Aplikasi Airborne Hydrography AB (AHAB) Untuk Pengukuran Perairan Dangkal (Studi Kasus: Kabupaten Kebumen)

Putranto, Bramiasto Fakhruddin Eko (2019) Aplikasi Airborne Hydrography AB (AHAB) Untuk Pengukuran Perairan Dangkal (Studi Kasus: Kabupaten Kebumen). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 03311540000002-Undergraduate_Theses.pdf]
Preview
Text
03311540000002-Undergraduate_Theses.pdf

Download (7MB) | Preview

Abstract

Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman. Tidak mudah dalam pemetaan perairan Indonesia yang sangat luas. Ada beberapa metode untuk menentukan kedalaman antara lain: metode mekanik, metode akustik, dan metode optik. Dalam pemetaan kedalaman menggunakan metode akustik menggunakan alat echosounder tidak bisa menjangkau daerah perairan dangkal sepenuhnya. Seiring perkembangan teknologi, muncul teknologi baru Airborne LiDAR Bathymetry. Airborne LiDAR Bathymetry (ALB) adalah teknologi canggih yang efektif untuk memetakan dan mengukur kedalaman air di zona pesisir perairan dangkal serta badan air tawar pedalaman seperti sungai dan danau. Penelitian ini akan dilakukan untuk melakukan validasi data di area perairan dangkal dari hasil pengukuran menggunakan Airborne Hydrography AB. Pengukuran validasi akan dilakukan dengan menggunakan metode mekanik (lead line) dan pengukuran kekeruhan air menggunakan Secchi Disk untuk mengetahui penetrasi gelombang sinar hijau Airborne Hydrography AB pada air. Hasil perbandingan kedalaman data Airborne Hydrography dan data validasi memiliki selisih rata-rata 0,177 m dengan nilai min 0,037 m dan max 0,763 m. Hasil perbandingan permukaan dasar perairan dari validasi dan Airborne Hydrography terdapat selisih 2-22 cm. Selisih min 2 cm pada lokasi delapan dan selisih max 22 cm pada lokasi pertama. Dari pengukuran Secchi Disk penetrasi gelombang sinar hijau Airborne Hydrography hanya dapat menjangkau kedalaman 0,255 m sampai 0,960 m. Hasil validasi permukaan dasar perairan 2-22 cm merupakan endapan (lumpur) di dasar sungai, menyebabkan gelombang sinar hijau Airborne Hydrography tidak dapat menjangkau sampai permukaan dasar perairan. Uji Akurasi Vertikal 11 lokasi validasi yang dilakukan menghasilkan nilai 0,239 m. Namun demikian, lebih baik proses validasi lapangan dilakukan bersamaan dengan pengukuran atau tidak berjarak jauh dengan waktu pengukuran. Selain itu hasil penelitian ini juga menghasilkan pemodelan Digital Elevation Model (DEM) dari perairan dangkal hasil pengukuran menggunakan Airborne Hydrography. Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) dilakukan dari proses klasifikasi point cloud Airborne Hydrography.
=================================================================================================================================
Based on Constitution Number 6 of 1996 concerning Indonesian Waters, Indonesian waters include Indonesian territorial sea, island waters and inland waters. It is not easy mapping Indonesia's shallow waters. There are several methods for determining depth namely mechanical methods, acoustic methods, and optical methods. Mapping using acoustic waves is not enough to cover up the shallow water area. Along with the development of technology, appeared new technologies namely Airborne LiDAR Bathymetry. Airborne LiDAR Bathymetry (ALB) is an advanced technology that is effective for mapping and measuring water depth in shallow water, coastal zones and inland freshwater bodies such as rivers and lakes. This research will be conducted to validate data in shallow water areas from the measurement results using Airborne Hydrography AB. Validation measurements carried out using the mechanical method (lead line) and water turbidity measurements using Secchi Disk to determine the penetration of green light waves Airborne Hydrography AB in water. The results show that comparison between airborne’s depth data and validation data has an average difference of 0.177 m with a min value 0.037 m in fifth location and max 0.763 m in fourth location. The results comparison of bottom surface waters from validation and airborne has 2-22 cm difference, With min of 2 cm difference in eighth location and max of 22 cm difference in first location. From the turbidity measurement using Secchi disk the penetration of LiDAR green light waves can only reach depths 0.255 m to 0.960 m. Bottom surface validation 2-22 cm is a sludge (mud) in the river bed, causing Airborne Hydrography green light waves unable to reach the bottom surface. The Vertical Accuracy Test 11 validation location showed the value of 0.239 m. However, it is preferable that the validation data process carried out together with the measurement or not far from the airborne measurement. Besides, the results of this research also produced DEM Modeling from the shallow waters measured using Airborne Hydrography. The making of the Digital Elevation Model (DEM) is carried out from the point cloud Airborne Hydrography classification process.

Item Type: Thesis (Other)
Additional Information: RSG 621.367 8 Put a-1 2019
Uncontrolled Keywords: Airborne Hydrography AB, Kedalaman, Kekeruhan, Uji Akurasi Vertikal, Digital Elevation Model (DEM)
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G70.5.I4 Remote sensing
T Technology > TC Hydraulic engineering. Ocean engineering > TC812 Irrigation
Divisions: Faculty of Civil, Environmental, and Geo Engineering > Geomatics Engineering > 29202-(S1) Undergraduate Theses
Depositing User: Bramiasto Fakhruddin Eko Putranto
Date Deposited: 05 Apr 2024 02:56
Last Modified: 05 Apr 2024 02:56
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/65516

Actions (login required)

View Item View Item