Widyadhana, Naila (2025) Redesain Ruang Baca Anak Perpustakaan Jakarta Timur Berkonsep Biblioteater Berbasis Anak Untuk Mendukung Literasi Kreatif Dengan Tema "Jakarta By The Sea”. Diploma thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
![]() |
Text
5029211058-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (16MB) | Request a copy |
Abstract
Ketimpangan akses terhadap pendidikan, informasi, dan fasilitas publik masih menjadi salah satu isu struktural yang kompleks di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Permasalahan ini sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang tinggal di kawasan urban padat, seperti wilayah Jakarta Timur. Di tengah padatnya permukiman dan minimnya ruang terbuka, akses terhadap fasilitas publik yang berkualitas, terutama yang mendukung pendidikan nonformal dan pengalaman rekreatif anak, masih sangat terbatas. Kesenjangan ini tidak hanya berdampak pada perkembangan akademik anak, tetapi juga mempersempit kemungkinan mereka untuk tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan pengalaman literasi, imajinasi, dan interaksi sosial yang sehat. Dalam konteks ini, perpustakaan umum memiliki peran krusial sebagai ruang publik yang bersifat terbuka, inklusif, dan memiliki potensi besar untuk menjawab berbagai kebutuhan literasi dan edukasi masyarakat, khususnya anak-anak. Salah satu ruang yang vital dalam struktur perpustakaan adalah ruang baca anak. Ruang ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat koleksi buku, tetapi juga sebagai ruang pengalaman awal anak dalam berhubungan dengan literasi, imajinasi, dan dunia pengetahuan. Namun sayangnya, banyak ruang baca anak di Indonesia, termasuk di Perpustakaan Jakarta Timur, masih dirancang secara konvensional, dengan pendekatan yang lebih menekankan aspek fungsional dan administratif daripada pengalaman psikologis dan emosional anak. Hal ini menyebabkan kegiatan membaca menjadi pasif, tidak komunikatif, dan sering kali gagal membangun keterikatan yang menyenangkan antara anak dan proses belajar. Penelitian ini berangkat dari kesadaran bahwa ruang baca anak perlu dirancang sebagai tempat yang mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, mendorong eksplorasi, dan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan serta bermakna. Oleh karena itu, pendekatan desain yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan elemen teatrikal, edukatif, dan naratif, dengan mengusung tema utama “Jakarta by The Sea.” Tema ini dipilih untuk membangun koneksi emosional dan edukatif antara anak-anak dan kota tempat mereka tinggal, melalui sudut pandang yang segar dan imajinatif yaitu laut. Simbolisme laut dalam konteks Jakarta memiliki kedalaman historis, geografis, dan kultural yang kaya. Jakarta sebagai kota pelabuhan tumbuh dari interaksi manusia dan laut selama berabad-abad. Sayangnya, dalam perkembangan urban modern yang mengedepankan daratan dan pembangunan vertikal, dimensi maritim kota ini mulai terhapus dari kesadaran publik, terutama dari kehidupan anak-anak di wilayah urban padat. Tema “Jakarta by The Sea” mencoba menghidupkan kembali hubungan ini, tidak hanya sebagai latar sejarah, tetapi juga sebagai sarana edukatif untuk mengenalkan anak-anak pada kota mereka dari arah yang jarang dijelajahi. Laut di sini tidak dipahami sebagai ancaman atau bencana (seperti dalam narasi banjir atau tenggelam), melainkan sebagai dunia penuh potensi, kisah, dan keajaiban yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan kepedulian ekologis. Melalui pendekatan teatrikal, ruang baca anak didesain ulang menjadi sebuah wahana imajinatif yang memungkinkan anak-anak “menyelam” ke dalam versi lain dari Jakarta dari sebuah kota di dasar laut, tempat di mana Patung Dirgantara berdiri tinggi, Monas menjadi kapal, jalan raya berubah menjadi arus laut yang berkilau, ondel-ondel menjadi rumah bagi ikan-ikan tropis. Dengan cara ini, landmark kota yang akrab dijadikan media visual untuk membangun kembali keterikatan antara anak dan lingkungan urban melalui pendekatan naratif yang penuh warna dan mudah dipahami. Desain ini mendorong anak-anak untuk tidak hanya membaca cerita, tetapi menjadi bagian dari cerita itu sendiri, anak dpaat menjelajahinya, memainkannya, dan merasakannya secara fisik dan emosional. Dengan demikian, konsep “Jakarta by The Sea” tidak hanya memperkaya fungsi ruang baca secara estetis dan tematik, tetapi juga memperluas fungsinya sebagai ruang kultural yang menyatukan literasi, imajinasi, dan pendidikan ekologis. Perpustakaan menjadi lebih dari sekadar tempat menyimpan dan membaca buku; ia menjadi pengalaman sosial dan intelektual anak, tempat di mana mereka mengenal diri, kota, dan dunianya secara lebih menyeluruh dan menyenangkan. Harapannya, ruang baca ini dapat menjadi prototipe bagi pendekatan desain edukatif yang kontekstual dan imajinatif di ruang publik lainnya, terutama di kota-kota besar yang tengah berjuang menjaga kedekatannya dengan anak-anak dan masa depan mereka.
==================================================================================================================================
Inequitable access to education, information, and public facilities remains one of the most complex structural issues faced by major cities, including Jakarta. This problem is acutely experienced by lower to middle-income communities living in densely populated urban areas, such as East Jakarta. Amid overcrowded settlements and a scarcity of open spaces, access to high-quality public facilities, particularly those that support non-formal education and children’s recreational learning experiences, remains significantly limited. This disparity not only hinders children’s academic development, but also restricts their opportunity to grow within environments rich in literacy, imagination, and healthy social interaction. In this context, public libraries play a crucial role as open and inclusive communal spaces with vast potential to address various literacy and educational needs, especially for children. One of the most vital components within a library is the children’s reading room. This space serves not only as a place for book collections, but more importantly, as a child’s first encounter with the world of stories, ideas, and imagination. Unfortunately, many children’s reading rooms in Indonesia, including the one at the East Jakarta Public Library, remain conventionally designed, focusing more on administrative and functional aspects rather than considering the psychological and emotional experiences of children. As a result, reading often becomes a passive activity, unengaging and disconnected from the joy of discovery. This study stems from an awareness that children’s reading rooms must be designed as spaces that spark curiosity, encourage exploration, and create joyful, meaningful learning experiences. Accordingly, the design approach in this research integrates theatrical, educational, and narrative elements, anchored in the central theme of “Jakarta by The Sea.” This theme is chosen to foster both emotional and educational connections between children and their city, through a fresh and imaginative perspective: the sea. In the context of Jakarta, the symbolism of the sea carries rich historical, geographical, and cultural meanings. As a port city, Jakarta grew out of centuries of interaction between humans and the ocean. However, in today’s era of vertical development and land-focused urban expansion, this maritime dimension is increasingly erased from public consciousness, especially from the lives of children living in dense, landlocked urban neighborhoods. “Jakarta by The Sea” seeks to revive this connection, not merely as a historical backdrop, but as an imaginative and educational gateway for children to rediscover their city from an often overlooked direction. Here, the sea is not depicted as a threat or disaster (as in flood or sinking narratives), but as a world filled with potential, wonder, and stories, capable of nurturing curiosity and ecological awareness. Through a theatrical approach, the children’s reading room is reimagined as an immersive, imaginative environment that allows children to “dive” into an alternate version of Jakarta, an underwater city where familiar landmarks come alive in fantastical forms. The Dirgantara Statue towers underwater like a monument of coral, Monas transforms into a ship, main roads become shimmering ocean currents, and Ondel-Ondel puppets become colorful homes for tropical fish. In this way, recognizable elements of the city are turned into visual narratives that rebuild the emotional bond between children and their urban environment through playful, accessible storytelling. Children are not just invited to read stories, but to become part of themto explore, play within, and feel them physically and emotionally. Thus, the concept of “Jakarta by The Sea” not only enhances the aesthetic and thematic function of the reading space, but also broadens its role as a cultural environment that unites literacy, imagination, and environmental education. The library evolves beyond a mere repository of books, it becomes ax site of intellectual and social experience, where children can discover themselves, their city, and their world in deeper and more joyful ways. Ultimately, this reading room is envisioned as a prototype for contextually rich and imaginative educational design in public spaces, especially in urban areas striving to maintain meaningful relationships with their children and their future.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Biblioteater, Desain untuk Anak, Desain Teatrikal, Desain Naratif, Jakarta by The Sea, Bibliotheatre, Design for Kids, Theatrical Design, Narrative Design, Jakarta by The Sea |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture > NA6600 Education buildings |
Divisions: | Faculty of Creative Design and Digital Business (CREABIZ) > Interior Design > 90221-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Naila Widyadhana |
Date Deposited: | 01 Aug 2025 02:53 |
Last Modified: | 01 Aug 2025 02:53 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/123933 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |