Studi Pertumbuhan Biofouling Dengan Variasi Kedalaman Pada Substrat Plastik, Fiber, Kayu Jati, Bambu Laminasi, Dan Aluminium Sebagai Material Konstruksi Kapal Ikan L ≤ 24 M

Pangestu, Mi’rajtus Sulaiman (2022) Studi Pertumbuhan Biofouling Dengan Variasi Kedalaman Pada Substrat Plastik, Fiber, Kayu Jati, Bambu Laminasi, Dan Aluminium Sebagai Material Konstruksi Kapal Ikan L ≤ 24 M. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Text 04111840000063-Undergraduate_theisi.pdf Restricted to Repository staff only Download (13MB) | Request a copy

Abstract

Biofouling menjadi permasalahan utama pada operasional kapal. Penempelan biofouling pada lambung dibawah sarat kapal menyebabkan meningkatnya nilai hambatan dan berkurangnya payload (muatan) yang dapat diangkut oleh kapal. Peningkatan nilai hambatan berakibat pada kecepatan kapal menjadi menurun sehingga terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar untuk menempuh jarak yang sama. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya emisi gas karbon yang dihasilkan ketika kapal beroperasional. Sehingga diperlukan sebuah analisis untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang telah dijabarkan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan material konstruksi kulit kapal ikan yang dianjurkan dalam upaya meminimalisir penempelan biofouling serta mengetahui perbandingan laju penempelan biofouling pada material dengan cat antifouling dan tanpa cat antifouling dengan variasi kedalaman pada saat pengujian. Eksperimen dilakukan dengan membuat spesimen uji dari material plastik, kayu jati, bambu laminasi, fiberglass, dan aluminium sebagai material pembangunan kulit lambung kapal ikan. Spesimen uji berjumlah 18 buah untuk masing-masing material. Tiap spesimen memiliki ukuran luasan yang sama yaitu mengikuti Standar ASTM D 3623-78. Kedalaman air laut yang digunakan bervariasi dengan interval 0,5 m dengan sarat terdalam 1,5 m. Metode pengukuran jumlah dan berat biofouling yang menempel pada spesimen menggunakan Rancangan Perhitungan Rata-Rata Spesimen (RPR). Hasil analisis didapatkan bahwa jumlah penempelan biofouling terendah terjadi pada material bambu laminasi yaitu sebesar 496 ind/m2 (tanpa antifouling) dan 184 ind/m2 (dengan antifouling) dan tertinggi pada material kayu jati yaitu sebesar 2090,3 ind/m2 (tanpa antifouling) dan 564,7 ind/m2 (dengan antifouling). Hasil perbandingan tingkat emisi yang dihasilkan setelah tiga tahun kapal beroperasional diketahui peningkatan polutan tertinggi terjadi pada material kayu jati yaitu sebesar 261,46 ton CO2 dan terendah terjadi pada material bambu laminasi yaitu sebesar 260,67 ton CO2. Sementara itu perbandingan peningkatan biaya operasional kapal akibat peningkatan konsumsi bahan bakar pada material kayu jati menjadi yang tertinggi yaitu sebesar Rp10.961.673 dan material bambu laminasi menjadi yang terendah yaitu sebesar Rp3.660.415. Sehingga dapat disimpulkan bahwa material bambu laminasi dengan proses pengawetan natrium hipoklorit (NaOCl) merupakan material konstruksi kapal ikan yang paling efektif untuk mengurangi laju pertumbuhan biofouling.
===================================================================================================================================
Biofouling is the main problem on ship operations. The attachment of biofouling to the hull below the draft causes an increase the resistance value and a decrease the payload that can be carried by the ship. The increase of the resistance value caused in a decrease of the ship speed so there is an increase in fuel consumption to through the same distance. In this case can caused the increase of carbon gas emissions produced when the ship is operational. So we need an analysis to give the solutions of the described problems. The purpose of this study is to determine the recommended use of fish boat skin construction materials to minimize the attachment of biofouling and to know the comparison of the biofouling attachment rate on materials with antifouling paint and without antifouling paint with depth variation when testing. The experiments were carried out by making the test specimens from plastic, teak wood, laminated bamboo, fiberglass, and aluminum as the materials construction of fish boat hull shells. There are 18 test specimens for each material. Each specimen has the same area size, which follows the ASTM D 3623-78 Standard. The used of sea depth variation with intervals of 0.5 m with the deepest draft of 1.5 m. The method of the amount and weight measure on biofouling attached to the specimen used the Design of Calculation of the Average Specimen (CAS). The results of the analysis showed that the lowest amount of biofouling was on laminated bamboo material, which was 496 ind/m2 (without antifouling) and 184 ind/m2 (with antifouling) and the highest was on teak wood material, which was 2090,3 ind/m2 (without antifouling) and 564,7 ind/m2 (without antifouling). The comparison results of the emission levels produced after three years of the ship operation, the highest increase of pollutant is on teak wood material, which is 261,46 tons CO2 and the lowest was in other laminated bamboo materials, which is 260,67 tons CO2. Meanwhile, the comparison of the increase ship operating costs due to the increase fuel consumption of teak wood material is the highest which is IDR10.961.673 and laminated bamboo material is the lowest, which is IDR3.660.415. So it can be concluded that laminated bamboo with sodium hypochlorite (NaOCl) preservation process is the most effective fish boat construction material to reduce the biofouling growth rate.

Item Type:	Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords:	Material Kapal Ikan, Kedalaman Air Laut, Biofouling, Fish Boat Material, Sea Depth, Biofouling.
Subjects:	V Naval Science > VM Naval architecture. Shipbuilding. Marine engineering
Divisions:	Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Naval Architecture and Shipbuilding Engineering > 36201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User:	Mr. Marsudiyana -
Date Deposited:	11 Dec 2025 07:16
Last Modified:	11 Dec 2025 07:16
URI:	http://repository.its.ac.id/id/eprint/128929

Actions (login required)

View Item