Kajian Phytomining Red Mud Menggunakan Chrysopogon Zizanioides dan Ruellia Tuberosa dengan Penambahan Lumpur Domestik dan Humus Organik terhadap Vanadium (V) dan Kromium (Cr)

Adriansyah, Hendry (2024) Kajian Phytomining Red Mud Menggunakan Chrysopogon Zizanioides dan Ruellia Tuberosa dengan Penambahan Lumpur Domestik dan Humus Organik terhadap Vanadium (V) dan Kromium (Cr). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of ACCESS CLOSED BY AUTHOR] Text (ACCESS CLOSED BY AUTHOR)
5014201049-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Permintaan terhadap aluminium semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Aluminium tidak dihasilkan secara alami, tetapi berasal dari alumina. Pembuatan alumina berasal dari bijih bauksit yang residunya dikenal sebagai red mud. Jumlah residu bauksit disimpan di penampungan darat di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 2,7 miliar ton dengan peningkatan tahunan sekitar 120 juta ton per tahun. Red mud mengandung elemen tanah jarang dan unsur jejak yang salah satunya adalah vanadium dan kromiumm. Terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan untuk pemulihan red mud, salah satunya adalah dengan fitoremediasi. Namun, fitoremediasi bisa menjadi polusi kedua karena tanaman yang digunakan sebagai agen pemulihan tidak dikelola dengan baik. Phytomining dapat menjadi solusi dari permasalahan di atas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan Chrysopogon zizanioides (akar wangi) dan Ruellia tuberosa (kencana ungu) dalam phytomining logam berat Vanadium (V) dan Kromium (Cr) pada red mud dengan penambahan lumpur domestik dan humus organik sebagai biostimulan. Penelitian dibagi menjadi dua metode, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi meliputi karakterisasi red mud (pH, soil moisture, densitas, soil texture, dan struktur kimianya), propagasi selama 2 bulan, aklimatisasi selama 7 hari, uji toksisitas tanaman selama 7 hari. Penelitian utama adalah phytomining tanaman selama 28 hari. Parameter utama yang diuji saat phytomining adalah kandungan V dan Cr pada bagian-bagian tanaman serta parameter pendukungnya adalah pH, Electrical Conductivity (EC), intensitas cahaya, kadar air, dan suhu tanah serta lingkungan. Penambahan lumpur domestik dan humus organik sebagai biostimulan pada phytomining menggunakan kedua tanaman akan meningkatkan ketahanan dan kemampuan tanaman dalam menyerap logam berat V dan Cr dari red mud. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dari analisis kromium, variasi Chrysopogon zizanioides + red mud + humus organik 5% adalah yang paling efektif dalam uptaking kromium dengan nilai MEA 0,08 mg/tumbuhan. Dari analisis vanadium, Chrysopogon zizanioides + red mud + lumpur domestik 10% adalah yang paling efektif dalam uptaking dengan nilai MEA 0,08 mg/tumbuhan. Secara keseluruhan, humus organik merupakan biostimulan yang bagus dalam membantu tanaman mengakumulasi kromium dan lumpur domestik merupakan biostimulan yang bagus dalam membantu tanaman mengakumulasi vanadium. Nilai translocation factor paling besar untuk uptaking kromium adalah Chrysopogon zizanioides + red mud + lumpur domestik 10% yakni 0,89 dan nilai translokasi (TF) paling besar untuk uptaking vanadium adalah Ruellia tuberosa + red mud + humus organik 10% dengan nilai 1,74. Secara garis besar, akumulasi logam V dan Cr lebih banyak di akar daripada di atas (daun dan batang) yang dibuktikan dengan sebgaian besar nilai TF kurang dari 1 untuk semua perlakuan.
======================================================================================================================================
The demand for aluminum continues to increase over time. Aluminum is not produced naturally but is derived from alumina. The production of alumina comes from bauxite ore, with its residue known as red mud. The amount of bauxite residue stored in landfills worldwide is estimated to be over 2.7 billion tons, with an annual increase of approximately 120 million tons per year. Red mud contains rare earth elements and trace elements, including vanadium and chromium. Various methods can be applied for red mud recovery, one of which is phytoremediation. However, phytoremediation can lead to secondary pollution if the plants used as recovery agents are not properly managed. Phytomining can be a solution to this problem. This study aims to analyze the ability of Chrysopogon zizanioides (vetiver grass) and Ruellia tuberosa (cracker plant) in phytomining heavy metals Vanadium (V) and Chromium (Cr) in red mud with the addition of domestic sludge and organic humus as biostimulants. The research was conducted on a laboratory scale. The red mud used in this study originated from an alumina production plant located in Tayan, Piasak Tayan Hilir Village, Balai Belungai, Toba District, Sanggau Regency, West Kalimantan. The research was divided into two methods: preliminary research and main research. The preliminary research included the characterization of red mud (pH, soil moisture, density, permeability, soil texture, and chemical structure), propagation for 2 months, acclimatization for 7 days, and plant toxicity testing for 7 days. The main research involved phytomining plants for 28 days. The main parameters tested during phytomining were the content of V and Cr in different parts of the plants, while the supporting parameters included pH, Electrical Conductivity (EC), light intensity, moisture content, and soil and environmental temperature. The addition of domestic sludge and organic humus as biostimulants in phytomining using the two plants was expected to enhance the plants' resistance and ability to absorb heavy metals V and Cr from red mud. The study revealed that, from the chromium analysis, the Chrysopogon zizanioides + red mud + 5% organic humus variation was the most effective in chromium uptake with a MEA value of 0.08 mg/plant. From the vanadium analysis, Chrysopogon zizanoiides + red mud + 10% domestic sludge was the most effective in vanadium uptake with a MEA value of 0.08 mg/plant. Overall, organic humus proved to be an excellent biostimulant for helping plants accumulate chromium, and domestic sludge was an excellent biostimulant for helping plants accumulate vanadium. The highest translocation factor (TF) for chromium uptake was observed in the Chrysopogon zizanioides + red mud + 10% domestic sludge treatment, with a TF value of 0.89, while the highest TF for vanadium uptake was observed in the Ruellia tuberosa + red mud + 10% organic humus treatment, with a TF value of 1.74. Generally, the accumulation of V and Cr metals was higher in the roots than in the aerial parts (leaves and stems), as evidenced by most TF values being less than 1 for all treatments.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Chromium, Domestic Sludge, Humus Organik, Kromium, Lumpur Domestik, Organic Humus, Phytomining, Red Mud, Vanadium.
Subjects: T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD192.75 Phytoremediation.
T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD878.47 Soil remediation
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Environmental Engineering > 25201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Hendry Adriansyah
Date Deposited: 31 Jul 2024 04:18
Last Modified: 31 Jul 2024 04:18
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/109500

Actions (login required)

View Item View Item