Studi Pengelolaan Wilayah Pesisir Yang Terkena Dampak Tumpahan Minyak Montara

Tarigan, Dina San Aprisca (2018) Studi Pengelolaan Wilayah Pesisir Yang Terkena Dampak Tumpahan Minyak Montara. Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 4314100086_Undergraduate_Thesis.pdf]
Preview
Text
4314100086_Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version

Download (3MB) | Preview

Abstract

Tumpahan minyak dari anjungan Montara telah mengakibatkan kerugian dari segi ekonomi dan dari segi lingkungan hidup. Bencana ini menyebabkan penurunan penghasilan para nelayan dan petani rumput laut yang ada di wilayah pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari segi lingkungan hidup, tumpahan minyak dari anjungan Montara telah mengakibatkan kerusakan pada wilayah budidaya rumput laut, terumbu karang dan padang lamun yang berfungsi sebagai tempat ikan dan biota laut lainnya memijah dan membesarkan anak ikan serta kawasan vegetasi mangrove yang berfungsi sebagai penyedia jasa lingkungan. Bencana ini juga menyebabkan penurunan keanekaragamanan hayati di Laut Timor. Setelah delapan tahun berlalu masalah ganti rugi akibat pencemaran tumpahan minyak ini belum juga selesai. Selain tuntutan ganti rugi hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perencanaan yang terpadu terhadap wilayah yang terkena dampak tumpahan minyak. Terdapat beberapa kabupaten/kotamadya di NTT yang menjadi obyek penelitian, yaitu : Kabupaten Kupang, Kotamadya Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Belu.
Dalam tugas akhir ini ada beberapa hal yang telah dikerjakan yaitu menghitung kerugian ekonomi pada sektor perikanan laut dan rumput yang terjadi akibat tumpahan minyak Montara, memprediksi produksi rumput laut dan perikanan laut di wlayah pesisir yang terkena tumpahan minyak Montara hingga tahun 2020 dan merumuskan pengelolaan wilayah pesisir pantai yang terkena dampak tumpahan minyak Montara. Data yang digunakan diambil dari beberapa sumber yaitu data dari publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika, jurnal, beberapa tugas akhir dan keterangan dari pemerintah dan masyarakat setempat.
Perhitungan kerugian ekonomi dilaksanakan menggunakan metode-metode berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2014 mengenai Kerugian Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup. Berdasarkan perhitungan Net Present Value (NPV) selama empat tahun (2014-2018) dengan suku bunga 6% maka diketahui jumlah kerugian yang dialami para nelayan perikanan tangkap pada tujuh kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kota Kupang, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Belu dan Kabupaten Sabu Raijua yaitu sebesar Rp 16,5 Triliun dan kerugian yang dialami para pembudidaya rumput laut di dua kabupaten yaitu Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Kupang sebesar Rp 4,92 Triliun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kerugian pada sektor perikanan terjadi hingga tahun 2014. Hal ini terjadi bukan karena kondisi lingkungan alamnya yang sudah tidak tercemar namun karena para nelayan dan pembudidaya rumput laut berpindah tempat ke wilayah yang lebih baik.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan dihitung menggunakan metode Forecasting dapat diketahui bahwa produksi perikanan laut pada tujuh kabupaten yang terkena dampak dari tumpahan minyak memiliki tren meningkat dari tahun 2017 hingga tahun 2020 sebesar 5,32% pada Kabupaten Sumba Timur, 6,5% untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan, 4,35% untuk Kabupaten Belu, 5,65% untuk Kota Kupang, 6,9% untuk Kabupaten Rote Ndao, dan 2,6% untuk Kabupaten Kupang dan Sabu Raijua. Untuk produksi rumput laut pada dua kabupaten penghasil rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur juga mengalami tren meningkat yaitu sebesar 7,7% untuk Kabupaten Rote Ndao dan 5,72% untuk Kabupaten Kupang. Dalam peramalan yang dilakukan masih banyak kekurangan yang dihadapi terutama tingkat kesalahan yang masih sangat tinggi (sekitar 30%-40%). Hal ini disebabkan akibat jumlah data yang didapat masih sangat minim.
Untuk mendukung pencapaian misi pembangunan provinsi Nusa Tenggara Timur pada subsektor perikanan dan kelautan maka perlu dilakukan pembersihan sisa-sisa tumpahan minyak di seluruh wilayah pesisir Nusa Tenggara Timur yang terkena dampak tumpahan minyak Montara serta mengoptimalkan pelaksanaan program Minapolitan dengan menggunakan pendekatan Integrated Coastal Zone Management (ICZM). Selain itu pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ini penting dilaksanakan untuk mendukung peningkatan kontribusi nilai ekonomi subsektor perikanan pada PDRB Nusa Tenggara Timur yang saat ini masih berada dibawah 5%. Beberapa hal yang menyebabkan kontribusi nilai perekonomian subsektor perikanan masih rendah adalah harga pasar yang tidak stabil, infrastruktur yang terbatas, kualitas masyarakat rendah, alat tangkap yang digunakan masih tradisional, industri pengelolaan ikan sedikit dan adanya kerusakan lingkungan. Untuk menanggulangi berbagai permasalahan diatas maka dibutuhkan kerja sama antar instansi yang terkait.
=========================================================
=========================================
Oil spill from Montara rig had caused loss of economics and environment side. This damage caused income decreasing of fishermen and seaweed farmer that existed in coastal of East Nusa Tenggara area. In environment side, oil spill from montara rig had caused the damage of cultivation of seaweed area, coral and seagrass that have function as place of marine fish and biota to spawn and grow fish larva of fish also mangrove vegetation area that has function as producer of environment service. This damage also can caus the decrease of biodiversity in Timor Sea. There are some regencies/municipality that experienced effect of the biggest pollution in East Nusa Tenggara, there are: Kupang Regency, Kupang Municipality, Rote Ndao Regency, South Central Timor Regency, East Sumba Regency, Sabu Raijua Regency and Belu Regency. After eight years the issue of compensation due to oil spill contamination has not been completed yet. In addition to the compensation demands that need to be done is to conduct an integrated planning of the area affected by the oil spill.
In this final project, there are several things that have been done: to calculate the economic losses in the marine and grass fishery sector that occurred due to Montara oil spill, predict the production of seaweed and marine fishery in coastal areas affected by Montara oil spill until 2020 and formulate coastal management beaches affected by the Montara oil spill. The entire data used is extracted from several sources, namely data from publications issued by the Central Bureau of Statistics, journals, some final assignments and information from the government and local communities.
Moreover, calculation of economic losses used methods based on the Regulation of the Minister of Environment No. 7 of 2014 on Environmental Losses Due to Pollution and Environmental Degradation. By using the method of calculating Net Present Value (NPV) for 4 years with 6% interest rate, it is known the number of losses experienced by fishermen in seven regencies of Kupang, Rote Ndao, East Sumba, South Central Timor, Belu and Sabu Raijua regencies of Rp 16.5 trillion and losses suffered by seaweed farmers in two regencies of Rote Ndao and Kupang regencies is Rp 4.92 trillion. Based on data from the Central Bureau of Statistics the average loss until 2014, this did not happen because of the uncontaminated nature of the natural environment but because the fishermen and seaweed farmers move to the better areas.
According to data from Central Bureau of Statistics and calculated using Forecasting method, it can be known that marine fisheries production at seven regencies that experienced oil spill effect has been increasing trend since 2017 until 2020 about 5.32% at Sumba Timur Regency, 6.5% at South Central Timor Regency, 4.35% at Belu Regency, 5.65% at Kupang City, 6.9% at Rote Ndao Regency, and 2.6% at Kupang and Sabu Raijua Regency. Seaweed production on two regencies of seaweed producen is also having increasement trend which is 7.7% from Rote Ndao Regency and 5.72% from Kupang Regency. In forecasting that done, there are still lackness that faced by, mostly error that still highly high. It was because total data that used is still highly lack. To support this development mission of East Nusa Tenggara on marine and fisheries subsector, it necessary to do cleaning of the rest of oil spill in entire coastal area of East Nusa Tenggara that experienced the effect of oil spill of Montara also optimalized the execution of Minapolitan using Integrated Coastal Zone Management (ICZM) approach. Moreover, maintenance of coastal area integratedly is important to be done to support the increasement of contribution of marine subsector economics value on Gross Regional Domestic Product of East Nusa Tenggara that still lower from 5%. Several things that causing contribution of fisheries subsector is still low is non-stable market price, limited infrastructure, low quality of society, traditional fishing equipments, few industry of of fish process and environment damage.
To overcome those various problems, cooperation inter institution related is needed.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Additional Information: RSKe 628.168 33 Tar s
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci : Montara, Tumpahan Minyak, Rumput Laut, Perikanan Tangkap, ICZM, Bioremediasi, Minapolitan, Forecasting, Trend Analysis, Double Exponential Smoothing
Subjects: T Technology > TC Hydraulic engineering. Ocean engineering > TC203.5 Coastal engineering
T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD194.6 Environmental impact analysis
T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD420 Water pollution
Divisions: Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Ocean Engineering > 38201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Dina San Aprisca Tarigan
Date Deposited: 10 Jun 2020 08:02
Last Modified: 17 Jun 2021 06:25
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/53900

Actions (login required)

View Item View Item