Arahan Pengentasan Desa tertinggal di Kabupaten Situbondo Berdasarkan Tipologi Ketertinggalan Desa

Raharjo, Luqman (2018) Arahan Pengentasan Desa tertinggal di Kabupaten Situbondo Berdasarkan Tipologi Ketertinggalan Desa. Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 3613100067_Undergraduate_Theses.pdf] Text
3613100067_Undergraduate_Theses.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Permasalahan ketertinggalan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah sarana dan prasarana, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, dan kelembagaan. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu potret daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Jumlah desa tertinggal di Kabupaten Situbondo tidak mengalami perubahan kuantitas dalam rentang waktu antara 2004 hingga 2015, yakni berjumlah 12 desa. Penelitian untuk menentukan arahan pengentasan desa-desa tertinggal di Kabupaten Situbondo mendesak untuk dilakukan.
Penelitian ini mengelompokkan desa-desa menjadi 3 tipologi ketertinggalan desa dimulai dari mengkuantifikasi data-data dari 4 indikator per desa dengan analisis kluster melalui perangkat lunak ArcGIS untuk memudahkan pembacaan kondisi ketertinggalan desa melalui peta. Angka-angka hasil kuantifikasi ditabulasikan menjadi tabel matriks ketertinggalan desa. Matriks ketertinggalan desa digunakan untuk menuculkan nama-nama desa tertinggal per tipologi serta untuk menentukan prioritas arahan pengentasan relatif pada desa-desa tertinggal di Kabupaten Situbondo. Arahan pengentasan desa-desa tertinggal per tipologi di Kabupaten Situbondo menggunakan tabel analisis deskriptif berdasarkan faktor yang ada dibandingkan dengan pedoman atau teori atau kebijakan.
Berdasarkan hasil analisis kluster, nama-nama desa tertinggal di Kabupaten Situbondo terbagi menjadi 3 tipologi ketertinggalan desa. Tipologi 1, sangat tertinggal, adalah Alasbayur, Patemon, Rajekwesi, dan Taman Kursi. Tipologi 2, moderat, adalah Sumber Argo, Telempong, Cemara, Kembangsari, Kalisari, dan Gunung Putri. Tipologi 3, berpotensi maju, adalah Campoan dan Selabanteng. Berdasarkan analisis deskriptif, arahan pengentasan desa tertinggal tipologi 1 di Kabupaten Situbondo adalah perbaikan sarana dan prasarana dasar seperti jalan, listrik, air bersih, dan sekolah. Tipologi 2 diarahkan ke peningkatan penunjang aktivitas perekonomian seperti mengaktifkan dan mengoptimalkan lembaga keuangan dan sarana perdagangan, serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada. Tipologi 3 diarahkan ke hilirisasi perekonomian pertanian seperti pengolahan bahan mentah ke bahan jadi dan peningkatan SDM karena sudah ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
============= The backwardness problem of a region can be seen from several indicators, such as facilities and infrastructure, economy of inhabitant, human resources, and institutional. Situbondo Regency is one of the portrait of underdeveloped areas in East Java Province established by the Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. The number of villages left in Situbondo Regency has not changed in the period between 2004 to 2015, which amounted to 12 villages. Research to determine the alleviation instruction for underdeveloped villages in Situbondo Regency urgent to do.
This study classifies villages into 3 typologies start from quantifies data from 4 indicators with cluster analysis through Excel and ArcGIS software to facilitate readability of village backwardness conditions through maps. Quantification results can be tabulated into village backwardness matrix tables. The village backwardness matrix used to determine village names each tipology and to determine the priority of relative alleviation instruction for underdeveloped villages in Situbondo Regency. The priority of the alleviation for underdeveloped villages in Situbondo is divided into three typologies. The alleviation instruction for underdeveloped villages in Situbondo Regency uses descriptive analysis tables based on existing factors compared to guidelines or theory or policy for each typology.
Based on the results of cluster analysis, village names in Situbondo Regency classified into 3 typologies. Typology 1, most backward, was Alasbayur, Patemon, Rajekwesi, and Taman Kursi. Typology 2, moderate, was adalah Sumber Argo, Telempong, Cemara, Kembangsari, Kalisari, and Gunung Putri. Typology 3, potentially evolve, was Campoan and Selabanteng. Based on descriptive analysis, Alleviation instruction for underdeveloped village in typology 1 in Situbondo District is improving basic facilities and infrastructure such as roads, electricity, clean water, and schools. Typology 2 is instructed to improving the support of economic activities such as activating and optimizing financial institutions and trading facilities, and utilizing existing facilities and infrastructure. Typology 3 is directed to the derivating of the agricultural economy such as processing raw materials into finished materials and increasing human resources as they are supported by adequate facilities and infrastructure.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: ArcGIS; desa tertinggal; kelembaga underdeveloped village; typology; instituion
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.212 ArcGIS. Geographic information systems.
H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races > HT133 City and Towns. Land use,urban
Divisions: Faculty of Civil Engineering and Planning > Architechture > 23201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Luqman Raharjo
Date Deposited: 23 Feb 2018 04:45
Last Modified: 23 Feb 2018 04:45
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/50259

Actions (login required)

View Item View Item