Fajriyani, Immarita Dinar (2018) A Joint Order Inventory Model with Permissible Delay in Payment in Pharmaceutical Supply Chain (Case Study: Blambangan Banyuwangi Public Hospital). Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
02411440000105_Undergraduate Theses.pdf - Accepted Version Download (3MB) | Preview |
Abstract
Healthcare is one of the sectors in which Indonesia’s spending is yearly increasing towards Gross Domestic Product. Its highest contributor, pharmaceutical spending, is known also to increase up to 2017, showing +10.2% growth in IDR currency terms. In addition, it shows an increase in forecast trend projected up to 2021 according to Business Monitor International (BMI) Research. The fact that pharmaceutical spending contributes high to total hospital expenditure in specific and has to hold critically vital products, urged the pharmacy to continuously provide excellent service to the patient. Blambangan Banyuwangi Public Hospital (RSUD Blambangan) is one of regional public service hospital or BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) since 2009. This hospital had just received B-class certification on February 2017. Looking at its hospital pharmacy which contributes up to around 60% of the total hospital revenue, observation and evaluation are worth taking place on its pharmaceutical inventory management. This research is aimed to evaluate current inventory management and to observe the impact of delay in payment using joint order policy and periodic review to some of the A-class pharmaceutical products, from the ABC classification, in RSUD Blambangan. This aim is obtained from the finding that the hospital has a tendency to postpone the order payment to the supplier and it is permitted by the supplier. In addition, the pharmacy depot intuitively determined its review period in its inventory. The ignored permissible delay in payment is the key consideration of this research to be compared to the current inventory management by modifying general total inventory cost equation as well as proposing the periodic review policy. The expected results are a recommendation on Economic Order Interval (EOI) for each scenario (initial condition, consider EOI only, and consider both EOI and delay in payment). It will also analyze each scenario performance gap to know when and which to apply. The current best scenario seen from financial aspects in regards to the least total inventory cost is considering EOI only without the delay in payment. However, the gap towards that of considering both factors is very little depicted by one and two-way sensitivity analysis.
======================================================================================================
Healthcare adalah salah satu sektor dengan tingkat belanja tahunan yang meningkat dalam Produk Domestik Bruto. Kontributor tertingginya, belanja farmasi, diketahui juga meningkat hingga 2017, menunjukkan pertumbuhan + 10.2% dalam mata uang Rupiah. Selain itu, tren ramalannya pun diproyeksikan meningkat hingga 2021 oleh Business Monitor International (BMI) Research. Fakta bahwa farmasi berkontribusi tinggi terhadap total pengeluaran rumah sakit dan memiliki otoritas mengatur alat serta obat sebagai produk yang sangat penting availabilitasnya, mendesak apotek untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Rumah Sakit Umum Blambangan Banyuwangi (RSUD Blambangan) adalah salah satu Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sejak tahun 2009. Rumah sakit ini baru saja menerima sertifikasi kelas B pada Februari 2017. Observasi dan evaluasi layak dilakukan pada manajemen inventori farmasi melihat depo farmasi rumah sakit yang berkontribusi hingga sekitar 60% terhadap total pendapatan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen persediaan aktual dan untuk mengamati dampak keterlambatan pembayaran (delay in payment) menggunakan kebijakan pesanan bersama (joint order) dan peninjauan periodik untuk beberapa produk farmasi kelas A, dari klasifikasi ABC, di RSUD Blambangan. Tujuan ini diperoleh dari temuan bahwa rumah sakit memiliki kecenderungan menunda pembayaran pesanan kepada pemasok dan hal tersebut diizinkan. Selain itu, depo farmasi secara intuitif menentukan periode review dalam inventarisnya. Penundaan pembayaran yang diabaikan adalah fokus utama penelitian ini untuk dibandingkan dengan manajemen inventaris actual dengan memodifikasi persamaan total biaya persediaan serta mengusulkan kebijakan peninjauan periodik. Hasil yang diharapkan adalah rekomendasi pada Economic Order Interval (EOI) untuk setiap skenario (kondisi aktual, mempertimbangkan EOI, dan mempertimbangkan EOI serta penundaan pembayaran). Gap kinerja antar skenario juga akan dianalisis untuk mengetahui kapan dan skenario mana yang akan diterapkan. Skenario terbaik dari aspek keuangan terkait biaya persediaan paling kecil adalah mempertimbangkan EOI tanpa penundaan pembayaran. Namun, selisih dengan skenario yang mempertimbangkan dua faktor cukup sedikit, digambarkan oleh analisis sensitivitas satu dan dua-arah.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Delay in Payment, EOI,Joint Order, Periodic Review, Total Inventory Cost |
Subjects: | Q Science Q Science > Q Science (General) Q Science > Q Science (General) > Q180.55.M38 Mathematical models R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: | Faculty of Industrial Technology > Industrial Engineering > 26201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Fajriyani Immarita Dinar |
Date Deposited: | 09 Aug 2021 22:59 |
Last Modified: | 09 Aug 2021 22:59 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/53714 |
Actions (login required)
View Item |