Pra Desain Pabrik Minyak Goreng Dari Biji Jagung Dengan Proses Dry Milling

Murbawani, Anisa Estu and Nabilla, Hasna (2020) Pra Desain Pabrik Minyak Goreng Dari Biji Jagung Dengan Proses Dry Milling. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 02211746000016-02211746000041-Undergraduate_Thesis.pdf]
Preview
Text
02211746000016-02211746000041-Undergraduate_Thesis.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan asam lemak tidak jenuh, yaitu asam linoleat dan linolenat. Kedua asam lemak tersebut dapat menurunkan kolesterol darah dan menurunkan resiko serangan jantung coroner. Minyak jagung dapat digunakan sebagai alternatif untuk pencegahan penyakit jantung koroner. Tetapi pemanfaatan jagung di Indonesia untuk di produksi menjadi minyak jagung masih rendah. Minyak jagung memiliki stabilitas yang tinggi, rasa yang enak, dan manfaat yang banyak. Selain itu minyak jagung dijadikan standar bagi minyak lainnya untuk menilai kemampuan penurunan kolesterol. Berdasarkan pernyataan tersebut, minyak jagung sangat disarankan bagi penderita Kolesterol.
Pabrik Minyak Goreng Jagung akan didirikan dan siap beroperasi pada tahun 2023, dengan pembelian peralatan pada tahun 2020 dan masa konstruksi selama 2 tahun (2021-2022). Lokasi pabrik direncanakan di daerah Tambakboyo, Tuban, Jawa Timur. Pemilihan lokasi pabrik ini berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama berupa biji jagung. Bahan baku utama dalam proses pembuatan Minyak Goreng Jagung yaitu biji jagung jenis bisi yang memiliki komposisi sebesar Air 9,7% ; Abu 1% ; Protein 8,4% ; Serat Kasar 2,2% ; Lemak 3,6% ; Karbohidrat 75,1%. Adapun bahan baku tambahan berupa Asam Phospat dan Bleaching Earth. Dosis yang digunakan yaitu sebesar 0.02% dari feed yang masuk untuk asam phospat. Sedangkan untuk Bleaching Earth dosis yang digunakan yaitu 2% dari feed yang masuk. Kebutuhan tersebut bergantung pada kualitas Crude Corn Oil yang digunakan untuk proses produksi. Kapasitas produksi Minyak Goreng Jagung direncanakan sebesar 85.000 ton minyak/tahun. Perencanaan ini berdasarkan jumlah lahan yang dimiliki oleh pabrik dan jumlah raw material yang tersedia untuk proses produksi. Dalam pemenuhan kapasitas tahunan, pabrik akan beroperasi kontinyu 24 jam per hari selama 330 hari. Untuk memproduksi Minyak Goreng Jagung sebesar 85.000 ton minyak/tahun diperlukan bahan baku Jagung sebesar 410.000 kg biji jagung/jam. Selain produk utama Minyak Goreng Jagung, pabrik ini juga dapat memproduksi produk berupa grit hasil samping dari degerminator sebagai bahan baku membuat tepung maizena. Selain itu hasil Corn Fatty Acid Distillated (CFAD) dapat diolah menjadi biodiesel dan juga Corn Fatty Acid Distillated (CFAD) mengandung Tocopherol dan Phytosterol yang banyak digunakan dalam dunia farmasi. Proses pembuatan Minyak Goreng Jagung dapat diuraikan menjadi 3 tahapan proses, yaitu Proses Pre-Treatment, Proses Ekstraksi dan Proses Refinery. Proses Pre-Treatment dibagai menjadi 5 tahap washing, tempering, Degerminating, Drying, Flaking. Kemudian dilanjutkan dengan proses ektraksi dengan menggunakan expeller press dan tahap yang terakhir adalah Proses Refinery dapat dibagi menjadi 5 tahapan proses yaitu tahap Degumming, Bleaching, Filtrasi, Dewaxing, dan Deodorisasi. Dari tahap ini akan diperoleh produk berupa Refined Bleach Deodorized Corn Oil (RBDPO). Proses awal dimulai dengan pretreatment bahan baku yaitu dengan membersihkan biji jagung dari kerikil atau material-material yang tidak diinginkan yang dilewatkan ke vibrating screen, kemudian dibersihkan dengan menggunakan air untuk menghilangkan kotoran atau debu yang mungkin masih menempel pada biji jagung. Proses selanjutnya adalah proses tempering dimana proses ini meningkatkan moisture di dalam biji jagung hingga 23% . Kemudian memisahkan endosperma jagung dengan lembaganya dengan menggunakan degerminator. Lembaga yang telah terpisah kemudian dikeringkan hingga kandungan airnya tersisa 14%. Sebelum mengambil minyak dari lembaga jagung, dilakukan penghancuran jagung dengan menggunakan roller mill. Proses selanjutnya adalah proses ekstraksi dengan menggunakan Expeller Press. Proses pemurnian crude corn oil yang pertama adalah proses Degumming dengan penambahan asam phospat sebesar 1,089% dari feed yang masuk. Pada tahap ini berguna untuk menetralisir gum (mengikat phospholipid non hidrat) dengan menggunakan tangki pengaduk. Selanjutnya proses Bleaching dengan penambahan Bleaching earth sebesar 2% dari feed yang masuk. Penambahan bleaching earth dilakukan untuk mengadsorbsi impurities dan gum dari proses Degumming. Setelah itu dilanjutkan proses filtrasi untuk memisahkan bleaching earth dan impurities lain dengan minyak menggunakan Niagara Filter dan Catridge Filter Setelah itu masuk proses Deodorasi dengan menggunakan distilasi tray. Tahap ini berguna dalam penghilangan bau dan warna, serta menurunkan kadar FFA dengan proses vakum. Pada tahap deodorisasi didapatkan produk distilat berupa CFAD dan produk bottom berupa RBDCO. Hasil CFAD dapat diolah menjadi biodiesel, sedangkan produk RBDCO siap untuk di packing. Dari perhitungan analisa ekonomi, dengan harga jual minyak goreng jagung sebesar $2600 per ton, harga maize $385 dan harga corn fatty acid $800 per ton. Adapaun diperoleh Internal Rate Return (IRR) sebesar 45,88%. Dengan IRR tersebut mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk didirikan dengan suku bunga 9,75% dan waktu pengembalian modal (pay out period) selama 4,24 tahun. Perhitungan analisa ekonomi didasarkan pada discounted cash flow. Modal untuk pendirian pabrik menggunakan rasio 30% modal sendiri dan 70% modal pinjaman. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik adalah sebesar Rp. 898.769.259.170. Sedangkan Break Event Point (BEP) yang diperoleh adalah sebesar 47,81%.
=================================================================================================================================
Corn oil is an oil that is rich in unsaturated fatty acids, namely linoleic acid, and linolenic acid. Both of these fatty acids can reduce blood cholesterol and reduce the risk of coronary heart disease. Corn oil can be used as an alternative for the prevention of coronary heart disease. But the use of corn in Indonesia for production into corn oil is still low. Corn oil has high stability, good taste, and many benefits. Besides corn oil is used as a standard for other oils to assess the ability to reduce cholesterol. Based on these statements, corn oil is highly recommended for people with cholesterol. Corn Cooking Oil Plant will be established and ready to operate in 2023, with the purchase of equipment in 2020 and a construction period of 2 years (2021-2022). The location of the plant is planned in the Tambakboyo area, Tuban, East Java. The choice of plant location is related to the availability of main raw materials in the form of corn kernels. The main raw materials in the process of making Corn Cooking Oil are bisi corn seeds which have a composition of 9.7% Water; Ash 1%; 8.4% protein; Coarse Fiber 2.2%; 3.6% fat; Carbohydrates 75.1%. The additional raw materials are Phosphoric Acid and Bleaching Earth. The dose used is 0.02% of the incoming feed for phosphoric acid. As for Bleaching Earth, the dose used is 2% of the incoming feed. These needs depend on the quality of Crude Corn Oil used for the production process. The production capacity of corn cooking oil is planned at 85,000 tons of oil/year. This plan is based on the amount of land owned by the factory and the amount of raw material available for the production process. In meeting its annual capacity, the plant will operate continuously 24 hours per day for 330 days. To produce corn cooking oil of 85,000 tons of oil/year, corn raw material of 410,000 kg of corn seeds/hour is needed. In addition to the main product of Corn Cooking Oil, this factory can also produce grit by-products from the degerminator as a raw material for making corn flour. In addition, the results of Corn Fatty Acid Distillate (CFAD) can be processed into biodiesel and also Corn Fatty Acid Distillate (CFAD) contains Tocopherol and Phytosterol which are widely used in the pharmaceutical world. The process of making Corn Edible Oil can be broken down into 3 process stages, namely the Pre-Treatment Process, the Extraction Process, and the Refinery Process. The Pre-Treatment process is divided into 5 stages of washing, tempering, degerminating, drying, flaking. Then proceed with the extraction process using the expeller press and the last stage is the Refinery Process can be divided into 5 stages of the process namely the Degumming, Bleaching, Filtration, Dewaxing, and Deodorization stages. From this stage, a Refined Bleach Deodorized Corn Oil (RBDPO) product will be obtained. The initial process begins with the pretreatment of raw materials by cleaning the corn kernels from gravel or unwanted materials that are passed to the vibrating screen, then cleaned using water to remove dirt or dust that may still be attached to the corn kernels. The next process is the tempering process where this process increases moisture in corn kernels by up to 23%. Then separate the corn endosperm from the institution using a degerminator. The separated institution is then dried until the remaining water content is 14%. Before extracting oil from the corn institution, the corn is crushed using a roller mill. The next process is the extraction process using the Expeller Press. The first process of refining crude corn oil is the Degumming process with the addition of phosphoric acid of 1.089% from the incoming feed. At this stage, it is useful to neutralize gum (bind phospholipid non-hydrate) using a stirring tank. Furthermore, the Bleaching process with the addition of Bleaching earth by 2% of the incoming feed. The addition of bleaching earth is done to adsorb impurities and gums from the degumming process. After that , the filtration process is continued to separate the bleaching earth and other impurities with oil using the Niagara Filter and Cartridge Filter. After that enter the Deodoration process using the distillation tray. This stage is useful in removing odors and colors and reducing levels of FFA by a vacuum process. At the deodorization stage, the distillate product is CFAD and the bottom product is RBDCO. CFAD products can be processed into biodiesel, while RBDCO products are ready for packing From an economic analysis calculation, the selling price of corn cooking oil is $ 2,600 per ton, the price of corn is $ 385 and the price of corn fatty acid is $ 800 per ton. As for the Internal Rate Return (IRR) of 45.88% is obtained. The IRR indicates that the factory is feasible to be established with interest rates.

Item Type: Thesis (Other)
Additional Information: RSK 660.284 2 Mur p-1 2020
Uncontrolled Keywords: Minyak jagung, Kapasitas produksi, CFAD, RBDCO, FFA, IRR
Subjects: H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD9490.A2 Essences and essential oils industry.
T Technology > TP Chemical technology > TP156 Crystallization. Extraction (Chemistry). Fermentation. Distillation. Emulsions.
Divisions: Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Hasna Nabilla
Date Deposited: 15 Jan 2024 06:09
Last Modified: 15 Jan 2024 06:09
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/73781

Actions (login required)

View Item View Item