keterikatan pada tempat pada tataran teoritis telah banyak dilakukan penelitian.
Namun sebagai fenomena yang kompleks, masih diperlukan banyak penelitian untuk
melengkapi pengertian, analisis, dan metode. Pada tataran praktis, penelitian keterikatan
pada tempat berguna dalam proses perencanaan dan perancangan yang berkaitan dengan
perumahan dan permukiman, antara lain dalam menjaga aspek-aspek lingkungan,
relokasi, resettlement, urban renewal dan mempertahankan local wisdom. Berdasarkan
alasan teoritis dan praktis tersebut maka penelitian ini penting untuk dilakukan.
Penelitian ini berusaha mengembangkan konsep keterikatan pada tempat pada
tataran teoritis secara spesifik dengan memanfaatkan kasus lokal sebagai referensi dan
tidak terikat dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu dipilih Suku Dayak
Ngaju yang tinggal di tepi Sungai Kahayan Kota Palangka Raya sebagai referensi, dan
grounded research sebagai metode penelitian. Sehingga pertanyaan penelitian yang
muncul adalah keterikatan pada tempat yang seperti apakah yang dialami Suku Dayak
Ngaju yang tinggal di tepi sungai? Tahapan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian adalah: pertama, menemukan budaya bermukim Suku Dayak Ngaju yang
tinggal di tepi sungai; kedua, menemukan faktor-faktor yang menyebabkan keterikatan
pada tempat Suku Dayak Ngaju terhadap hunian atau kawasan permukiman lama di tepi
sungai; dan ketiga, menemukan implikasi dari keterikatan pada tempat yang dialami
Suku Dayak Ngaju. Fokus penelitian ada pada tiga faktor yaitu: actor, place, dan activity.
Berdasarkan hasil temuan budaya bermukim, teridentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keterikatan pada tempat yang dialami Suku Dayak Ngaju yaitu
simbolisme penciptaan, aspek ritual dan kekerabatan yang terkonsepsi dalam benak
sebagai orang dayak; yang disebabkan oleh faktor identitas diri, konsepsi makna kegiatan
ritual, kewajiban dan partisipasi dalam kegiatan ritual, memori, serta mental dan spiritual.
Keterikatan tersebut berimplikasi pada tata ruang hunian dan terbentuknya falsafah baru
sebagai identitas. Temuan tersebut menunjukkan aspek budaya sangat dominan
mempengaruhi keterikatan, sehingga istilah cultural place attachment dapat menunjukkan
model keterikatan yang dialami Suku Dayak Ngaju. Dengan demikian dapat dirumuskan
cultural place attachment yang terbentuk merupakan keterikatan secara spiritual terhadap
tempat sebagai wadah menerima roh (lahir) sampai roh diantar menuju surga (keterikatan
dari roh kembali menjadi roh), terhadap aspek identitas, sosial spritual, supranatural,
simbolisme dalam lingkup budaya masa lalu yang terkonsepsi dan terpola dalam pikiran
dan benak manusia yang tereproduksi dalam wujud material (arsitektur) dan non material
(filosofi). Model place attachment yang muncul merupakan penekanan terhadap suatu
proses hubungan antara actor, place, dan activity dalam lingkup cultural bonding.
Hasil penelitian berkontribusi dalam pengembangan teori keterikatan pada tempat
yang menggambarkan what is Ngaju’s architecture serta pada cara menemukan
keterikatan pada tempat melalui pengenalan budaya bermukim.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Additional Information: | RDA 392.360 959 83 San k |
Uncontrolled Keywords: | keterikatan pada tempat, Suku Dayak Ngaju, hunian, budaya bermukim |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Civil Engineering and Planning > Architechture > 23001-(S3) Doctoral |
Depositing User: | Users 13 not found. |
Date Deposited: | 21 Dec 2016 04:28 |
Last Modified: | 21 Dec 2016 04:28 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/1143 |
Actions (login required)
View Item |