Analisis Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sesar (Studi Kasus : Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Palu & Kabupaten Donggala)

Prasetyo, Mochamad Thufall Adjie (2019) Analisis Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sesar (Studi Kasus : Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Palu & Kabupaten Donggala). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 0311540000023-Undergraduate_Thesis.pdf]
Preview
Text
0311540000023-Undergraduate_Thesis.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Penyebabnya adalah Indonesia berada di pertemuan 4 lempeng tektonik dunia, yang membuat Indonesia memiliki potensi bencana gunung berapi dan gempa bumi. Pada tahun 2018 silam, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Palu dan Donggala mengalami rentetan gempa bumi selama beberapa hari. Gempa bumi menghasilkan beberapa perambatan gelombang yaitu, Acoustic, Gravity, dan Rayleigh. Gelombang-gelombang tersebut dapat mempengaruhi kerapatan electron dari ionosfer. Pengaruh tersebut dinamakan CIDs (Coseismic Ionosphere Disturbances), CIDs dapat diketahui dari sinyal GNSS yang melewati ionosfer. Pengaruh atau gangguan tersebut dapat diukur menggunakan kombinasi L4 sehingga didapat nilai TEC (Total Electron Content). TEC merupakan jumlah dari elektron sepanjang lintasan sinyal satelit dan dinyatakan dalam TECU dimana 1 TECU adalah 1016 elektron/m2. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa bagaimana perubahan TEC setelah terjadinya gempa-gempa yang memiliki kekuatan > 6 Mw di Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Palu dan Kabupaten Donggala menggunakan data CORS GNSS yang tersebar dimasing-masing daerah kejadian gempa. Metode analisa yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai STEC dengan polynomial pangkat 8-nya. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada gempa bumi tanggal 5 Agustus pukul 11.46 di Kabupaten Lombok Utara satelit GPS nomor 15 dapat mendeteksi perubahan TEC setelah gempa bumi. Nilai fluktuasi TEC yang terdeteksi pada satelit nomor 15 memiliki nilai yang sama untuk dua stasiun yaitu 0,19 TECU. Gempa kedua pada tanggal 19 Agustus pukul 04.10 satelit GPS yang mendeteksi perubahan TEC adalah satelit nomor 5 dengan nilai maksimum sebesar 0,56 TECU. Gempa ketiga pada tanggal 19 Agustus pukul 14.56 satelit GPS yang mendeteksi perubahan adalah satelit nomor 21 memiliki nilai maksimum sebesar 0,45 TECU. Sedangkan untuk daerah Kabupaten Palu dan Donggala pada gempa bumi tanggal 28 September pukul 06.59 satelit GPS nomor 24 saja yang mendeteksi adanya perubahan TEC dengan nilai maksimum sebesar 0,19 TECU. Gempa kedua pada hari yang sama pukul 10.02 hanya satelit nomor 21 saja yang terdeteksi perubahan TEC yaitu sebesar 0,2 TECU.
=================================================================================================================================
Earthquakes are natural disasters that often occur in Indonesia. The cause is that Indonesia is at the confluence of 4 world tectonic plates, which makes Indonesia has a potential volcano and earthquake disaster. In the year 2018 North Lombok Regency, Palu Regency and Donggala Regency suffered a barrage od earthquakes for several days. Earthquakes generate some wave throttling i.e, Acoustic, Gravity, and Rayleigh. These waves can affect the electron density of the ionosphere. The influence is called CIDs (Coseismic Ionosphere Disturbances), CIDs can be known from GNSS signals passing through the ionosphere. Such influences or interference can be measured using a combination of L4 so that the value of TEC (Total Electron Content). TEC is the sum of electrons along the satellite signal path and is epressed in the TECU where 1 TECU is 1016 electron/m2. In this study, analysis will be conducted on how TEC is change after the earthquakes that have power more than 6 Mw in North Lombok Regency, Palu Regency and Donggala Regency use GNSS CORS data that scattered each the earthquake area. The method of analysis used is to compare the value of STEC with the polynomial of the 8th rank. The results of this study found that in the August 5 earthquake at 11.46 in Lombok Regency, the number 15 GPS satellite could detect changes in TEC after the earthquake. The value of TEC fluctuations detected on satellite number 15 has the same value for two stations, namely 0.19 TECU. The second earthquake on August 19 at 4:10 GPS satellites that detected changes in TEC is satellite number 5 with a maximum value of 0.56 TECU. The third earthquake on August 19 at 14:55 the GPS satellite that detects change is satellite number 21 has a maximum value of 0.45 TECU. Whereas for the Palu and Donggala Regencies in the earthquake on September 28 at 06:59 the GPS satellite number 24 only detected a change in TEC with a maximum value of 0.19 TECU. The second earthquake on the same day at 10.02 only satellite number 21 detected a change in TEC which was equal to 0.2 TECU.

Item Type: Thesis (Other)
Additional Information: RSG 551.22 Pra a-1 2019
Uncontrolled Keywords: CIDs, Gempa Bumi, GNSS, Ionosfer, TEC
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G109.5 Global Positioning System
T Technology > T Technology (General) > T57.5 Data Processing
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Geomatics Engineering > 29202-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Mochamad Thufall Adjie Prasetyo
Date Deposited: 03 Oct 2024 07:44
Last Modified: 03 Oct 2024 07:44
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/65709

Actions (login required)

View Item View Item