Pra Desain Pabrik Dimetil Eter (DME) dari Gas Alam

Hikam, Moch. Ainun and Arrosyid, Ahmad Farid (2020) Pra Desain Pabrik Dimetil Eter (DME) dari Gas Alam. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 02211640000098_02211640000158-Undergraduate_Theses.pdf]
Preview
Text
02211640000098_02211640000158-Undergraduate_Theses.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Sejak Indonesia menjalankan program konversi minyak tanah ke LPG pada tahun 2007, konsumsi LPG dalam negeri melonjak drastis. Kebutuhan LPG untuk program tersebut terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2017 menjadi sebesar 5.461.934 Mton. Selisih antara jumlah produksi dan kebutuhan dipenuhi dari impor, yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat seiring berjalannya program konversi minyak tanah ke LPG. Tentunya dengan adanya impor ini mengakibatkan beban anggaran Pemerintah semakin besar dan dapat menimbulkan ketergantungan dari pihak luar. Tingginya kebutuhan energi dan pentingnya pengembangan bahan bakar alternatif menjadi latar belakang utama pendirian industri DME ini. Didukung dengan ketersediaan bahan baku gas alam di Indonesia yang cukup untuk memproduksi DME sebagai bahan bakar alternatif. Dengan kondisi demikian maka industri DME di Indonesia memiliki prospek positif kedepannya
DME adalah bahan bakar multi-source (dapat diproduksi dari banyak sumber), diantaranya dari gas alam, fuel oil, batubara, dan biomassa. Di China, pabrik DME komersial dengan kapasitas 30 ton per hari (10.000 ton/tahun) telah dibangun oleh Lituanhua Group Incorporation dengan Lisensi Teknologi dari Toyo Engineering Japan dan dioperasikan pada bulan Agustus 2003.
Pabrik DME ini akan didirikan dan siap beroperasi pada tahun 2024, dengan pembelian peralatan pada tahun 2021 dan masa konstruksi selama 2 tahun (2022-2023). Lokasi pabrik direncanakan di daerah Guntung, Bontang, Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi pabrik ini berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama berupa gas alam. Bahan baku utama dalam proses pembuatan DME yaitu gas alam yang memiliki komposisi sebesar 94,6% hidrokarbon, 5,5% CO2, dan sisanya N2. Adapun bahan baku tambahan berupa steam, oksigen, dan recycle CO2 yang merupakan byproduct dari tiap proses.
Kapasitas produksi DME direncanakan sebesar 197.050 ton DME/tahun. Perencanaan ini berdasarkan jumlah produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG yang diproyeksikan pada tahun 2023. Dalam pemenuhan kapasitas tahunan, pabrik akan beroperasi kontinyu 24 jam per hari selama 330 hari. Untuk memproduksi DME tersebut diperlukan bahan baku gas alam sebesar 512.363 ton/tahun. Proses pembuatan DME menggunakan indirect process dapat diuraikan menjadi beberapa tahapan proses, yaitu proses primary reforming, secondary reforming, methanol synthesis, methanol purification, DME synthesis, dan DME purification.
Dari perhitungan analisa ekonomi, dengan harga jual DME sebesar $550 per ton. Adapun diperoleh Internal Rate Return (IRR) sebesar 17,22%. Dengan IRR tersebut mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk didirikan dengan suku bunga 9,75% dan waktu pengembalian modal (pay out period) selama 6,9 tahun. Perhitungan analisa ekonomi didasarkan pada discounted cash flow. Modal untuk pendirian pabrik menggunakan rasio 30% modal sendiri dan 70% modal pinjaman. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik adalah sebesar Rp2.752.316.278.584. Sedangkan Break Event Point (BEP) yang diperoleh adalah sebesar 34,77% atau 207,62 ton per hari.
=========================================================
Since Indonesia implemented a kerosene to LPG conversion program in 2007, domestic LPG consumption has increased drastically. The need for LPG for this program continues to increase significantly from year to year until 2017, amounting to 5,461,934 Mton. The difference between the amount of production and demand is met from imports, the amount of which continues to increase every year along with the kerosene to LPG conversion program. Of course, with this import, the Government's budget burden is getting bigger and can lead to dependence from outside parties. The high demand for energy and the importance of developing alternative fuels were the main backgrounds for the establishment of this DME industry. Supported by the availability of natural gas raw materials in Indonesia which is sufficient to produce DME as an alternative fuel. With these conditions, the DME industry in Indonesia has positive prospects going forward
DME is a multi-source fuel (can be produced from many sources), including natural gas, fuel oil, coal, and biomass. In China, a commercial DME plant with a capacity of 30 tonnes per day (10,000 tonnes / year) was built by Lituanhua Group Incorporation with a Technology License from Toyo Engineering Japan and put into operation in August 2003.
The DME plant will be established and ready to operate in 2024, with the purchase of equipment in 2021 and a construction period of 2 years (2022-2023). The factory location is planned in Guntung, Bontang, East Kalimantan. The choice of factory location is related to the availability of the main raw material in the form of natural gas. The main raw material in the DME manufacturing process is natural gas which has a composition of 94.6% hydrocarbons, 5.5% CO2, and the remaining N2. The additional raw materials are steam, oxygen, and recycled CO2 which are the byproducts of each process.
The planned production capacity of DME is 197,050 tons of DME / year. This plan is based on the amount of production, consumption, export, and import of LPG which is projected in 2023. In meeting the annual capacity, the factory will operate continuously 24 hours per day for 330 days. To produce this DME, 512,363 tons / year of natural gas is required. The process of making DME using an indirect process can be broken down into several process stages, namely the process of primary reforming, secondary reforming, methanol synthesis, methanol purification, DME synthesis, and DME purification.
From the calculation of the economic analysis, with a selling price of $ 550 per ton DME. The Internal Rate Return (IRR) was obtained at 17.22%. With this IRR, it indicates that the factory is feasible to be established with an interest rate of 9.75% and a payout period of 6.9 years. Economic analysis calculations are based on discounted cash flow. Capital for the establishment of a factory uses a ratio of 30% equity capital and 70% loan capital. The total capital required to set up the factory is IDR 2,752,316,278,584. Meanwhile, the Break Event Point (BEP) obtained was 34.77% or 207.62 tons per day.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: DME, Gas Alam, LPG, Produksi
Subjects: T Technology > TP Chemical technology > TP692.5 Oil and gasoline handling and storage
Divisions: Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Moch. Ainun Hikam
Date Deposited: 19 Aug 2020 07:37
Last Modified: 29 Aug 2023 14:39
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/78939

Actions (login required)

View Item View Item