Irsyada, Tafiyuddin Nauval (2025) Redesain Interior Atrium Lantai Dasar Hi-Tech Mall Surabaya dengan Pendekatan Adaptive Reuse guna Menciptakan Ruang Kreatif yang Dinamis dan Atraktif. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
![]() |
Text
5029211011-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (22MB) | Request a copy |
Abstract
Fenomena dead mall menjadi tantangan global yang turut melanda berbagai kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya. Hi-Tech Mall, sebuah mall yang didirikan pada tahun 1989 dan pernah menjadi pusat perdagangan elektronik terbesar di Surabaya, kini mengalami penurunan okupansi drastis hingga di bawah 30%. Minimnya variasi tenant, absennya kegiatan promosi, serta kondisi fisik bangunan yang kian menurun menjadi indikator yang menunjukkan bahwa mall ini telah memasuki fase decline dalam siklus hidup pusat perbelanjaan. Dengan kondisi tersebut, Hi-Tech Mall berpotensi menjadi sebuah ruang kota terbengkalai yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan sekitarnya. Analisis objek menunjukkan bahwa meskipun Hi-Tech Mall telah kehilangan relevansinya sebagai pusat perbelanjaan, bangunan ini masih memiliki potensi spasial dan historis yang dapat dimanfaatkan kembali melalui strategi perancangan adaptif dan kontekstual untuk menjawab kebutuhan masyarakat kota, khususnya generasi muda. Guna merespons permasalahan tersebut, penelitian ini menerapkan pendekatan adaptive reuse sebagai strategi utama revitalisasi, dengan fokus pada redesain interior atrium lantai dasar Hi-Tech Mall. Tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan konsep desain interior yang mampu meningkatkan daya tarik Hi-Tech Mall, khususnya bagi kalangan generasi muda, serta mengarahkan fungsi atrium sebagai ruang kreatif yang fungsional dan berkelanjutan. Metode yang digunakan meliputi pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka, studi preseden, dan studi pengguna, yang kemudian dianalisis untuk merumuskan strategi desain makro dan mikro. Selanjutnya, digunakan dua konsep utama sebagai acuan pengembangan desain, yaitu Flexible Creative Space yang menekankan fleksibilitas ruang dan kemudahan adaptasi aktivitas, serta Past Reimagined yang mereinterpretasi elemen historis Hi-Tech Mall ke dalam bentuk visual dan material kontekstual. Kedua konsep tersebut diimplementasikan untuk menciptakan ruang kreatif yang relevan bagi generasi muda dan pelaku ekonomi kreatif. Perancangan ini menghasilkan desain atrium yang terbagi ke dalam beberapa zona, yaitu area entrance, ruang rekreatif publik, ruang eksibisi, ruang coworking, dan open space multipurpose. Setiap zona dirancang dengan fleksibilitas tinggi agar dapat diadaptasi sesuai kebutuhan program, baik dalam skala harian maupun acara khusus. Elemen-elemen desain seperti furnitur modular multifungsi, sistem pencahayaan fleksibel, dan partisi moveable digunakan untuk mendukung terwujudnya ruang yang dinamis dan interaktif. Validasi kepada komunitas kreatif dan masyarakat umum menunjukkan respon positif terhadap kemampuan ruang dalam mengakomodasi berbagai aktivitas kreatif. Dengan demikian, konsep desain yang dihasilkan tidak hanya menjawab rumusan masalah mengenai kebutuhan ruang atraktif dan berkelanjutan bagi generasi muda, tetapi juga berkontribusi pada regenerasi fungsi ruang kota yang sempat terbengkalai. Perancangan ini membuktikan bahwa pendekatan adaptive reuse mampu menjadi solusi strategis dalam menciptakan ruang publik baru yang relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Surabaya.
==================================================================================================================================
The dead mall phenomenon has become a global urban issue, including in major Indonesian cities. Hi-Tech Mall in Surabaya stands as a prominent example of this condition. Once a leading center for electronics retail since its establishment in 1989, the mall has suffered a significant decline in occupancy. The lack of tenant variety, absence of promotional activities, and the deteriorating physical condition of the building indicate that the mall has entered the decline phase in the shopping center life cycle. If left unaddressed, this condition could lead the building to become an abandoned urban space, posing negative impacts on the surrounding social, economic, and environmental fabric. Despite its loss of relevance as a retail center, object analysis reveals that Hi-Tech Mall still possesses spatial and historical potential that can be revitalized through adaptive and contextual design strategies to meet the current needs of the city’s society, particularly its younger generation. In response to this issue, this study employs an adaptive reuse approach as the central strategy for revitalization, with a specific focus on the interior redesign of the ground floor atrium of Hi-Tech Mall. The main objective is to formulate an interior design concept that increases the mall’s appeal to young people while redefining the atrium as a functional and sustainable creative space. The research method includes data collection through observation, interviews, literature reviews, precedent studies, and user analysis, which are then synthesized to develop macro and micro design strategies. Two key design concepts guide the process, including Flexible Creative Space, which emphasizes spatial flexibility and adaptability to various activities, and Past Reimagined, which reinterprets the mall’s historical identity through contextual use of materials and visual language. These concepts aim to create a space that is engaging, relevant, and supportive of the local creative economy. The resulting design organizes the atrium into several functional zones, including an entrance area, public recreational space, exhibition zone, coworking space, and a multipurpose open area. Each zone is designed for high flexibility to support a range of activities, from daily use to special events. Design features such as modular multifunctional furniture, adaptable lighting systems, and movable partitions are employed to enhance spatial dynamics and user interaction. Validation from both creative communities and the general public reflects positive responses toward the space’s capacity to accommodate diverse creative activities. In conclusion, the proposed design successfully addresses the need for an attractive and sustainable public space for young users, while contributing to the regeneration of an underutilized urban site. This study demonstrates the potential of adaptive reuse as a strategic solution for transforming dead malls into vibrant and socially relevant public spaces that support the growth of the creative economy in Surabaya.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Mall Terbengkalai, Komunitas, Ekonomi Kreatif, Ruang Multifungsi, Revitalisasi, Dead Mall, Community, Creative Economy, Multipurpose Space, Revitalization |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture > NA6695 Art museums and galleries N Fine Arts > NK Decorative arts Applied arts Decoration and ornament > NK2589 Furniture design |
Divisions: | Faculty of Creative Design and Digital Business (CREABIZ) > Interior Design > 90221-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Tafiyuddin Nauval Irsyada |
Date Deposited: | 01 Aug 2025 02:39 |
Last Modified: | 01 Aug 2025 02:39 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/123935 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |