Identifikasi Perubahan Topografi Dasar Laut Akibat Erupsi Dan Longsoran Gunung Api Anak Krakatau Dengan Menggunakan Data Multibeam Echosounder (Studi Kasus : Perairan Selatan Gunung Api Anak Krakatau)

Saputra, Ikhvandi Eka (2021) Identifikasi Perubahan Topografi Dasar Laut Akibat Erupsi Dan Longsoran Gunung Api Anak Krakatau Dengan Menggunakan Data Multibeam Echosounder (Studi Kasus : Perairan Selatan Gunung Api Anak Krakatau). Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 03311740000035-Undergraduate_Thesis.pdf] Text
03311740000035-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 October 2023.

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada jalur pertemuan lempeng tektonik dengan barisan gunung api aktif atau disebut sebagai ring of fire. Oleh karena itu, Indonesia memiliki 129 gunung api berstatus aktif, salah satunya yaitu Gunung Api Anak Krakatau. Gunung Api Anak Krakatau terletak di tengah perairan Selat Sunda, tepatnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pada tanggal 22 Desember tahun 2018, terjadi bencana erupsi dan longsoran akibat aktivitas vulkanik Gunung Api Anak Krakatau yang menyebabkan terjadinya pendangkalan dasar laut di wilayah perairan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan topografi dasar laut yang terjadi akibat erupsi dan longsoran Gunung Api Anak Krakatau pada tahun 2018 di wilayah Perairan Selatan Gunung Api Anak Krakatau. Identifikasi dilakukan dengan melakukan pengolahan data point cloud Multibeam Echosounder tahun 2016 (sebelum erupsi) dan data raw Multibeam Echosounder tahun 2018 (setelah erupsi) menggunakan perangkat lunak CARIS HIPS, Surfer dan ArcGIS. Analisa perubahan topografi dasar laut meliputi perhitungan luas area pendangkalan, volume pendangkalan, rata-rata elevasi pendangkalan dan identifikasi perubahan kemiringan lereng (slope) dasar laut pada area studi. Perhitungan volume pendangkalan dilakukan menggunakan metode trapezoidal dengan membandingkan dua data grid surface pada perangkat lunak Surfer. Adapun hasil penelitian ini ialah telah terjadi pendangkalan dasar laut di wilayah studi kasus terkait dengan rata-rata elevasi pendangkalan sebesar 20,28 meter. Luas area dasar laut yang mengalami pendangkalan yaitu sebesar 3,673 km2 atau 76,92% dari luas total area studi. Selain itu, didapatkan hasil perhitungan volume pendangkalan mencapai 0,074 km3 pada area studi. Area lereng dasar laut yang terletak di wilayah pesisir Selatan Gunung Api Anak Krakatau, pada tahun 2016 didominasi dengan kelas kemiringan lereng (slope) curam dan beberapa area sangat curam namun tetapi pada tahun 2018 area lereng yang sama menjadi lebih landai sehingga didominasi dengan kelas kemiringan lereng (slope) cukup curam. Secara keseluruhan, dampak erupsi dan longsoran Gunung Api Anak Krakatau tahun 2018, menyebabkan perubahan topografi dasar laut yang cukup signifikan pada area perairan di wilayah Selatan Gunung Api Anak Krakatau, sedangkan untuk perairan di wilayah Tenggara relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan.
==================================================================================================================
Indonesia is an archipelagic country that is located at the meeting point of tectonic plates or known as the ring of fire. Therefore, Indonesia has 129 active volcanoes, one of them is the Anak Krakatoa Volcano. Anak Krakatoa Volcano is located in the middle of the Sunda Strait, precisely in the South Lampung Regency, Lampung Province. On December 22, 2018, there was a catastrophic eruption and avalanche due to the volcanic activity of Anak Krakatoa Volcano which caused seabed silting. This study was conducted to identify changes in the topography of the seabed that occurred due to the eruption and avalanche of Anak Krakatoa Volcano in 2018 in the southern waters of Anak Krakatoa Volcano. Identification is done by processing the 2016 Multibeam Echosounder point cloud data (before the eruption) and the 2018 Multibeam Echosounder raw data (after the eruption) using CARIS HIPS, Surfer and ArcGIS software. The analysis of seabed topography changes includes the calculation of the area, volume, and average elevation of siltation to identified changes in the seabed’s slopes in study area. Calculation of the siltation volume was carried out using the trapezoidal method by comparing two grid surface data in the Surfer software. The results of this study are that siltation has occurred with average elevation of 20.28 meters. Total area of siltation is 3.673 km2 or 76.92% of the total study area. In addition, the volume of siltation reached 0.074 km3. In 2016, study area was dominated by a steep and very steep slope, but in 2018 the same area has decreased it's steepness and dominated by the quite steep slope. Overall, the impact of the eruption and avalanche of the Anak Krakatoa Volcano in 2018, caused a significant change in the seabed’s topography in the southern waters, while the Southeast region did not experience significant changes.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Anak Krakatau Volcano, CARIS, Multibeam Echosounder, Seabed Topography
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GC Oceanography
Q Science > QE Geology > QE599 Landslides. Rockslides
Q Science > QE Geology > QE601 Geology, Structural
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Geomatics Engineering > 29202-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Ikhvandi Eka Saputra
Date Deposited: 17 Aug 2021 05:45
Last Modified: 17 Aug 2021 05:45
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/87400

Actions (login required)

View Item View Item