Studi Pengaruh Proses Pengeringan Terhadap Keretakan Tanah Lempung Bobonaro dan Penanganan dengan Stabilisasi Kimiawi Kapur Ca(OH)2

Limbong, Muhammad Novratama (2023) Studi Pengaruh Proses Pengeringan Terhadap Keretakan Tanah Lempung Bobonaro dan Penanganan dengan Stabilisasi Kimiawi Kapur Ca(OH)2. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6012211081-Master_Thesis.pdf] Text
6012211081-Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 April 2025.

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Keretakan tanah dan longsor menjadi masalah utama pada ruas perbatasan RI-RDTL sektor timur, hal ini terjadi karena ketika terpapar oleh cuaca lempung Bobonaro akan mengalami retak serta terjadi perubahan nilai parameter fisis dan mekanis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku keretakan tanah lempung Bobonaro akibat proses pengeringan, baik pada kondisi inisial, kondisi dipadatkan, maupun yang menggunakan bahan stabilisasi kapur Ca(OH)2 dalam skala laboratorium. Material tanah yang digunakan sebagai penelitian adalah lempung Bobonaro yang diambil dari tepi lereng dan subgrade Jalan Nasional MotoainHenes-Motomasin, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi propertis tanah inisial dan pengujian proctor standar pada campuran tanah+ kapur 4%, 7%, dan 10% untuk mengetahui campuran tanah+kapur yang paling baik. Selanjutnya, pengujian tanah di laboratorium difokuskan pada analisa perubahan sifat fisis, mekanis, dan juga foto keretakan akibat proses pengeringan pada kondisi tanah inisial, kondisi dipadatkan, dan kondisi terstabilisasi kapur Ca(OH)2. Untuk analisa keretakan atau Crack Intensity Factor (CIF) akan dilakukan running dengan menggunakan software matlab 2019a. Hasil penelitian ini adalah untuk tanah kondisi inisial terjadi keretakan sejak fase awal proses pengeringan dan memiliki pola retak yang hampir merata pada bagian tepi dan juga tengah sampel. Tanah kondisi inisial memiliki nilai crack intensity factor (CIF) diakhir proses pengeringan sebesar 2,5755%. Tanah yang dipadatkan mampu mengurangi retak namun tidak signifikan, karena keretakan masih terjadi sejak awal proses pengeringan. Tanah kondisi inisial memiliki nilai crack intensity factor (CIF) diakhir proses pengeringan sebesar 1,8787%. Tanah yang terstabilisasi dengan kapur 7% sangat efektif mencegah keretakan pada area permukaan, terlihat bahwa saat pengeringan angka pori tanah mengecil, yang semula 0,539 menjadi 0,281. Tanah yang terstabilisasi dengan kapur 7% memiliki nilai crack intensity factor (CIF) yang paling kecil diakhir proses pengeringan, yakni sebesar 0,5090%, hal ini mengindikasikan bahwa Kapur Ca(OH)2 terbukti efektif untuk mengurangi retak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengurangi nilai crack intensity factor (CIF) akibat proses pengeringan pada tanah dasar (subgrade) atau sisi tepi tanah dasar.
========================================================================================================================
Soil cracks and landslides are the main problems in the eastern sector of the RI-RDTL border section, this occurs because when exposed to weather the Bobonaro clay cracks and changes in physical and mechanical parameter values occur. This study aims to observe the cracking behavior of Bobonaro clay due to the drying process, both under initial conditions, compacted conditions, and using Ca(OH)2 lime stabilizing agent on a laboratory scale. The soil material used for the research was Bobonaro clay taken from the edge of the slope and subgrade of the Motoain-Henes-Motomasin National Road, Belu Regency, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. The research was conducted by identifying initial soil properties and standard proctor testing on 4%, 7%, and 10% soil+lime mixtures to determine the best soil+lime mixture. Furthermore, soil testing in the laboratory is focused on analyzing changes in physical and mechanical properties, as well as photos of cracks due to the drying process under initial soil conditions, compacted conditions, and stabilized conditions of Ca(OH)2 lime. For crack analysis or Crack Intensity Factor (CIF) running will be carried out using matlab 2019a software. The results of this study are that for the initial condition of the soil there are cracks since the initial phase of the drying process and has an almost uniform crack pattern on the edges and also in the middle of the sample. The initial condition of the soil has a crack intensity factor (CIF) value at the end of the drying process of 2.5755%. Compacted soil can reduce cracking but not significantly, because cracks still occur since the beginning of the drying process. The initial condition of the soilvi has a crack intensity factor (CIF) value at the end of the drying process of 1.8787%. Stabilized soil with 7% lime is very effective in preventing cracks in the surface area, it can be seen that when drying the soil void ratio decreases, which was originally 0.539 to 0.281. Stabilized soil with 7% lime has the smallest crack intensity factor (CIF) value at the end of the drying process, which is 0.5090%, this indicates that Limestone Ca(OH)2 is proven to be effective in reducing cracks. The results of this study are expected to be an alternative solution to reduce the value of the crack intensity factor (CIF) due to the drying process on the subgrade or the edge of the subgrade.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: lempung Bobonaro, Crack intensity factor (CIF), analisa keretakan, proses pengeringan, kapur.
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA455.S6 Soil (Materials of engineering and construction)
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22101-(S2) Master Thesis
Depositing User: Muhammad Novratama Limbong
Date Deposited: 03 Feb 2023 07:01
Last Modified: 03 Feb 2023 07:01
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/96070

Actions (login required)

View Item View Item