Studi Komparasi Analisis Kekeringan Meteorologi Dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Effective Drought Index (EDI), Serta Kombinasi Metode Theory Of Run Di Kabupaten Tuban

Pramudyo, Ganang Ajie (2025) Studi Komparasi Analisis Kekeringan Meteorologi Dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Effective Drought Index (EDI), Serta Kombinasi Metode Theory Of Run Di Kabupaten Tuban. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6012231030-Master_Thesis.pdf] Text
6012231030-Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (9MB) | Request a copy

Abstract

Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologi yang berdampak signifikan terhadap sektor pertanian, ketersediaan air, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah yang rawan kekurangan air pada musim kemarau. Provinsi Jawa Timur termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang sering terdampak kekeringan, dengan daerah-daerah seperti Pulau Madura, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tuban yang menjadi perhatian utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini berfokus pada analisis kekeringan meteorologi di Kabupaten Tuban, khususnya di wilayah selatan yang meliputi 11 kecamatan, yaitu Kenduruan, Bangilan, Senori, Singgahan, Parengan, Montong, Soko, Grabagan, Rengel, Plumpang, dan Widang. Pemilihan wilayah ini didasarkan pada karakteristiknya sebagai daerah sentra pertanian yang sangat bergantung pada curah hujan musiman.
Analisis dilakukan dengan metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Effective Drought Index (EDI) untuk mengukur kondisi kekeringan secara meteorologis. Hasil perhitungan indeks kekeringan dari kedua metode tersebut digunakan sebagai dasar peta sebaran keekringan wilayah Selatan Kabupaten Tuban dengan menggunakan software QGIS. Selanjutnya, hasil dari kedua indeks tersebut dikombinasikan dengan metode Theory of Run untuk mengidentifikasi intensitas dan durasi kekeringan secara lebih mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada metode Standardized Precipitation Index (SPI) dengan periode defisit 1, 3, 6 dan 12 bulanan kekeringan terparah terjadi pada bulan Nopember tahun 2015 periode defisit 1 bulanan dengan indeks kekeringan sebesar -3,65. Sedangkan pada metode Effecive Drought Index (EDI) dengan periode yang sama, kekeringan terparah terjadi pada tahun 2007 periode defisit 3 bulanan dengan indeks sebesar -2.21. Dari grafik perbandingan nilai indeks kekeringan metode SPI dan EDI tiap periode defisit memberikan hasil pada periode yang sama kedua metode menghasilkan prediksi kekeringan dengan pola yang cenderung sama. Akan tetapi, EDI memiliki kecenderungan hasil indeks lebih tinggi dalam pembacaan kondisi basah, sedangkan SPI memiliki kecenderungan lebih rendah dalam pembacaan kondisi kering. Dari hasil analisis korelasi dan determinasi secara kuantitatif, komparasi hasil indeks kekeringan SPI dan EDI menunjukkan korelasi yang sangat kuat, yang artinya kedua metode ini saling berhubungan. Dari hasil penggambaran peta sebaran kekeringan ini per wilayah administrasi 11 kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Tuban dan disesuaikan dengan publikasi bencana kekeringan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban yang sering terjadi bencana kekeringan sesuai dengan hasil analisis kekeringan meteorologi dengan metode EDI dan SPI, yaitu yang terparah dari 11 kecamatan yang diteliti, adalah Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Grabagan dan Kecamatan Rengel. Kemudian dari hasil analisis menggunakan metode Theory of Run bencana kekeringan terparah terjadi di Kecamatan Montong dengan jumlah kekeringannya adalah 849,78 mm dan durasi kekeringan terpanjang terjadi di Kecamatan Montong yaitu selama 19 bulan pada periode sepanjang tahun 2023 sampai 2024.
======================================================================================================================================
Drought is one of the most significant hydrometeorological disasters, with considerable impacts on the agricultural sector, water availability, and the socio-economic conditions of affected communities, particularly in areas prone to water scarcity during the dry season. East Java Province is among the regions in Indonesia frequently affected by drought, with areas such as Madura Island, Trenggalek Regency, and Tuban Regency receiving special attention from the East Java Regional Disaster Management Agency (BPBD).
This study focuses on the meteorological drought analysis in Tuban Regency, specifically in the southern region comprising 11 sub-districts: Kenduruan, Bangilan, Senori, Singgahan, Parengan, Montong, Soko, Grabagan, Rengel, Plumpang, and Widang. The selection of this area is based on its characteristics as a key agricultural region that heavily depends on seasonal rainfall.
The analysis was conducted using the Standardized Precipitation Index (SPI) and the Effective Drought Index (EDI) to assess meteorological drought conditions. The drought index values derived from both methods were used to generate drought distribution maps for the southern region of Tuban Regency using QGIS software. Furthermore, the results from SPI and EDI were integrated with the Theory of Run method to gain deeper insights into drought intensity and duration.
The results show that, based on the SPI method with deficit periods of 1, 3, 6, and 12 months, the most severe drought occurred in November 2015 during the 1-month deficit period, with a drought index of -3.65. Meanwhile, based on the EDI method for the same periods, the most extreme drought occurred in 2007 during the 3-month deficit period, with a drought index of -2.21. Comparative graphs of SPI and EDI values across deficit periods revealed similar patterns in drought prediction, although EDI tends to report wetter conditions with higher index values, while SPI tends to indicate drier conditions with lower index values. Quantitative correlation and determination analyses indicate a strong correlation between the two methods, suggesting that they are closely related. The drought distribution maps produced for the 11 sub-districts in southern Tuban Regency correspond well with drought disaster data published by BPBD Tuban. The areas identified as most affected by drought, according to both the SPI and EDI analyses, are Kenduruan, Singgahan, Grabagan, and Rengel Sub-districts. Finally, the analysis using the Theory of Run revealed that the most severe drought event occurred in Montong Sub-district, with a cumulative drought magnitude of 849.78 mm, while the longest drought duration occurred in Montong Sub-district, lasting for 19 months from 2023 to 2024.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: kekeringan meteorologi, indeks kekeringan, Standardized Precipitation Index (SPI), Effective Drought Index (EDI), Theory of Run, peta sebaran kekeringan, Kabupaten Tuban.
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.212 ArcGIS. Geographic information systems.
G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.217 Geospatial data
G Geography. Anthropology. Recreation > GB Physical geography
G Geography. Anthropology. Recreation > GB Physical geography > GB1003.2 Groundwater.
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22101-(S2) Master Thesis
Depositing User: Ganang Ajie Pramudyo
Date Deposited: 04 Aug 2025 04:18
Last Modified: 04 Aug 2025 04:18
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/126858

Actions (login required)

View Item View Item