Pra Desain Pabrik Fenol Melalui Fraksinasi Lignin dari Tandan Kosong Kelapa Sawit

Nada, Yumna Qotrun and Faizah, Nisaul (2025) Pra Desain Pabrik Fenol Melalui Fraksinasi Lignin dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Text 5008211068-5008211107-Undergraduate-Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Fenol atau benzoal (C6H5OH) yang mana merupakan turunan dari benzena dengan gugus hidroksil (OH) memiliki aplikasi tersendiri di bidang elektronik, otomotif, konstruksi, dan industri rumah tangga. Kebutuhan fenol akan terus mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. Di Indonesia, distribusi penggunaan fenol adalah sebanyak 43% digunakan untuk pembuatan resin fenolic, 30% untuk bisphenol-A, 15% untuk kaprolaktam, 7% untuk analin, dan 5% untuk alkil fenol. Umumnya, fenol dibuat dari cumene yang melibatkan proses oksidasi yang menghasilkan cumene hidroperoksida dan kemudian didekomposisi menjadi fenol dan aseton. Namun, fenol dapat pula diproduksi dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) melalui proses fraksinasi lignin. Limbah TKKS merupakan limbah hasil produksi minyak kelapa sawit, dimana 23% dari produksi minyak kelapa sawit menghasilkan limbah TKKS. TKKS dengan kandungan lignin sebesar 22% diisolasi menggunakan pelarut etanol dan katalis H2SO4. Lignin yang berhasil diisolasi melalui metode organosolv dilakukan proses pirolisis untuk mengubah lignin menjadi bio-oil yang banyak mengandung komponen fenolik. Setelahnya perlu dilakukan proses ekstraksi dengan pelarut etil asetat dan pemurnian lanjut melalui distilasi untuk mendapatkan fenol yang sesuai dengan standar kualitas. Pabrik fenol dari TKKS ini beroperasi selama 330 hari/tahun dengan kapasitas bahan baku 1.000.000 ton/tahun. Selama satu tahun produksi, pabrik fenol dari TKKS dapat menghasilkan 37.000 ton fenol 97%. Dengan banyaknya jumlah TKKS yang digunakan, maka daerah terpilih untuk pabrik fenol ini adalah daerah yang menghasilkan limbah TKKS terbanyak, yaitu Kota Dumai Provinsi Riau. Pabrik ini akan mulai dibangun pada tahun 2026 dan direncanakan untuk selesai dalam 5 tahun, tepatnya pada tahun 2030. Pendirian pabrik fenol dari TKKS memerlukan biaya investasi awal sebesar Rp4.005.097.658.609,13 dan biaya untuk produksi tahunan sebesar Rp6.755.406.744.622,27. Dari hasil anaslis ekonomi diperoleh nilai IRR sebesar 31,27% dengan NPV Rp6.206.419.519.517,01dan waktu pengembalian biaya investasi adalah setelah pabrik beroperasi selama 4 tahun
=====================================================================================================================================
Phenol or benzoal (C6H5OH), which is a derivative of benzene with a hydroxyl group (OH), has its own applications in the electronics, automotive, construction, and household industries. The need for phenol will continue to increase over time. In Indonesia, the distribution of phenol use is 43% used for the manufacture of phenolic resins, 30% for bisphenol-A, 15% for caprolactam, 7% for analyte, and 5% for alkyl phenols. Generally, phenol is made from cumene which involves an oxidation process that produces cumene hydroperoxide and is then decomposed into phenol and acetone. However, phenol can also be produced from empty oil palm fruit bunches (EFB) waste through a lignin fractionation process. EFB waste is a waste product of palm oil production, where 23% of palm oil production produces EFB waste. EFB with a lignin content of 22% is isolated using ethanol solvent and H2SO4 catalyst. Lignin successfully isolated through the organosolv method undergoes a pyrolysis process to convert it into bio-oil containing many phenolic components. Afterward, an extraction process using ethyl acetate solvent and further purification through distillation is necessary to obtain phenol that meets quality standards. This phenol factory from TKKS operates for 330 days/year with a raw material capacity of 1,000,000 tons/year. During one year of production, the phenol factory from TKKS can produce 37,000 tons of 97% phenol. Due to the large amount of TKKS used, the selected area for this phenol factory is the area that produces the most TKKS waste, namely Dumai City, Riau Province. This factory will begin construction in 2026 and is planned to be completed in 5 years, precisely in 2030. The establishment of a phenol factory from TKKS requires an initial investment cost of Rp4,005,097,658,609.13 and an annual production cost of Rp6,755,406,744,622.27. From the results of the economic analysis, an IRR value of 31.27% was obtained with an NPV of Rp6,206,419,519,517.01 and the return on investment period is after the factory has been operating for 4 years

Item Type:	Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords:	Fenol, Organosolv, TKKS, Pirolisis
Subjects:	T Technology > TP Chemical technology > TP155.5 Chemical plants--Design and construction
Divisions:	Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User:	Yumna Qotrun Nada
Date Deposited:	18 Jul 2025 08:47
Last Modified:	18 Jul 2025 08:47
URI:	http://repository.its.ac.id/id/eprint/120101

Actions (login required)

View Item