Pemilihan Tipe Layanan Bunkering Bahan Bakar Kapal di Pelabuhan Dengan Metode Clustering dan Multi Criteria Decision Making

Putra, Muhammad Rizqi Ramadlani Manan (2025) Pemilihan Tipe Layanan Bunkering Bahan Bakar Kapal di Pelabuhan Dengan Metode Clustering dan Multi Criteria Decision Making. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 5019201018-Undergraduate_Thesis.pdf] Text
5019201018-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Lalu lintas dan kunjungan kapal di berbagai pelabuhan Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pelabuhan memainkan peran penting dalam menunjang kelancaran aktivitas ekonomi, terutama dalam penyediaan layanan esensial bagi kapal, salah satunya adalah layanan pengisian bahan bakar atau bunkering. Bunkering merupakan proses pengisian bahan bakar kapal yang dapat dilakukan melalui tiga metode utama, yaitu ship to ship (STS), truck to ship (TTS), dan onshore to ship (OTS). Meskipun layanan bunkering telah menjadi bagian penting dari operasional pelabuhan, hingga saat ini Indonesia belum memiliki standar yang jelas mengenai metode bunkering yang paling sesuai untuk berbagai jenis pelabuhan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemilihan mengenai tipe layanan dan menyusun standar minimal fasilitas bunkering yang paling sesuai untuk diterapkan di pelabuhan kelas utama dan kelas I di Indonesia. Dalam penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan proyeksi jumlah kunjungan kapal dan kegiatan bunkering di pelabuhan untuk tahun 2025-2045 dengan menggunakan metode regresi linear, hasilnya menunjukkan bahwa Pelabuhan Banjarmasin diproyeksikan memiliki rata-rata kunjungan kapal yang tertinggi, sedangkan Pelabuhan Samarinda diproyeksikan memiliki rata-rata kegiatan bunkering tertinggi. Setelah itu dilakukan klasterisasi pelabuhan menjadi 4 klaster dengan hasil klaster 1 memiliki frekuensi kunjungan kapal dan kegiatan bunker yang sedang, klaster 2 memiliki frekuensi kunjungan kapal dan kegiatan bunker yang besar, klaster 3 memiliki frekuensi kunjungan kapal dan kegiatan bunker yang sangat besar, dan klaster 4 memiliki frekuensi kunjungan kapal dan kegiatan bunker yang kecil. Pemilihan tipe layanan bunkering dilakukan hanya pada klaster 2 dengan menggunakan metode AHP dan ANP, dimana metode onshore to ship menempati peringkat pertama, disusul ship to ship dan truck to ship. Berdasarkan hasil pemilihan dibuatlah standar minimal fasilitas bunkering onshore to ship yang mencakup ketentuan tentang daftar fasilitas utama yang harus tersedia, ketentuan jarak aman antar fasilitas, skenario ukuran tangki berdasarkan kebutuhan bunker, minimum luas area berdasarkan kebutuhan bunker, ketentuan panjang dermaga dan kedalaman perairan dermaga, proteksi dari kebakaran dan pencemaran lingkungan, serta kebutuhan tenaga kerja. =====================================================================================================
Ship traffic and port calls at various ports in Indonesia have been increasing annually. Ports play a significant role in supporting smooth economic activities, particularly by providing essential services to vessels, one of which is bunkering. Bunkering refers to the process of supplying fuel to ships and can be carried out through three main methods: ship to ship (STS), truck to ship (TTS), and onshore to ship (OTS). Although bunkering services have become an integral part of port operations, Indonesia still lacks clear standards for determining the most suitable bunkering method for different types of ports. Therefore, this study aims to select the appropriate type of bunkering service and its minimum standards for implementation at primary and class I ports in Indonesia. The initial stage of this research involved projecting the number of ship calls and bunkering activities from 2025 to 2045 using the linear regression method. The results show that Banjarmasin Port is projected to have the highest average number of ship calls, while Samarinda Port is projected to have the highest average bunkering activity. Subsequently, ports were classified into four clusters: Cluster 1 with medium ship traffic and bunkering activity, Cluster 2 with high activity, Cluster 3 with very high activity, and Cluster 4 with low activity. The selection of the appropriate bunkering method was conducted only for Cluster 2 using the AHP and ANP methods, in which the onshore to ship method ranked first, followed by ship to ship and truck to ship. Based on the selected method, a set of minimumstandards for onshore to ship bunkering facilities was formulated, including the list of essential facilities, minimum safety distances between facilities, tank sizing scenarios based on bunker demand, minimum area requirements, quay length and water depth criteria, fire and environmental protection measures, and manpower requirements.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: AHP, ANP, Bunkering, Klasterisasi, Pelabuhan AHP, ANP, Bunkering, Clustering, Port
Subjects: V Naval Science > V Naval Science (General) > V220 Naval ports, bases, reservations, docks, etc.
V Naval Science > VM Naval architecture. Shipbuilding. Marine engineering > VM276.A1 Fuel (Including supplies, costs, etc.)
Divisions: Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Marine Engineering > 36202-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Muhammad Rizqi Ramadlani Manan Putra
Date Deposited: 04 Aug 2025 06:57
Last Modified: 04 Aug 2025 06:57
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/126953

Actions (login required)

View Item View Item