Putri, Regina Verra Santiara Yahya (2014) Analisa perubahan pola aliran sungai dan daerah genangan di pantai Surabaya - Sidoarjo menggunakan citra satelit penginderaan jauh. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
3512201902-Dissertation.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Berdasarkan letak geografisnya, kawasan pesisir Surabaya-Sidoarjo
merupakan salah satu daerah rawan genangan dengan ketinggian yang hampir
sejajar dengan permukaan air laut rata-rata. Selain aspek ketinggian wilayah,
perubahan tutupan lahan pada suatu daerah tangkapan air juga akan sangat
mempengaruhi karakteristik hidrologi. Faktor penyebab terjadinya genangan dan
banjir adalah intensitas curah hujan lebih besar daripada perhitungan dalam
perencanaan drainase dan intensitas hujan sesuai dengan perencanaan akan tetapi
limpasan air hujan tidak mampu ditampung oleh sistem drainase yang ada. Selain
peristiwa lumpur Lapindo yang dapat menyebabkan kerusakan sistem drainase,
pembangunan Jembatan Suramadu juga dimungkinkan dapat mengganggu pola
aliran sungai di sepanjang pantai Surabaya-sidoarjo. Analisa spasial dengan citra
satelit penginderaan jauh dan model sistem dinamik dapat digunakan untuk
mendapatkan prediksi daerah rawan genangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Daerah pesisir Surabaya di
dominasi oleh pola aliran Paralel, sedangkan Daerah pesisir Sidoarjo lebih di
dominasi oleh pola aliran sungai Dendritik. Pola aliran sungai dari tahun 2009
hingga 2013 relatif tetap. Berdasarkan tingkat kerawanannya kawasan pesisir
Surabaya Sidoarjo didominasi kelas genangan sangat rawan. Hal ini terjadi karena
persebaran hujan dengan intensitas yang tinggi di daerah tersebut yaitu 1452 mm
hingga lebih dari 1740 mm. Sehingga mengindikasikan bahwa selain tutupan
lahan, curah hujan juga cukup mempengaruhi tingkat kerawanan daerah
genangan. Pada tahun 2009-2013, terjadi perubahan limpasan debit air yang
melebihi debit eksisting. Sub DAS Jomblong memiliki peningkatan jumlah debit
limpasan sebesar 3.79 m3/detik, maka dapat diperkirakan sekitar 230.80 Hektar
lahan akan tergenang di daerah rawan tersebut. Hal ini berbanding lurus dengan
peningkatan daerah sangat rawan genangan berdasarkan pengolahan citra satelit
Landsat-7 ETM+ tahun 2009 dan Landsat 8 tahun 2013, yaitu sebesar 245.40 Ha.
Sub DAS Jomblong memiliki nilai koefisien limpasan yang tinggi yaitu 0.592
yang disebabkan karena penambahan jumlah luas pemukiman di daerah penelitian
selama tahun 2009-2013 sebesar 1755.92 Ha. Apabila kondisi seperti ini tetap
sama, maka dapat diprediksikan bahwa luas daerah genangan akan semakin
bertambah di masa yang akan datang. Sedangkan untuk Sub DAS Greges, memiliki pengurangan nilai debit
limpasan air sebesar 8.36 m3/detik atau seluas 1506.7 Hektar dari daerah rawan
genangan berkurang dalam rentang waktu 2009-2013. Meskipun terjadi
penurunan daerah genangan, Sub DAS Greges tetap menjadi daerah rawan
genangan karena memiliki nilai debit limpasan yang melebihi debit eksistingnya.
Berdasarkan pemodelan sistem dinamik, Sub DAS Greges dan Jomblong
memiliki nilai genangan yang tinggi di bulan basah hingga 2 tahun ke depan. Hal
ini disebabkan karena tingginya curah hujan, rendahnya nilai penguapan,
perubahan tutupan lahan dan rendahnya kemampuan sistem drainase dalam
menampung limpasan air hujan. Berdasarkan skenario yang dilakukan untuk
mengurangi nilai genangan, baik Sub DAS Jomblong maupun Sub DAS Greges
perlu adanya perencanaan kapasitas atau dimensi baru saluran serta penambahan
daerah retensi untuk menambah kemampuan dalam menampung limpasan air.
==========================================================================================================
Based on the geographical location, the coastal region of Surabaya-
Sidoarjo is one of the low areas prone to inundation with a height that is almost
parallel to the surface of the mean sea level. In addition to aspects of altitude
regions, land cover changes in a catchment area will also greatly affect the
hydrological aspects. Factors causing inundation and flooding are rainfall
intensity is greater than the calculation in planning drainage and rainfall intensity
in accordance with the planning but rainwater runoff is not able to be
accommodated by the existing drainage system. In addition to events Lapindo
mud that can damage the drainage system, also made possible the construction of
bridges Suramadu can disrupt the flow pattern of the river along the coast of
Surabaya-Sidoarjo. Analysis of spatial remote sensing satellite imagery and
dynamic system models can be used to obtain predictions of inundation-prone
areas.
The results of this study indicate that the northern coastal area of Surabaya
to Sidoarjo is dominated by parallel flow pattern, while the coastal area of
Sidoarjo more dominated by dendritic stream pattern. The pattern of stream flow
from 2009 to 2013 are relatively fixed. Based on the risks assessment Sidoarjo
Surabaya coastal area is dominated by very prone to inundation class. This
happens because of the spread of high-intensity rainfall in the area. The highintensity
rainfall in the area are 1452 mm and more than 1740 mm. Thus
indicating that in addition to land cover, rainfall is also quite affecting
vulnerability inundation area.
In 2009 and 2013, there's a change in discharge water runoff that exceeds
the existing discharge. Jomblong Sub watershed have an increased amount of
runoff discharge 3.79 m3/second, so it can be estimated at about 230.80 hectares
of land will be flooded in the vulnerable areas. It is directly proportional to the
increase in area that very prone to inundation by processing satellite images of
Landsat-7 ETM + in 2009 and Landsat 8 in 2013, amounting to 245.40 ha.
Jomblong Sub watershed has a high runoff coefficient is 0.592, It’s because the
addition of an extensive number of settlements in the study area during 2009-2013
amounted to 1755.92 hectares. If this condition remains the same, it can be
predicted that widespread inundation area will be growing in the future. As for the Greges sub watershed, has reduced value of the water run off
discharge about 8.36 m3/second or an area of 1506.7 hectares of inundation-prone
areas is reduced in the 2009-2013 timeframe. Despite the decrease in flood areas,
Greges Sub watershed remains the inundation-prone areas because it has a value
of the discharge runoff that exceeds the existing with the runoff of coefficient
about 0.579.
Based on the modeling of dynamic systems, Greges and Jomblong Subwatershed
has a puddle of high value in the wet months to 2 years forward. This is
due to the high rainfall, low evaporation values, changes in land cover and low
capacity of the channel/drainage system to accommodate storm water runoff.
Based on a scenario made to reduce the value of inundation, each two sub
watersheds need for capacity planning or adding a new dimension to the channel
as well as the retention area to increase the ability to accommodate water runoff.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Additional Information: | RTG 621.367 8 Put a |
Uncontrolled Keywords: | Daerah rawan genangan; Pola aliran sungai; Sub DAS; Model sistem dinamik; Citra satelit penginderaan jauh |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.5.I4 Remote sensing |
Divisions: | Faculty of Civil Engineering and Planning > Geomatics Engineering > 29101-(S2) Master Thesis |
Depositing User: | - Taufiq Rahmanu |
Date Deposited: | 17 Jul 2019 03:42 |
Last Modified: | 17 Jul 2019 03:42 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/64194 |
Actions (login required)
View Item |