Dampak Pengelolaan Air Limbah Domestik Terhadap Kualitas Air Tanah Di Wilayah Pemukiman Di Kecamatan Junrejo, Kota Batu

Endriawan, Erwin (2018) Dampak Pengelolaan Air Limbah Domestik Terhadap Kualitas Air Tanah Di Wilayah Pemukiman Di Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 03211650020004-Master_Thesis.pdf]
Preview
Text
03211650020004-Master_Thesis.pdf - Accepted Version

Download (3MB) | Preview

Abstract

Pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Junrejo dapat dikatakan masih kurang baik, 90% masyarakat masih menggunakan cubluk dan hanya sebanyak 6% masyatakat yang mendapatkan akses IPAL Komunal, selain itu sebanyak 3% masyarakat masih melakukan BABs, sedangkan hanya 1% yang sudah menggunakan tangki septik. Pengelolaan air limbah yang tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi bakteri dalam air tanah didekat sistem pengelolaan air limbah setempat. Pengujian terdahulu pada kualitas air yang berasal dari HIPPAM di Kecamatan Junrejo menunjukan bahwa secara bakteriologi nilai total coliform melebihi ambang baku mutu yang ditetapkan.
Untuk mengkonfirmasi pencemaran terhadap air tanah dalam penelitian ini, dilakukan pengujian 1 buah sampel air pada yang berasal dari HIPPAM di Kelurahan Dadaprejo dan 50 sampel air yang berasal dari sumur bor atau sumur gali. Parameter yang akan diuji adalah TDS, Warna, Total Coliform dan E-Coli, serta Nitrat.
Penilaian dampak kualitas air tanah terhadap pengelolaan air limbah domestik akan dianalisis dari aspek teknis, kelembagaan dan peranserta masyarakat. Untuk analisis peranserta masyarakan akan menggunakan metode skala linkert dan untuk mendapatkan peringkat keterkaitan pengelolaan air limbah domestik dengan kualitas air tanah, akan digunakan metode SEM.
Dari 51 sampel air yang diambil, nilai parameter TDS pada 5 sampel air melebihi baku mutu, untuk nilai pada parameter warna dan nitrat, 51 sampel air secara keseluruhan masih dibawah baku mutu yang telah ditetapkan. Untuk nilai parameter Total Coliform, 49 sampel air melebihi baku mutu dan untuk parameter e-coli, 44 sampel air melebihi baku mutu. Hal tersebut menyatakan 5 sampel air sumur yang terdapat zat padat terlarut yang tinggi. Sedangkan 49 sampel yang tercemar total coliform dan 44 sampel air yang telah tercemar bakteri e-coli, mengindikasikan sampel air telah tercemar oleh tinja, hal ini dikarenakan penampungan tinja yang berdekatan dengan sumber air yang diuji tidak pernah dilakukan pengurasan lebih dari 8 tahun. Walaupun sebanyak 38 sampel air berjarak ≥ 10 meter dari penampungan tinja dan hanya 13 sampel air yang berjarak ≤ 10 m dari penampungan tinja.
Dari aspek kelembagaan, kelembagaan pengelolan air limbah di tingkat RT/RW belum berjalan maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari belum pernah dilakukannya sosialisasi terkait pengelolaan air limbah yang baik kepada responden. Selain lembaga di tingkat RT/RW, Kota Batu telah memiliki Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Air Limbah Domestik sebagai lembaga yang fokus dalam melakukan pengelolaan air limbah domestik, namun belum dapat berjalan maksimal sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam melakukan pengelolaan air limbah domestik, dikarenakan belum lengkapnya formasi struktur organisasi lembaga
Peran serta masyarakat masih sangat kecil dalam melakukan pengelolaan air limbah domestik, hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat terkait air limbah domestik masih sedikit, selain itu masyarakat masih belum berpartisipasi aktif dalam melakukan pembayaran retribusi air limbah domestik dan masyarakat masih belum memahami terkait kerugian yang mungkin terjadi akibat limbah domestik belum dikelola dengan baik. Pengetahun masyarakat yang masih kurang pada akhirnya mempengaruhi perilaku masyarakat. Masyarakat jarang melakukan penanganan terhadap pengelolaan air limbah domestik, dan jarang melakukan pembayaran iuran sebagai retribusi serta jarang mengikuti kegiatan tentang pengelolaan air limbah domestik. Namun, masyarakat disisi lain, setuju untuk melakukan penanganan air limbah domestik dan setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolan air limbah, tapi kurang setuju untuk melakukan pembayaran retribusi pengelolaan air limbah domestik.
Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi Kualitas Air Tanah (Y) adalah variabel Teknis (X1) yaitu indikator Durasi Pengurasan (X1.3) dengan koefisien jalur tertinggi sebesar 1,000. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi Kualitas Air Tanah (Y) berikutnya adalah variabel Kelembagaan (X2) yaitu indikator Penguatan Kapasitas Kelembagaan (X2.2) dengan koefisien jalur sebesar 0,934, kemudian indikator Pengelolaan Keuangan (X2.3) dengan koefisien jalur sebesar 0,908. Kemudian, Faktor yang dominan dalam mempengaruhi Kualitas Air Tanah (Y) adalah variabel Peranserta Masyarakat (X3) yaitu indikator Perilaku (X3.2) dengan koefisien jalur 0,851, selanjutnya adalah indikator Pengetahuan (X3.1) dengan koefisien jalur 0,715 dan indikator Sikap (X3.3) dengan koefisien jalur 0,658.
==================================================================================================================
Junrejo District does not have proper domestic wastewater treatment as of recent, considering 90% of the people still use traditional latrine, or cubluk, and only 6% of them get access to communal wastewater treatment installation (IPAL). Not only that, 3% of them still perform open defecation, and only 1% use septic tank. Improper wastewater treatment causes increase of bacteria concentration in the ground water near local wastewater treatment system. Previous studies towards water quality from HIPPAM in Junrejo District showed that in bacteriological parameter, the total coliform value exceeded the standard threshold.
To confirm the pollution towards groundwater, a test was done for 1 water sample from HIPPAM in Dadaprejo Village and 50 water sample from artesian wells. The tested parameters were TDS, color, total coliform, e-coli bacteria, and nitrate.
Assessment towards groundwater quality influence towards domestic wastewater treatment would be analyzed from technical, institutional, and people participation aspects. People participation analysis would be done by likert scale method and to obtain relevance rank between domestic wastewater treatment with groundwater quality, SEM method would be used.
From 51 water samples taken, the TDS parameter value for 5 samples exceeded the threshold, and for color and nitrate parameter, 51 samples were generally still below the threshold. For Total Coliform parameter, 49 samples exceeded the threshold and for e-coli, 44 samples exceeded the threshold. This signified that there were 5 ground water source which contained high amount of dissolved solid substance. In addition, 49 samples were polluted by total coliform and 44 samples were polluted by e-coli bacteria, indicating that the water has been polluted by feces, because the feces collection place near the sample site had never been drained and cleaned for more than 8 years. This happened even when 38 of the sample were located ≥ 10 meter from the feces collection places and only 13 of the sample location place were located ≤ 10 m from the feces collection places.
For the institutional aspect, the institutions in small and medium communal level did not perform its function properly in term of wastewater treatment, indicated from the lack of socialization about proper wastewater treatment towards survey respondent. Aside than the communal institution, Batu City has Technical Implementation Unit of Domestic Wastewater Treatment as an institution which focuses on domestic wastewater treatment, but it still hasn’t worked optimally regarding its task and function in treating domestic wastewater, because of the incomplete organization structure formation.
People participation was still very small in handling domestic wastewater treatment, because their knowledge towards domestic wastewater was quite limited, and they still weren’t actively participating in paying domestic wastewater retribution because they still hadn’t understood the harm they might experience without proper domestic wastewater treatment. Lack of knowledge affected people behavior. They rarely handled domestic wastewater treatment, rarely paid the retribution, and rarely participated in activities regarding domestic wastewater treatment. However, the people were willing to handle the domestic wastewater and participate in domestic wastewater treatment, but were not willing to pay for domestic wastewater treatment retribution.
The most dominant factor which affected Groundwater Quality (Y) was Technical (X1) variable, which had Draining Duration (X1.3) indicator with the highest path coefficient value 1,000. The next dominant factor affecting Groundwater Quality (Y) was Institutional (X2) variable which had Institution Capability Strengthening (X2.2) indicator with path coefficient value 0,934, then Financial Management (X2.3) indicator with path coefficient value 0,908. The next factor which affected Groundwater Quality (Y) was People Participation (X3) variable, which had Behavior (X3.2) indicator with path coefficient value 0,851, then Knowledge (X3.1) indicator with path coefficient value 0,715 and Attitude (X3.3) behavior with path coefficient value 0,658

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: impact of domestic wastewater management, groundwater, likert scale, SEM method
Subjects: Q Science
Q Science > Q Science (General)
Divisions: Faculty of Civil Engineering and Planning > Environment Engineering > 25101-(S2) Master Thesis
Depositing User: Erwin Endriawan
Date Deposited: 28 Jun 2021 06:29
Last Modified: 28 Jun 2021 06:29
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/53297

Actions (login required)

View Item View Item