Fadila, Achyani Putri and Aini, Afifah Nur (2023) Pra Desain Pabrik Garam Farmasi dari Garam Olahan dengan Kapasitas Produksi 1500 Ton/Tahun. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
02211940000111_02211940000150-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 October 2025. Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Salah satu garam industri yang masih diimpor oleh Indonesia adalah garam farmasi. Saat ini industri farmasi sangat bergantung pada bahan baku impor. Kemenkes mencatatkan bahwa bahan baku obat-obatan sekitar 90% masih mengimpor dari luar. Garam farmasi merupakan garam yang memiliki tingkat kemurnian NaCl yang sangat tinggi dapat mencapai 99,5% dengan zat pengotor yang sangat kecil. Dalam industri farmasi garam digunakan sebagai cairan infus, pembersih darah, obat kapsul, pelarut vaksin, sirup, oralit, dan minuman kesehatan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan, yakni dengan membangun beberapa pabrik garam farmasi yang baru dengan kapasitas yang cukup besar. Hal ini akan mengurangi ketergantungan akan impor garam farmasi sekaligus memanfaatkan garam berkualitas yang ketersediannya sangat melimpah di Indonesia. Pada unit pemurnian bahan baku, garam olahan yang memiliki kadar NaCl sebesar 90,68% akan dilarutkan menggunakan air proses. Larutan akan difilter untuk memisahkan komponen yang tidak larut dalam air. Proses koagulasi flokulasi kemudian dilakukan untuk mengikat komponen-komponen pengotor yang terkandung dalam garam olahan dengan bahan baku tambahan. NaOH dan Na2CO3 yang larut dalam air akan dinetralkan dengan bahan baku HCl. Larutan kemudian dimasukkan ke unit penguapan dan pengeringan, di mana proses evaporasi akan berlangsung pada suhu 53℃ untuk menguapkan air, hasil proses evaporasi akan menghasilkan larutan NaCl dengan kemurnian 28.12%. Uap hasil penguapan akan dialirkan menuju ke crystallizer yang memiliki tekanan vakum. Larutan NaCl yang keluar dari crystallizer memiliki kemurnian sebesar 37%. Sentrifugasi kemudian dilakukan untuk memisahkan kristal dari mother liquor, di mana mother liquor akan diumpan kembali ke tangki penampung. Kristal kemudian masuk ke dalam unit pengeringan dan pengendalian produk, di mana kristal-kristal tersebut akan dikeringkan menggunakan rotary dryer menggunakan udara pada suhu 120℃. Kristal garam memiliki kemurnian 99.9% setelah proses pengeringan selesai dan ukurannya akan dikecilkan dengan ball mill hingga menjadi 50 mesh. Produk garam farmasi yang sudah diproduksi kemudian akan masuk ke gudang garam farmasi dan siap untuk digunakan. Pabrik garam farmasi ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1500 ton/tahun dengan waktu operasi 330 hari kerja pada usia pabrik selama 10 tahun. Dengan laju pengembalian modal atau IRR sebesar 13,84% didapatkan waktu pengembalian modal (POT) selama 6 tahun; dan NPV positif sebesar Rp1.928.382.237,2 yang menunjukkan bahwa pabrik garam farmasi ini layak untuk didirikan.
==================================================================================================================================
Pharmaceutical salt is one of the industrial salts that Indonesia continues to import. The pharmaceutical sector currently depends heavily on imported raw materials. According to the Ministry of Health, over 90% of a raw ingredients for pharmaceuticals are still imported from outside sources. Pharmaceutical salt is a salt with a high purity level of NaCl that can reach 99,5% with a few contaminants. In the pharmaceutical sector, salt is utilized as an ORS, syrup, capsul medication, blood purifier, infusion fluid, and health beverage. Construct numerous additional medicinal salt facilitied with sufficient capacity is one of solution for Indonesia. This solution will lessen reliance on prescription salt imports while also utilizing high-quality salt. In the raw material purification unit, salt which has a NaCl content of 90,68% will be dissolved using process water. The solution will be filtered to separate the components that are immiscible. After that, the coagulation-floculation process is used to bind the impurity components in processed salt with new source of materials. As a raw material, HCl will be used to neutralize NaOH and Na2CO3 that dissolve in water. The solution is then placed in the evaporation and drying unit, where the evaporation process will take place at 53℃ to evaporate the water, producing a NaCl solution with a purity of 28,12%. The vapor produced by evaporation will get in to the crystallizer, which is under vacuum pressure. The purity of the NaCl solution that comes out of the crystallizer is 37%. The crystals are subsequently separated from the mother liquor by centrifugation, and the mother liquor is returned to the holding tank. The crystals are then transferred to the drying and product control unit, where they are dried using a rotary dryer with a 120℃ of dry air. After drying, the salt crystals are 99,9% pure with a size of 50 mesh. Pharmaceutical salt products will then enter the pharmaceutival salt warehouse and will be ready for usage. At a factory age of 10 years, this pharmaceutical salt factory has a production capacity of 1500 ton per year and an operational time of 330 working days. With a rate of return on capital or an IRR of 13,84%, a payback time (POT) of 6 years and a positive NPV of Rp1.928.385.237,2 are derived, indicating that the establishment of this medicinal salt factory is feasible.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Garam Olahan, Garam Farmasi, Rekristalisasi, Refined Salt, Pharmaceutical Salt, Recrystallization |
Subjects: | T Technology > TP Chemical technology > TP155.5 Chemical plants--Design and construction |
Divisions: | Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Achyani Putri Fadila |
Date Deposited: | 02 Aug 2023 03:49 |
Last Modified: | 02 Aug 2023 03:49 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/100359 |
Actions (login required)
View Item |