Aktivitas, setting, dan makna: dialektika antara arsitektur tongkonan dan lanskap budaya toraja

Ramma, Zwasty Paskahlia (2024) Aktivitas, setting, dan makna: dialektika antara arsitektur tongkonan dan lanskap budaya toraja. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6013221011-Master_Thesis.pdf] Text
6013221011-Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 October 2026.

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Lanskap budaya merupakan hasil interaksi dari kebudayaan suatu masyarakat terhadap lanskap. Tongkonan yang dikenal sebagai rumah adat Toraja dan lanskap budaya Toraja hingga saat ini masih tetap terjaga keberadaannya, bahkan terus bertambah dalam hal kuantitasnya, di tengah isu kepunahan rumah adat akibat modernisasi. Permasalahannya adalah Tongkonan hanya dipandang sebagai bangunan tunggal, tidak holistik dengan komponen lanskap budaya sesuai konsep arsitektur vernakular. Bahkan Tongkonan mulai tidak berfungsi sebagai tempat untuk ditinggali, kontras dengan jumlahnya yang terus bertambah. Berdasarkan fenomena ini, timbul pertanyaan penelitian bagaimana orang Toraja menggunakan dan memaknai Tongkonan dan lanskap budayanya secara holistik.

Penelitian ini menggali pengalaman masyarakat lokal berdasarkan konsep hubungan sistem aktivitas dan sistem setting. Paradigma yang membatasi adalah intersubjective dengan menggunan prosedur metode campuran, dimana pengetahuan diperoleh dari memahami pengalaman subjektif dan perspektif subjek penelitian dalam konteks sosial. Metode kuantitatif (korelasi) menggunakan teknik survey dengan kuesioner (63 responden) untuk mengetahui setting mana yang signifikan penggunaannya bagi orang Toraja. Sedangkan, metode kualitatif digunakan untuk menggali secara dalam pandangan partisipan sehingga mendapatkan konsep penggunaan dan makna setting sebagai konfirmasi hasil kuesioner. Lokasi penelitian dipilih Tongkonan Kete’ Kesu dan Buntu Pune karena memiliki komponen lanskap budaya yang lengkap dan akses yang baik serta termasuk dalam UNESCO Tentative List.

Temuan penelitian ini adalah Tongkonan dan lanskap budaya dipandang sebagai satu kesatuan konsep yang utuh dan tidak dapat dipisahkan meliputi Tongkonan, Alang, Uma, Rante, Liang & Patane, Kombong dan Panglambaran. Sementara, aktivitas penting yang terlihat adalah religius, sosial, ekonomi dan ekologi. Sistem aktivitas ini menghubungkan setting Tongkonan dan lanskap budayanya dengan dasar aturan adat dan nilai dari Tallu Lolona. Hasil akhir menunjukkan bentuk konseptualisasi lingkungan bina Toraja menjadi kebanggaan bagi keluarga besar serta memperkuat Tongkonan sebagai destinasi wisata yang berbasis budaya Toraja.

Kata kunci: makna, arsitektur Tongkonan, lanskap budaya, sistem setting, sistem aktivitas

============================================================

Cultural landscapes are the result of the interaction between a society's culture and its landscapes. Tongkonan, a traditional house of the Toraja people, along with the Toraja cultural landscapes, has been preserved and is even increasing in number despite concerns about the disappearance of traditional houses due to modernization. The problem is that Tongkonan is often viewed merely as a single building, rather than as a holistic entity with its associated cultural landscape components, according to the concept of vernacular architecture. Although the number of Tongkonan is rising, these traditional houses are increasingly ceasing to function as residential dwellings. Based on this phenomenon, research questions arise regarding how the Toraja people use and interpret Tongkonan and its cultural landscapes holistically.

This research explores the experiences of local communities based on the concept of the relationship between systems of activities and systems of settings. The paradigm used is intersubjective, with mixed methods procedures, where knowledge is obtained through understanding the subjective experiences and perspectives of research subjects in a social context. The quantitative approach (correlation strategy) employs survey techniques with questionnaires (63 respondents) to determine which settings are significantly used by the Toraja people. Meanwhile, a qualitative method is used to explore participants' views in depth to obtain concepts of the use and meaning of settings, serving as confirmation of the questionnaire results. The research locations are Tongkonan Kete' Kesu and Buntu Pune, as they possess complete cultural landscape components, good access, and are included in the UNESCO Tentative List.

The findings of this research show that Tongkonan and the cultural landscapes are perceived as a unified and inseparable concept, including Tongkonan, Alang, Uma, Rante, Liang & Patane, Kombong, and Panglambaran. The important activities identified are religious, social, economic, and ecological activities. These systems of activities connect the Tongkonan setting and its cultural landscapes with the fundamental traditional rules and values of Tallu Lolona. The final results present a conceptualization of the Toraja built environment for large families and strengthen Tongkonan as a tourist destination based on Toraja culture.

Keyword: meaning, Tongkonan architecture, cultural landscape, system of settings, system of activities

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: makna, arsitektur Tongkonan, lanskap budaya, sistem setting, sistem aktivitas, meaning, Tongkonan architecture, cultural landscape, system of settings, system of activities
Subjects: N Fine Arts > NA Architecture > NA2542.36 Sustainable architecture
N Fine Arts > NA Architecture > NA7115 Domestic architecture. Houses. Dwellings
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Architecture > 23101-(S2) Master Thesis
Depositing User: Zwasty Paskahlia Ramma
Date Deposited: 10 Aug 2024 06:43
Last Modified: 10 Aug 2024 06:43
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/115255

Actions (login required)

View Item View Item