Arahan Pengembangan Identitas Ruang Pada Kawasan Kampung Batik Laweyan Solo

Wijaya, Catra Adi (2019) Arahan Pengembangan Identitas Ruang Pada Kawasan Kampung Batik Laweyan Solo. Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 08211440000005-Undergraduate_Theses.pdf]
Preview
Text
08211440000005-Undergraduate_Theses.pdf

Download (4MB) | Preview

Abstract

Kota Surakarta memiliki keindahan tersendiri dari perencanaan tata ruang kotanya, salah satunya dipengaruhi oleh adanya keberadaan Kasunanan dan Mangkunegaran sebagai pusat – pusat Pemerintahan pada jaman Mataram Islam. Yang menghasilkan berbagai macam warisan budaya. Salah satunya adalah Kampung Laweyan, merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman bagi para kaum priayi yang dimana juga merupakan tempat pusat batik. Keberadaan kampung tersebut merupakan suatu warisan budaya yang harus kita jaga, tetapi pada jaman sekarang Laweyan sedang mengalami masa yang susah dimana warisan budaya yang ditinggalkan mulai terkikis dan berubah. Dimana notabenya Kampung Laweyan merupakan presentasi dari peradaban jaman dulu mulai terkikis cirinya. Ciri disini sebagai Identitas dari kawasan tersebut yang seharusnya masih terjaga, tetapi karena kurang ketatnya peraturan yang mendukung maka terkikisnya warisan budaya tersebut.
Penelitian ini memiliki 3 tahapan analisa dimana tahap pertama yaitu mengindetifikasi Potensi dan Masalah terkait identitas kawasan pada Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan analisis deksriptif. Tahap kedua adalah menganalisa kriteria yang dapat meningkatkan identitas kawasan di Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan analisis Content Analysis. Dan tahap ketiga membuat arahan pengembangan identitas kawasan dengan menggunakan analisis triangulasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kampung Batik Laweyan memiliki potensi yang ada pada identitas kawasannya yang dapat dikembangkan menjadi wisata budaya dan ciri khas dari kawasan tersebut. Arahan pengembangan identitas kawasan dapat ditinjau dari 8 variabel yakni Bangunan, Sirkulasi, Massa, Ruang, Non Fisik, Path, Edge, dan District. Arahan dari 8 variabel yang dihasilkan serta disesuaikan dengan keadaan lokasi yang ada pada tiap area pengembanga yakni : 1. Bangunan, kembali membangun corak aristektural dalam bangunan yang telah ada maupun yang akan akan dibangun. 2. Sirkulasi, pengendalian terhadap pengembangan jalan dan moda transportasi yang ada pada kawasan. 3. Ruang, mengembangkan jalan sebagai salah satu ruang publik. 4. Massa, mengendalikan bangunan dengan cara insentif dan disinsentif. 5. Non Fisik, mengedukasi keluarga di kawasan tentang sejarah Kampung Batik Laweyan dan mengembangkan kesenian membatik dengan atraksi yang ada didalam kawasan. 6. Path, mengembangkan koridor dengan aksesoris dan vertical garden. 7. Edge, menegaskan batas Kampung Batik Laweyan yaitu Kelurahan Laweyan. 8. District, mengembalikan produksi batik ke dalam Kelurahan Laweyan dan mengembangkan kawasan permukiman menjadi homestay.
================================================================================================
City of Surakarta has its own beauty from its urban spatial planning, one of them affected by the authority of Kasunanan and Mangkunegaran as its center government at the time. City which produce many cultural heritage. One of them is Laweyan an area stand as housing for people called “priyayi” which marked as central of cloth market and well known batik cloth. The existence of this village is a cultural heritage that we must protect, but in reality Laweyan is in crisis which it’s cultural heritage has been eroded and changed. Laweyan which should be representation of civilization at that time its characteristic started to eroded. This characteristics as the identity of this village that should be protected by authority and law, on the contrary started to eroded and changed because there’re no policy or law that binding cultural heritage in Laweyan.
This research has 3 stages of analysis. The first step is identifying potency and problem related to Regional Identity on Kampung Batik Laweyan using descriptive analysis. Second step is finding variable that can strengthen the Identity of Kampung Batik Laweyan. The final step is making regional identity development direction using triangulation analysis.
The result of this research shows that Kampung Batik Laweyan has potency on its identity that can be develop as culture attraction and characteristic of its area.The result of the identity development can be strengthen from 8 variables building, circulation, mass, space, non physical, path, edge and district. Policy of the 8 variables generated and adjusted as well with circumstances in each development area are . 1. Building, build and protect the architectural style of Laweyan. 2. Circulation, control on road and transportation development. 3. Space, develop road as one of public space. 4. Mass, control of building with incentives and disincentives policy. 5. Non Physical, educate family that lives in Laweyan with history and value of cultural heritage of Laweyan and develop batik art as new attraction. 6. Path, develop corridor with accesoris and vertical garden. 7. Edge, confirmed the border for Kampung Batik Laweyan just for Kelurahan Laweyan. 8. District, restore batik industry inside the Laweyan area and develop housing sector for homestay.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Additional Information: RSPW 711.5 Wij a-1 2019
Uncontrolled Keywords: Kampung Batik Laweyan, Batik, Identitas Kawasan, Pengembangan Identitas Kawasan, Urban Design, Citra Kota
Subjects: H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races > HT133 City and Towns. Land use,urban
N Fine Arts > NA Architecture > NA9053 City planning
Divisions: Faculty of Architecture, Design, and Planning > Regional and Urban Planning > 35201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Catra Adi Wijaya
Date Deposited: 24 Jun 2021 01:56
Last Modified: 24 Jun 2021 01:56
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/60450

Actions (login required)

View Item View Item