Nugraha, Tirta Cahya (2023) Alternatif Konstruksi Penahan Timbunan Pada Rencana Peningkatan Jalan Di Atas Tanah Organik. Studi Kasus: Jalan Ruas Bts. Kota Kuala Kapuas - Bts. Provinsi Kalimantan Selatan (Sta. 01+115 s.d. Sta. 05+250). Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
6012211087-Master_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 April 2025. Download (13MB) | Request a copy |
Abstract
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakukan program pengembangan food estate sebagai upaya untuk mencapai kedaulatan pangan dengan cara pembukaan lumbung pangan baru di luar pulau jawa. Di Provinsi Kalimantan Tengah, lokasi food estate berada di kab. Pulang Pisau dan kab, Kapuas. Untuk menunjang keberhasilan program food estate, Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Kalimantan Tengah berencana melakukan peningkatan ruas jalan Batas Kota Kuala Kapuas – Batas Provinsi Kalimantan Selatan berupa pelebaran badan jalan, pembangunan bahu jalan, dan perkuatan struktur badan jalan pada beberapa segmen di ruas jalan tersebut dimulai dari STA 0+000 yang terletak pada KM. 18 + 500. Hal ini dilakukan mengingat ruas jalan tersebut akan menjadi jalan poros utama lintas selatan Provinsi Kalteng. Ruas jalan yang akan ditangani berada pada areal tanah lunak yang diduga mengandung organik. Sebelumnya telah ada eksisting perkerasan yang kemudian akan dilakukan pelebaran, hal ini berpotensi mengakibatkan masalah terkait perbedaan pemampatan tanah dasar yang berada pada area perkerasan eksisting dan pada area pelebarannya, selain itu pada segmen 2 (Sta. 02 + 850 s.d Sta. 05 + 280) terdapat area timbunan yang perlu dijaga stabilitasnya. Disamping permasalahan mengenai tanah lunak, ruas batas Kuala Kapuas – batas Provinsi Kalimantan Selatan juga dikhawatirkan akan tergenang air terkait kondisi geografinya yang berada di sekitar area aliran sungai, selain itu juga terdapat penelitian yang menyatakan bahwa ruas jalan tersebut berpotensi untuk tergenang oleh air. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan utama pada penelitian ini adalah apakah perencaan yang ada sudah cukup stabil dan efisien untuk mengantisipasi potensi permasalahan permasalahan yang mungkin terjadi seperti perbedaan penurunan antara jalan eksisting dan pelebarannya, stabilitas pada timbunan badan jalan dan potensi genangan yang terjadi pada lokasi tersebut; selain itu apakah ada alternatif konstruksi penahan lain yang pelaksanaannya lebih efisien secara biaya dan waktu. Hasil perhitungan analisis menunjukan adanya perbedaan penurunan antara jalan eksisting serta pelebarannya pada sisi pelebaran jalan. Penurunan tanah dapat dikurangi dengan pemasangan cerucuk namun perbedaan penurunan tetap terjadi dengan penurunan terbesar berada pada sisi badan jalan eksisiting. Hal tersebut juga terjadi apabila timbunan badan jalan dilakukan peninggian setinggi 1.0 m. selain itu, dilakukan analisis stabilitas timbunan untuk mendapatkan kebutuhan material cerucuk pada desain eksisting untuk membuat konstruksi timbunan badan jalan tersebut aman dan stabil. Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa penggunaan cerucuk galam sebanyak 12 buah cerucuk untuk menjaga stabilitas timbunan badan jalan pada desain eksisting sudah cukup namun bila dilakukan peninggian badan jalan, jumlah tersebut masih kurang memadai. Peninggian timbunan jalan mempunyai pengaruh pemilihan jenis konstruksi penahan, dimana untuk tinggi timbunan 2.0 m, pemakaian konstruksi penahan gabion yang dikombinasikan dengan geogrid lebih murah daripada DPT dengan selisih harga Rp. 186,377,- per meter panjang jalan, sedangkan untuk tinggi timbunan badan jalan 3.0 m, peninggian DPT eksisting dengan kombinasi pemakaian geotekstile yang dipasang pada lapisan tanah timbunan menghasilkan biaya yang lebih murah daripada gabion dengan selisih Rp. 429,849,- per meter panjang jalan.
==============================================================================================================================
Recently, the Government of Indonesia conduct a food estate development program, in order to advance food sovereignty. The Government develop food barns outside Java Island, in Central Kalimantan to be precise. The food barns are located in Pulang Pisau District and Kapuas District. To support the program, the Ministry of Public Works and Public Housing, through National Road Implementation Agency (BPJN) of Central Kalimantan Province, have a plan to improve the roads in Kuala Kapuas City and South Kalimantan Province Boundary. The Ministry will widen and strengthen the roads, also build road shoulders on some segments, starting from STA 0+000, which is located on KM. 18 + 500. These roads will become the main route for the southern access of Central Kalimantan Province. The roads are laid on soft soil area, which is considered to contain organics. Therefore, widen the existing pavement will potentially provoke some problems, such as the differential settlement between the existing pavement and the new pavement. Also, there is embankment area on Segment 2 (STA 02 + 850 - STA 05 + 280), which needs retaining wall that should be checked about the overall stability problem. In addition to that, due to being located around the river, the roads in Kuala Kapuas City Boundary - South Kalimantan Province Boundary will be potentially being flooded. There was some research that supports these concerns. From the background that has been explained previously, the main issue in this research is to analize the efficiency and overall stabilty of the existing design to anticipate the difference settlement, overall slope stability, and flood potential; moreover this research is looking for the alternative of retaining wall contruction that more efficient in cost and time respectively. The analysis calculations result show that there is a differential settlement between the existing road and its widening on the road widening side. Settlement can be reduced by installing wood pile but the differential settlement still occurs with the largest settlement being on the side of the existing road. This also happens if the road embankment is raised as high as 1.0 m. In addition, an embankment stability analysis was carried out to obtain the material requirements that needed to stabilize the road embankment when its raised as high as 1.0 m. From the results of the analysis carried out, it is known that the use of 12 wood pile to maintain the stability of the road embankment in the existing design is sufficient, but if the road is raised, the number is still inadequate. The elevation of the road embankment has an influence on the choice of the type of retaining construction, where for an embankment height of 2.0 m, the use of gabion retaining construction combined with geogrid is cheaper than DPT with a price difference of Rp. 186,377 per meter of road length, while for a road embankment height of 3.0 m, raising the existing DPT with a combination of using geotextiles installed on the embankment layer produces cheaper costs than gabions with a difference of Rp. 429,849,- per meter of road length.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | food estate, stabilitas, pemampatan, cerucuk, gabion, geotekstile, stability, settlement |
Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA749 Soil stabilization |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22101-(S2) Master Thesis |
Depositing User: | Tirta Cahya Nugraha |
Date Deposited: | 03 Feb 2023 08:23 |
Last Modified: | 03 Feb 2023 08:23 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/96087 |
Actions (login required)
View Item |