The Relationship Between Indoor Air Quality (IAQ) and Sick Building Syndrome (SBS) in PT XYZ Office Building, Surabaya, East Java

Budiyanto, Athalia Salsabila (2023) The Relationship Between Indoor Air Quality (IAQ) and Sick Building Syndrome (SBS) in PT XYZ Office Building, Surabaya, East Java. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 03211942000005-Undergraduate_Thesis.pdf] Text
03211942000005-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 April 2025.

Download (6MB) | Request a copy

Abstract

Human activities that were done inside a building appear to be affecting the Indoor Air Quality (IAQ) in many aspects. Health problems may occur due to a poor IAQ, which results in Sick Building Syndrome (SBS), where PT XYZ employees show frequent complaints regarding respiratory and ophthalmic problems in 2022. The main objectives of this research are to identify the effect of indoor air quality associated with sick building syndrome in PT XYZ, compare the IAQ parameters obtained to the regulation of air quality standards, and investigate the appropriate control measures. A cross-sectional method is conducted on 79 respondents of employees to investigate the correlation between SBS occurrence and IAQ parameters. SBS occurrence is indicated if at least 20% of the respondents are experiencing two or more SBS symptoms. The data sampling collection is conducted by using IQAir Visual Pro and lux meter that includes PM2.5 and CO2 concentration, temperature, humidity, and lighting parameters. Furthermore, data analysis is conducted by using the point biserial correlation coefficient and t-paired test analysis through SPSS software. The result shows that the PM2.5 concentration, temperature, and CO2 concentration in three sessions are complying with the quality standard, while humidity and lighting do not comply. Furthermore, it shows an insignificant correlation between IAQ parameters and SBS in the midday and afternoon, but a significant correlation on PM2.5 and CO2 concentration in the morning with the respective significance value of 0.003 and 0.039 (p<0.05). It is figured that disease history, research limitation, and other IAQ parameters aspects are confounders in analysing the correlation between IAQ and SBS occurrence. Hence, periodic housekeeping, maintaining opened and closed doors, placing air humidifiers, and changing light bulbs or utilizing windows are recommended as an effort of indoor air pollution control measures.
==============================================================================================================================
Aktivitas manusia yang dilakukan di dalam gedung mempengaruhi Kualitas Udara Dalam Ruangan (IAQ) dalam banyak aspek, terutama kesejahteraan seseorang. Masalah kesehatan dapat terjadi karena IAQ yang buruk, yang mengakibatkan Sick Building Syndrome (SBS). Belum lagi orang cenderung menghabiskan 80-90% waktunya di dalam ruangan dan diperkirakan tingkat polutan dalam ruangan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat aktivitas bangunan. SBS tampaknya mempengaruhi penghuni melalui gejala yang dialami, dimana karyawan PT XYZ sering mengeluhkan masalah pernapasan dan mata pada tahun 2022. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kualitas udara dalam ruangan terkait dengan sindrom gedung sakit di PT XYZ, membandingkan parameter IAQ yang diperoleh dengan pengaturan standar kualitas udara, dan menyelidiki tindakan pengendalian yang tepat. Metode cross-sectional dilakukan pada 79 responden untuk menyelidiki korelasi antara kejadian SBS dan parameter IAQ. Kejadian SBS diindikasikan jika paling sedikit 20% responden mengalami dua atau lebih gejala SBS. Pengambilan sampel data dilakukan dengan menggunakan IQAir Visual Pro dan lux meter yang meliputi parameter konsentrasi PM2.5 danCO2, suhu, kelembaban, dan pencahayaan. Titik pengambilan sampel di gedung perkantoran ini terdiri dari 14 titik, dimana dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas yang terdiri dari parameter IAQ, variabel terikat yaitu gejala SBS, dan riwayat penyakit sebagai variabel pendukung. Pengambilan data dilakukan tiga kali sehari dengan durasi 2 jam, yaitu pagi, siang, dan sore. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi point biserial dan analisis uji t-paired melalui SPSS software. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5, suhu dan konsentrasi CO2 pada tiga sesi memenuhi baku mutu regulasi, sedangkan kelembaban dan pencahayaan tidak memenuhi. Selanjutnya, terdapat korelasi yang tidak signifikan antara parameter IAQ dan SBS pada siang dan sore hari, namun korelasi yang signifikan antara konsentrasi PM2.5 dan CO2 pada pagi hari dengan nilai signifikansi masing-masing 0,003 dan 0,039 (p<0,05). Diduga bahwa riwayat penyakit, keterbatasan penelitian, dan aspek parameter IAQ lainnya menjadi faktor gangguan dalam menganalisis hubungan antara IAQ dan kejadian SBS. Oleh karena itu, perawatan berkala, memelihara terbuka atau tertutupnya pintu, menempatkan pelembab udara, dan mengganti bola lampu atau menggunakan jendela direkomendasikan sebagai upaya pengendalian polusi udara dalam ruangan.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Air Quality Standard, Air Visual Pro, Indoor Air Quality, Lux Meter, Sick Building Syndrome.
Subjects: T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD194.6 Environmental impact analysis
T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD890 Global Environmental Monitoring System
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Environmental Engineering > 25201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Athalia Salsabila Budiyanto
Date Deposited: 30 Jan 2023 14:32
Last Modified: 30 Jan 2023 14:32
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/95813

Actions (login required)

View Item View Item