Putri, Alya Oktia (2024) Optimizing Egrek Merah Putih Production Level Using Spatial Regression and Metaheuristic Approach. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
5010201098-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 October 2026. Download (8MB) | Request a copy |
Abstract
The palm oil industry in Indonesia is a vital sector in the national economy. Despite having extensive oil palm plantations, the average productivity of oil palm in Indonesia lags behind Malaysia. A key factor hindering productivity is farmers’ limited understanding of palm fruit ripeness during harvesting. This research introduces Egrek Merah Putih, an innovative tool that functions as both a fruit ripeness detector and a harvesting device. Egrek Merah Putih is a multi-function tool equipped with two harvesting sickle types, regular and premium, to enhance farmers’ comfort and efficiency in using the tool. The development of Egrek Merah Putih focuses on Kalimantan’s oil palm plantations, which have a higher average productivity of 4.2 tons per hectare, indicating substantial potential. Spatial regression analysis using the Geographically Weighted Regression (GWR) model identified factors influencing demand for Egrek Merah Putih in Kalimantan. The independent variables considered in this analysis include farmers’ understanding of palm fruit ripeness, Fresh Fruit Bunch (FFB) production capacity, revenue from Crude Palm Oil (CPO) production, technological interest, and distribution accessibility. The analysis indicated annual demand for 1185 regular harvesting sickles and 1420 premium harvesting sickles, with the highest demand of 150 units in Ketapang, West Kalimantan. These findings guided the determination of multi-product production levels of Egrek Merah Putih using the metaheuristic Genetic Algorithm (GA). The production levels were balanced between demand and capacity to minimize waste of costs, time, and labor. The total production level for regular harvesting sickles in the first year is 795 units and 1209 units for premium harvesting sickles, with Kotawaringin Barat, Central Kalimantan receiving the highest supply of 129 units annually. The development and implementation of Egrek Merah Putih are expected to contribute significantly to the productivity enhancement of the Indonesian palm oil industry, enabling farmers to harvest FFB efficiently and optimally.
=================================================================================================================================
Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian nasional. Meskipun memiliki luas kebun kelapa sawit yang besar, produktivitas rata-rata kelapa sawit di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Malaysia. Salah satu faktor utama yang menghambat produktivitas adalah keterbatasan pemahaman petani tentang kematangan buah kelapa sawit saat panen. Penelitian ini memperkenalkan Egrek Merah Putih, sebuah alat inovatif yang berfungsi sebagai pendeteksi kematangan buah dan sekaligus alat panen. Egrek Merah Putih merupakan alat multi-fungsi dengan dua jenis bilah, yaitu reguler dan premium, untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi penggunaan oleh petani. Pengembangan Egrek Merah Putih difokuskan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, yang memiliki produktivitas rata-rata lebih tinggi yaitu 4,2 ton per hektar, menunjukkan potensi yang besar. Analisis regresi spasial menggunakan model Geographically Weighted Regression (GWR) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Egrek Merah Putih di Kalimantan. Variabel independen yang dipertimbangkan dalam analisis ini meliputi pemahaman petani terhadap kematangan buah, kapasitas produksi Tandan Buah Segar (TBS), pendapatan produksi dari Crude Palm Oil (CPO), ketertarikan terhadap teknologi, dan aksesibilitas distribusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa total permintaan per tahun untuk bilah reguler adalah 1185 unit dan bilah premium adalah 1420 unit, dengan permintaan tertinggi sebanyak 150 unit terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Hasil ini kemudian dimanfaatkan untuk menentukan level produksi multi-produk Egrek Merah Putih menggunakan algoritma metaheuristik Genetic Algorithm (GA). Penentuan level produksi Egrek Merah Putih diseimbangkan antara permintaan dan kapasitas untuk meminimalkan pemborosan biaya, waktu, dan tenaga. Total level produksi untuk bilah reguler pada tahun pertama adalah 795 unit, sedangkan untuk bilah premium mencapai 1209 unit, dengan suplai tertinggi sebanyak 129 unit per tahun di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Pengembangan dan penerapan Egrek Merah Putih ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan produktivitas industri kelapa sawit di Indonesia, memungkinkan petani untuk memanen TBS secara efisien dan optimal.
Actions (login required)
View Item |