Kuncoro, Denok Estu (2024) Perubahan dan Kontinuitas: Peran Kekuasaan Baru dalam Bentuk, Fungsi, dan Makna Ruang Sakral Kraton Yogyakarta. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
6013221002 - Master_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 October 2026. Download (8MB) | Request a copy |
Abstract
Karya arsitektur memiliki bentuk, fungsi, dan makna tertentu untuk menyampaikan prioritas budaya penggunanya. Di Indonesia, salah satu karya arsitektur tersebut adalah Kraton Yogyakarta, sebuah ekspresi dari Istana Kerajaan Jawa yang memiliki fungsi dan makna kekuasaan tradisional. Peran kekuasaan ini telah berubah sejak Indonesia merdeka yang membawa perubahan signifikan pada sistem kenegaraan. Sultan saat ini tidak hanya memegang peran simbolis sebagai raja Yogyakarta, tetapi juga sebagai Kepala Pemerintah Daerah Yogyakarta. Ruang-ruang yang sebelumnya digunakan sesuai dengan sistem hierarki kerajaan harus berubah untuk mengakomodasi sistem baru. Ruang-ruang yang dianggap sakral digunakan untuk tujuan yang lebih umum, ruang-ruang untuk kebutuhan raja sekarang memiliki fungsi yang lebih profan. Dari kajian teori political space in architecture dan sacred architecture, menunjukkan bahwa dalam arsitektur tradisional, terutama yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, makna simbolik tetap menjadi elemen penting yang diupayakan untuk dijaga. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui perubahan dan kontinuitas bentuk, fungsi, dan makna ruang sakral Kraton Yogyakarta. Strategi mixed-method dengan dominasi kualitatif dimulai dari pencarian sumber-sumber literatur terkait pemetaan ruang dan fungsinya yang divalidasi dengan hasil data observasi, in-depth interview, dan dokumen arsip kraton. Analisis data yang digunakan adalah descriptive criticism dan thematic analysis, yang mendeskripsikan keterhubungan antara perubahan dan kontinuitas dari bentuk, fungsi, dan makna ruang sakral.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan signifikan pada bentuk ketiga bangunan sakral utama terjadi pada elemen fasad, ruang interior bangunan, dan massa bangunan. Sementara itu, perubahan signifikan pada fungsi berdampak langsung pada sifat ruang privat menjadi profan. Ruang tersebut tetap memiliki interpretasi makna yang relevan dengan simbol kekuasaan dan identitas pemimpin. Hal ini berdampak pada kontinuitas bangunan yang tetap menyesuaikan dengan perubahan fungsi hierarki
=====================================================================================================================================
Architectural works have certain forms, functions and meanings to convey the cultural priorities of their users. In Indonesia, one of these architectural works is the Yogyakarta Palace, an expression of the Javanese Royal Palace which has the function and meaning of traditional power. The role of this power has changed since Indonesia's independence, which brought significant changes to the state system. The Sultan currently not only holds a symbolic role as king of Yogyakarta, but also as Head of the Yogyakarta Regional Government. Spaces previously used according to the royal hierarchical system had to change to accommodate the new system. Spaces that were considered sacred were used for more general purposes, spaces for the needs of the king now had a more profane function. From the study of political space theory in architecture and sacred architecture, it shows that in traditional architecture, especially those with high historical and cultural value, symbolic meaning remains an important element that is sought to be maintained. This research is a phenomenological study which aims to determine changes and continuity in the form, function and meaning of the sacred space of the Yogyakarta Palace. The mixed-method strategy with qualitative dominance starts from searching for literary sources related to spatial mapping and its functions which are validated with the results of observation data, in-depth interviews, and palace archive documents. The data analysis used is descriptive criticism and thematic analysis, which describes the relationship between change and continuity in the form, function and meaning of sacred space.
The results of the analysis show that significant changes in the shape of the three main sacred buildings occurred in the facade elements, interior space of the building and the mass of the building. Meanwhile, significant changes in function have a direct impact on the nature of private spaces becoming profane. This space still has an interpretation of meaning that is relevant to the symbol of power and identity of the leader. This has an impact on the continuity of the building which continues to adapt to changes in hierarchical function
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Bentuk, Fungsi, Makna, Ruang Sakral, Kraton Yogyakarta, Form, Function, Meaning, Sacred Spaces, Kraton Yogyakarta |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture > NA2750.N27 Architectural design--Evaluation. |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Architecture > 23101-(S2) Master Thesis |
Depositing User: | Denok Estu Kuncoro |
Date Deposited: | 13 Aug 2024 03:25 |
Last Modified: | 13 Aug 2024 03:25 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/115359 |
Actions (login required)
View Item |