Rizi, Pratista Septian Alfa (2020) Pengaruh Variasi Rasio Sodium Silicate (Na2SiO3) Dan Sodium Hydroxyde (NaOH) Terhadap Perkembangan Kuat Tekan Beton Geopolymer Pada Usia Awal. Diploma thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
10111610013062-Udergraduate_Thesis.pdf Download (5MB) | Preview |
Abstract
Beton geopolimer merupakan inovasi dari beton konvensional dikarenakan lebih ramah terhadap lingkungan, karena tidak menggunakan semen. Dimana dalam proses pembuatan semen sendiri telah menghasilkan emisi berupa gas karbon dioksida (CO2). Fly ash yang digunakan merupakan fly ash tipe C, dikarenakan fly ash tipe ini merupakan limbah dari PLTU yang banyak tersedia di Indonesia selain itu, fly ash tipe C memiliki kandungan CaO yang tinggi dibandingkan dengan fly ash tipe F. Fly ash akan dicampurkan dengan alkali aktivator dengan molaritas rendah untuk menekan biaya operasional.
Pada studi eksperimental ini difokuskan pada perkembangan kuat tekan beton geopolimer pada usia awal (early high strength concrete) dimana early high strength concrete dapat mempersingkat waktu pengerjaan infrastruktur seperti jalan raya atau untuk perbaikan infrastruktur dengan metode grouting. Pada penelitian ini menggunakan perbandingan alkali aktivator berupa NaOH dan Na2SiO3 dengan perbandingan 1:1,5; 1:2 dan 1: 2,5. Mix desain dari beton geopolimer ini merujuk pada penelitian “ A Mix Design Procedure For Alkali-Activated High-Calcium Fly Ash Concrete Cured At Ambient Temperature” oleh Tanakorn Phoo-ngernkham. Beton geopolimer ini akan diuji dengan uji slump, uji kuat tekan, uji permeabilitas, uji porositas, uji pH dan uji resistivitas dan benda uji nantinya akan di uji pada saat umur 1 hari, 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil perbandingan alkali aktivator akan semakin menambah nilai kuat tekan. Nilai slump pada variasi rasio 1:1,5 adalah 23 cm, pada variasi rasio 1:2 adalah 20 cm dan pada variasi rasio 1:2,5 adalah 10 cm. Nilai kuat tekan tertinggi ada pada variasi rasio 1:1,5 pada usia28 hari yaitu sebesar 22.3 MPa, pada variasi rasio 1:2 pada usia 28 hari memiliki nilai kuat tekan sebesar 9.7 MPa sedangkan pada variasi rasio 1:2,5 memiliki nilai kuat tekan sebesar 6.59 MPa pada usia 28 hari. Pada pengujian resistivity, variasi rasio 1:2,5 memiliki nilai resistivitas yang terlalu kecil sehingga tidak dapat dibaca oleh alat. Begitupun juga dengan variasi rasio 1:1,5 dan 1:2 pada usia 1 hari, 3 hari,7 hari dan 14 hari. Pada usia 28 hari, nilai resistivitas untuk variasi rasio 1:1,5 adalah sebesar 1,4 kΩcm dan untuk variasi rasio 1:2 adalah sebesar 1,7 kΩcm. Pada pengujian porosity menunjukkan semakin kecil variasi rasio semakin kecil nilai porosity yang berarti pori beton semakin rapat. Nilai porosity terkecil terdapat pada variasi rasio 1,5 yaitu sebesar 13.2% pada variasi rasio 1:2 sebesar 13.6% sedangkan padavariasi rasio 1:2,5 adalah 13.7% . Sehingga variasi rasio yang paling optimum adalah 1,5 dimana menunjukkan hasil paling baik pada semua pengujian.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | T Technology > TH Building construction > TH1461 Concrete construction. T Technology > TH Building construction > TH880 Sustainable buildings. Sustainable construction. Green building |
Divisions: | Faculty of Vocational > Civil Infrastructure Engineering (D3) |
Depositing User: | Pratista Septian Alfa Rizi |
Date Deposited: | 26 Aug 2020 04:40 |
Last Modified: | 12 Jul 2023 16:07 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/81232 |
Actions (login required)
View Item |