Pengembangan Bekas Hutan Bakau Sebagai Ekowisata Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Werembinan, Jinnie Andrea (2022) Pengembangan Bekas Hutan Bakau Sebagai Ekowisata Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Text 08111840007002-Undergraduate_Thesis.pdf Restricted to Repository staff only Download (13MB) | Request a copy

Abstract

Hutan bakau adalah hutan yang terletak di sepanjang pantai atau muara sungai. Indonesia merupakan kawasan ekosistem bakau terluas di dunia. Namun, laju kerusakan bakau di Indonesia juga merupakan tercepat di dunia. Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan hutan bakau. Namun, sebagian besar disebabkan oleh alih fungsi tambak, pemukiman, industri, bahkan dikarenakan penebangan liar. Kerusakan hutan bakau ini cukup memprihatinkan, hal ini merupakan masalah yang serius karena hutan bakau kaya akan fungsi ekosistem. Seperti halnya hutan bakau di Teluk Saumaki yang mengalami kerusakan dikarenakan alih fungsi lahan yang mangkrak. Sehingga sebagian besar lahan telah rusak. Karena bakau berfungsi menjaga daratan dari gerusan ombak, tempat hidup dan berbiaknya biota laut, maka diperlukan upaya penanganan dan perlindungan pada hutan bakau.Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki hutan bakau yang telah rusak yaitu dengan mengkonservasi lahan menjadi area ekowisata. Pengkonservasian lahan ini juga berfungsi untuk menekan laju kerusakan akibat penebangan liar maupun masyarakat yang merusak bakau untuk kepentingannya di sekitar Teluk Saumlaki. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan ekowisata adalah pendekatan arsitektur ekologis. Arsitektur ekologis merupakan solusi yang muncul dari kerusakan alam. Selain itu, arsitektur ekologis dianggap cocok untuk mengatasi permasalahan sampah
=====================================================================================================================================
Mangrove forests are forests located along the coast or river mouths. Indonesia is the largest mangrove ecosystem area in the world. However, the rate of mangrove destruction in Indonesia is also the fastest in the world. Many factors cause damage to bakau forests. However, most of it is caused by the conversion of ponds, settlements, industry, and even illegal logging. Damage to mangrove forests is quite alarming, this is a serious problem because mangrove forests are rich in ecosystem functions. Like the mangrove forest in Saumaki Bay which was damaged due to the conversion of stalled land functions. So that most of the land has been damaged. Because the function of mangroves is to protect the land from scouring waves, as a place to live and breed marine life, efforts to handle and protect mangrove forests are needed. One of the efforts made to repair damaged mangrove forests is by conserving land into ecotourism areas. This land conservation also serves to reduce the rate of damage due to illegal logging and the people who destroy the mangroves for their interests around Saumlaki Bay. The approach used in ecotourism design is an ecological architectural approach. Ecological architecture is a solution that arises from the destruction of nature. In addition, ecological architecture is considered suitable to overcome the problem of waste.

Item Type:	Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords:	Kerusakan, Bakau, Konservasi, Ekowisata, Ekologis, Damage, Mangrove, Conservation, Ecotourism, Ecological
Subjects:	N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:	Faculty of Architecture, Design, and Planning > Architecture > 23201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User:	Mr. Marsudiyana -
Date Deposited:	25 Sep 2025 07:06
Last Modified:	25 Sep 2025 07:06
URI:	http://repository.its.ac.id/id/eprint/128433

Actions (login required)

View Item