Sumbogo, Aryo (2020) Kampung Afeksi: Arsitektur sebagai Bentuk Eksistensi Pasca Rehabilitasi Narkoba. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
08111640000034_Undergraduate Thesis.pdf Download (5MB) | Preview |
Abstract
Menjadi pribadi dengan latar belakang yang dianggap buruk oleh khalayak umum, sering kali membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat di tengah masyarakat. Seperti halnya para mantan pecandu narkoba, yang sebagain besar dari mereka tidak mudah untuk memperoleh kembali eksistensi di lingkungan sosialnya. Lingkungan terdekat, tempat mereka tinggal pun tak jarang yang bersikap kurang suportif terhadap mereka. Hal tersebut semestinya tidak terjadi, sebab pasca rehabilitasi narkoba (re-entry) merupakan fase krusial bagi para mantan pecandu narkoba untuk benar-benar lepas dari jeratan obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, sepatutnya hal ini menjadi perhatian bersama, tidak seharusnya dibebankan kepada subjek utamanya saja yaitu para mantan pecandu narkoba.
Dan salah satu ruang/lingkungan sosial yang tepat untuk menumbuhkan kembali eksistensi para mantan pecandu narkoba adalah perkampungan. Kampung yang merupakan sub terkecil dalam kota, memiliki posisi yang strategis dalam menjawab persoalan ini. Dari segi skala dan kondisi kampung begitu mendukung, sebab adanya kehidupan sosial yang dinamis di dalamnya maka pembentukan eksistensi pun akan lebih mudah pastinya. Selain itu, dengan posisi sebagai salah satu unsur pembentuk sebuah kota maka kampung mampu menjadi tempat eksistensi yang memiliki prospek yang luas ke depannya. Hingga nantinya tidak hanya eksistensi bagi para pecandu narkoba saja yang terbentuk, tapi lingkungan sekitarnya pun akan memperoleh eksistensinya sendiri dan mebentuk identitas sebagai Kampung Afeksi.
=========================================================
Being personal with a background that is considered bad by the general public, often makes it difficult to get a place in the community. Like the former drug addicts, most of them are not easy to regain their social presence. The nearest environment, where they live, is not uncommon to be less supportive of them. This should not have happened, because post-drug rehabilitation (re-entry) is a crucial phase for former drug addicts to be completely free from the bondage of illegal drugs. Therefore, this should be a common concern, it should not be borne by the main subject, namely former drug addicts.
And one of the spaces/social environment that is right to regrow the existence of former drug addicts is the village. The village, which is the smallest sub in the city, has a strategic position in answering this problem. In terms of scale and condition of the village so supportive, because of the dynamic social life in it, the formation of existence will certainly be easier. In addition, with the position as one of the elements forming a city, the village is able to become a place of existence that has broad prospects in the future. Until later not only the existence of drug addicts is formed, but the surrounding environment will gain its own existence and form an identity as Kampung Afeksi.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | RSA 711.43 Sum k-1 |
Uncontrolled Keywords: | eksistensi, mantan pecandu narkoba, kampung existence, former drug addict, village |
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture > NA7115 Domestic architecture. Houses. Dwellings |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Architecture > 23201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Aryo Sumbogo |
Date Deposited: | 19 Aug 2020 02:46 |
Last Modified: | 19 Jul 2023 13:29 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/78950 |
Actions (login required)
View Item |