Maulidia, Ragilia Rahma and Larasati, Wahyu Adinda (2022) Pra Desain Pabrik Garam Farmasi Dari Air Laut Menggunakan Metode Multiple Effect Evaporator. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
5008201092-5008201090_Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Download (1MB) |
Abstract
Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat besar, sehingga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar produksi garam (NaCl). Garam banyak dibutuhkan oleh beberapa industry, salah satunya pada industri farmasi yang dibutuhkan untuk bahan-bahan medis dan obat-obatan. Garam farmasi memiliki kualitas yang paling tinggi diantara garam yang lainnya yaitu memiliki kadar NaCl > 99,5% serta memiliki kandungan pengotor Ca dan Mg < 50 ppm. Namun, industri farmasi di Indonesia saat ini masih bergantung pada bahan baku impor, sehingga dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki diharapkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan garam farmasi secara mandiri. Lokasi yang dipilih untuk mendirikan pabrik garam farmasi ini direncanakan di Kabupaten Sampang, Jawa Timur pada tahun 2026 dengan kapasitas produksi 9000 ton/tahun berbahan baku air laut. Proses yang digunakan dalam pembuatan garam farmasi yaitu dengan menggunakan multiple effect evaporator dengan pertimbangan yield yang dihasilkan lebih tinggi disbanding proses yang lainnya. Secara umum proses ini dibagi menjadi 3 unit proses, yaitu unit pemurnian, unit pengkristalan dan pengeringan, dan unit pengendalian produk. Pada tahap pemurnian, air laut Kabupaten Sampang sebagai bahan baku direaksikan dengan NaOH, BaCl2, dan Na2CO3. Penambahan bahan kimia ini bertujuan untuk mengikat zat pengotor yang terkandung dalam air laut, seperti Mg, Ca, dan ion-ion sulfat. Larutan yang telah bereaksi akan membentuk endapan seperti CaCO3, Mg(OH)2, dan BaSO4 yang kemudian akan diendapkan menggunakan clarifier. Larutan yang telah terpisah dari endapannya akan direaksikan dengan HCl untuk menghilangkan kadar NaOH yang tersisa. Kemudian, larutan garam dari unit pemurnian akan dipekatkan dengan menggunakan multiple effect evaporator untuk menaikkan konsentrasi larutan garam hingga mencapai kondisi saturated. Larutan garam yang telaj dipekatkan kemudian akan dialirkan menuju vaccum pan crystallizer untuk dipekatkan kembali hingga mencapai kondisi supersaturated brine agar terbentuk kristal-kristal garam. Produk keluaran dari vaccum pan crystallizer dipisahkan kristal dengan mother liquor yang masih melekat dengan menggunakan centrifuge. Selanjutnya kristal garam akan dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer dan rotary cooler. Kristal garam yang telah dikeringkan akan dihaluskan ukurannya dengan menggunakan ball mill dan kemudian diseragamkan ukurannya hingga mencapai ukuran standar garam farmasi yaitu 50 mesh dengan menggunakan screener. Untuk dapat mendirikan pabrik dengan kapasitas 9000 tom/tahun diperlukan total modal investasi sebesar Rp 152.735.337.631,78 dan total biaya produksi (tanpa depresiasi) sebesar Rp 52.498.206.149,19 dengan estimasi hasil penjualan sebesar Rp 180.000.000.000,00 dengan estimasi umur pabrik 10 tahun, dapat diketahui internal rate of return (IRR) sebesar 14,79%, pay out time (POT) 5,71 tahun, dan break even point (BEP) sebesar 20,91%. Sehingga berdasarkan analisa yan telah dilakukan, pabrik garam farmasi ini layak untuk didirikan.
========================================================================================================================
Indonesia's natural resources are very large, so they have the potential that can be used as a basic ingredient for salt (NaCl) production. Salt is needed by several industries, one of which is in the pharmaceutical industry which is needed for medical materials and medicines. Pharmaceutical salt has the highest quality among other salts, which has a NaCl content of > 99.5% and an impurity content of Ca and Mg < 50 ppm. However, the pharmaceutical industry in Indonesia currently still relies on imported raw materials, so by utilizing the potential of its natural resources, it is hoped that Indonesia can meet the needs of pharmaceutical salt independently. The location chosen to establish a pharmaceutical salt factory is planned in Sampang Regency, East Java in 2026 with a production capacity of 9000 tons/year made from seawater. The process used in the manufacture of pharmaceutical salt is by using a multiple effect evaporator with the consideration that the yield produced is higher than other processes. In general, this process is divided into 3 process units, namely the purification unit, the crystallization and drying unit, and the product control unit. In the purification stage, Sampang Regency seawater as raw material is reacted with NaOH, BaCl2, and Na2CO3. The addition of these chemicals aims to bind impurities contained in seawater, such as Mg, Ca, and sulfate ions. The reacted solution will form precipitates such as CaCO3, Mg(OH)2, and BaSO4 which will then be precipitated using a clarifier. The solution that has been separated from the precipitate will be reacted with HCl to remove the remaining NaOH content. Then, the salt solution from the purification unit will be concentrated by using a multiple effect evaporator to increase the concentration of the salt solution until it reaches a saturated condition. The concentrated salt solution will then flow into a vacuum pan crystallizer to be concentrated again until it reaches a state of supersaturated brine to form salt crystals. The output product from the vacuum pan crystallizer is separated by crystals from the mother liquor which is still attached by using a centrifuge. Furthermore, the salt crystals will be dried using a rotary dryer and a rotary cooler. The dried salt crystals will be crushed in size using a ball mill and then uniformed in size to reach the standard pharmaceutical salt size of 50 mesh using a screener. To be able to build a factory with a capacity of 9000 tom/year requires a total capital investment of Rp. 152,735,337,631.78 and a total cost of production (without depreciation) of Rp. 52,498,206,149.19 with an estimated sales revenue of Rp. 180,000,000,000.00 with an estimated age. 10 years old factory, the internal rate of return (IRR) is 14.79%, the pay-out time (POT) is 5.71 years, and the break-even point (BEP) is 20.91%. So based on the analysis that has been done, this pharmaceutical salt factory is feasible to be established.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | RSK 338.476 644 Mau p-1 |
Uncontrolled Keywords: | Garam, Air Laut, Multiple Effect Evaporator |
Subjects: | T Technology > TP Chemical technology |
Divisions: | Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Mr. Tondo Indra Nyata |
Date Deposited: | 16 Jan 2023 04:38 |
Last Modified: | 02 Oct 2024 03:06 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/95407 |
Actions (login required)
View Item |