Pernikahan Dini Masyarakat Etnis Madura Dalam Perspektif Gender dan Pembangunan (Studi Kasus di Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo)

Fattatin, Bazighoh (2023) Pernikahan Dini Masyarakat Etnis Madura Dalam Perspektif Gender dan Pembangunan (Studi Kasus di Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 09311940000011_Undergraduate_Thesis.pdf] Text
09311940000011_Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 October 2025.

Download (12MB) | Request a copy

Abstract

Masyarakat etnis Madura di Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo memiliki budaya yang kuat dan dilestarikan hingga saat ini, salah satunya adalah budaya pernikahan dini. Pernikahan dini sering terjadi di kalangan masyarakat etnis Madura yang mengakibatkan banyak anak perempuan putus sekolah. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data Susenas 2018 persentase anak laki-laki yang bersekolah sekitar satu setengah kali lebih banyak daripada persentase anak perempuan. Hak perempuan dalam mengambil keputusan tentang kehidupan telah diatur orang tuanya, bahkan pilihan jodoh sudah ditentukan sebelumnya. Penelitian ini sejalan dengan komitmen masyarakat dalam Sustainable Development Goals (SDGs) serta hak perempuan dan anak perempuan, untuk mencapai kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan pendekatan Miles dan Huberman, dan untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan anak dan orang tua yang rendah berpengaruh terhadap keputusan untuk melakukan pernikahan usia muda. Masyarakat etnis madura yang memiliki anak perempuan biasanya dianjurkan untuk segera menikah dengan alasan sebagai salah satu ketaatan pada hukum adat dan nasihat agama yang berlaku sejak zaman nenek moyang. Anak-anak yang tidak lanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi khususnya perempuan, para orang tua akan mengenalkan atau menjodohkan anak mereka. Kebijakan pengarusutamaan gender yang telah dilakukan di Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi permasalahan pernikahan dini yaitu dengan pembatasan usia pernikahan, upaya pencegahan stunting, dan kegiatan untuk meminimalisasi jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penelitian ini memberikan implikasi secara teoritis dengan berkontribusi dalam pengembangan studi pembangunan kajian gender dan pembangunan.
===================================================================================================================================
The Madurese ethnic community in Kraksaan District, Probolinggo Regency has a strong culture that has been preserved to this day, one of which is the culture of early marriage. Early marriage often occurs among ethnic Madurese communities which results in many girls dropping out of school. This can be proven based on the 2018 Susenas data, the percentage of boys attending school is around one and a half times more than the percentage of girls. The rights of women in making decisions about life have been regulated by their parents, even the choice of a mate has been predetermined. This research is in line with the community's commitment to the Sustainable Development Goals (SDGs) and the rights of women and girls, to achieve gender equality. This study uses a type of qualitative research with a case study approach. Data collection techniques using observation, in-depth interviews and documentation. Data analysis techniques used the Miles and Huberman approach, and to test the validity of the data using data triangulation techniques. The results showed that the low education of children and parents influenced the decision to marry at a young age. Madurese ethnic people who have daughters are usually encouraged to get married immediately for the reason of obedience to customary law and religious advice that has been in effect since the time of their ancestors. Children who do not go to school to a higher level, especially girls, parents will introduce or match their children. The gender mainstreaming policy that has been implemented in Kraksaan District, Probolinggo Regency in overcoming the problem of early marriage is by limiting the age of marriage, efforts to prevent stunting, and activities to minimize the number of cases of violence against women and children. This research provides theoretical implications by contributing to the development of development studies on gender and development studies.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Pernikahan Dini Masyarakat Etnis Madura, Gender dan Pembangunan, Pengarusutamaan Gender. Early Marriage, Gender and Development, Gender Mainstreaming, Madura Ethnic Community
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
H Social Sciences > HQ The family. Marriage. Woman
H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
L Education > L Education (General)
Divisions: Faculty of Creative Design and Digital Business (CREABIZ) > Developmental Studies > 60201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: BAZIGHOH FATTATIN
Date Deposited: 26 Jul 2023 02:12
Last Modified: 26 Jul 2023 02:12
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/99234

Actions (login required)

View Item View Item