Model Konektivitas Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Wilayah Kepulauan Riau

Banjarnahor, Franklin Noel (2019) Model Konektivitas Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Wilayah Kepulauan Riau. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 04411540000001-Undergraduate_Theses.pdf]
Preview
Text
04411540000001-Undergraduate_Theses.pdf

Download (6MB) | Preview

Abstract

Bagi pengembangan Kepulauan Riau sebagai provinsi kepulauan, transportasi laut memegang peranan penting dan dibutuhkan pergerakan orang dan barang. PDRB Kepulauan Riau tahun 2017 menunjukkan distribusi terbesar merupakan kota Batam dengan persentase 64% sedangkan kabupaten/kota lainnya memiliki peran yang minim dimana Ibukota provinsi hanya memberikan peran 8.54%, dan kabupaten lainnya hanya dibawah 10 %. Dalam hal ini penulis menduga perbedaan ini terkait adanya tingkat konektivitas dan aksesibilitas jaringan. Layanan untuk menunjang kepentingan angkutan penumpang dan barang dimasa mendatang harus ditingkatkan mengingat perkembangan perpindahan barang, penumpang wilayah Kepulauan Riau. Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui kondisi konektivitas dan aksesibilitas transportasi laut dengan menggunakan degree connectivity, geographical and potential accessibility matrix serta model perhitungan unit biaya layanan transportasi laut antar wilayah. Wilayah dengan nilai konektivtas penumpang tertinggi adalah Tanjungpinang (0.83) dan general cargo adalah Tanjungpinang dan Batam (0.83). Pengaruh peningkatan konektivitas terhadap kondisi eksisting dan hasil analisa dari layanan antar wilayah yang memiliki selisih unit biaya terkecil adalah Karimun – Bintan yaitu Rp.6,881/ton, dan selisih terbesar adalah Natuna – Lingga yaitu Rp.1,568,442/ton. Dari segi waktu, selisih terkecil yaitu Batam – Natuna yaitu 3 jam, dan selisih terbesar adalah Bintan – Lingga yaitu 1,001 jam. Kecamatan yang perlu ditingkatkan aksesibilitasnya yaitu Meral di Kabupaten Karimun, Bintan Timur di Kabupaten Bintan, Senayang di Kabupaten Lingga, Serasan di Kabupaten Natuna. Layanan penumpang dan general cargo antar kabupaten/kota memiliki unit biaya yang bervariasi, baik dari load factor dan jarak pelayaran. Perbandingan perhitungan unit biaya penumpang dengan kondisi saat ini yang memiliki selisih paling kecil adalah rute Batam – Tanjungpinang sebesar Rp.18,393/pax dan selisih terbesar adalah Tanjungpinang – Anambas sebesar Rp.285,051/pax.
=================================================================================================================================
For development of Kepulauan Riau as an archipelagic province, sea transportation plays important role and requires movement of people and goods. Kepulauan Riau GRDP in 2017 shows that largest distribution is Batam city with percentage of 64%, while other cities have a minimal role where the provincial capital only plays a role of 8.54%, and other districts are only under 10%. In this case, authors suspect this difference is related to the level of connectivity and network accessibility. Services to support the interests of passengers and goods transportation in the future must be improved considering the development of the movement of goods, passengers in the Kepulauan Riau Province. This Final Project aims to determine the conditions of connectivity and accessibility of sea transportation by using degree connectivity, geographical and potential accessibility matrices and a model for calculating the unit of sea transportation service costs between regions. The region with the highest passenger connectivity value is Tanjungpinang (0.83) and general cargo is Tanjungpinang and Batam (0.83). The effect of increasing connectivity to existing conditions and the results of an analysis of services between regions that have the smallest unit cost difference is Karimun-Bintan which is Rp.6,881/ton and the most significant difference is NatunaLingga which is Rp.1,568,442/ton. In terms of time, the slightest difference is BatamNatuna which total 3 hours, and the biggest difference is Bintan - Lingga which is 1,001 hours. Subdistricts that need to be improved accessibility are Meral in Karimun Regency, East Bintan in Bintan Regency, Senayang in Lingga Regency, Serasan in Natuna Regency. Passenger services and general cargo between cities have a variety of unit costs, both from load factor and shipping distance. Comparison of passenger cost unit calculations with the current conditions which have smallest difference is the BatamTanjungpinang route of Rp.18,393/pax and largest difference is Tanjungpinang-Anambas of Rp.285,051/pax.

Item Type: Thesis (Other)
Additional Information: RSTrL 388.041 Ban m-1 2019
Uncontrolled Keywords: Aksesibilitas, Biaya Satuan, General Cargo, High Speed Ferry, Konektivitas
Subjects: Q Science > Q Science (General) > Q180.55.M38 Mathematical models
V Naval Science > VK > VK358 Marine terminals
Divisions: Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Sea Transportation Engineering > 21207-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Franklin Noel Banjarnahor
Date Deposited: 23 Apr 2024 09:02
Last Modified: 23 Apr 2024 09:02
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/67599

Actions (login required)

View Item View Item