Strategi Pengurangan Jejak Karbon pada Industri Penerbangan Indonesia dengan Pendekatan Eksploratif dan Analisis Sebab-Akibat

Sekartadji, Ratih (2024) Strategi Pengurangan Jejak Karbon pada Industri Penerbangan Indonesia dengan Pendekatan Eksploratif dan Analisis Sebab-Akibat. Doctoral thesis, INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER.

[thumbnail of 03111660010004-Dissertation.pdf] Text
03111660010004-Dissertation.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only until 1 October 2026.

Download (9MB) | Request a copy

Abstract

Jejak karbon (carbon footprint) dalam industri penerbangan mencakup emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari life cycle operasi penerbangan. Di dalam industri penerbangan terdapat tiga katagori emisi, yaitu emisi langsung dari pesawat, emisi tidak langsung di bandara dan emisi tidak langsung lainnya dari bandara. Emisi dari pesawat (lingkup 1) adalah emisi langsung selama proses penerbangan, pemanasan dan pendinginan, yang merupakan hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti avtur atau jet fuel. Sedangkan emisi tidak langsung dari bandara (lingkup 2) adalah penggunaan energi listrik di gedung bandara dan emisi tidak langsung lainnya (lingkup 3) yaitu emisi dari bahan bakar untuk operasional fasilitas bandara. Penelitian ini akan fokus menganalisis emisi langsung yang terjadi selama penerbangan di fase cruise dimana emisi tidak mudah diserap oleh tanaman atau lautan yang ada di permukaan bumi. Dampak lingkungan dari industri penerbangan menjadi perhatian cukup besar karena kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim global. Pemodelan exploratory (eksploratori) membantu dalam membuat keputusan yang kuat dengan mengeksplorasi berbagai asumsi dan skenario secara sistematis. Pendekatan ini meningkatkan penentuan keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan kondisi dan ketidakpastian di masa depan. Sedangkan penerapan metode causal research (analisis kausal) dilakukan pada kumpulan data yang luas. Proses ini membantu membangun hubungan sebab akibat yang lebih akurat dengan memperhitungkan parameter yang baru teridentifikasi. Pengumpulan data penerbangan diperoleh dari database flightradar24. Carbon footprint penerbangan yang akan dianalisis adalah penerbangan domestik di Bandar Udara Juanda Surabaya (SUB). Rute yang dianalisis adalah rute penerbangan domestik antar ibukota provinsi yang operasi penerbangannya menggunakan tipe pesawat dengan flight level di atas 10.000 meter. Metode perhitungan emisi menggunakan metode ICAO. Perhitungan konsumsi bahan bakar diasumsikan menggunakan avtur Jet-A1 yang digunakan pesawat komersil di Indonesia. Variabel dan data terdiri dari rute penerbangan, jarak tempuh, jenis pesawat, ketinggian terbang, dan jumlah rute dari 34 bandar udara di Indonesia. Selain menghitung carbon footprint penerbangan, studi ini juga menganalisis emisi CO2 yang terakumulasi di ketinggian terbang (fase cruise). Data dieksplorasi untuk mendapatkan estimasi akumulasi emisi pesawat pada cruise level atau ketinggian terbang di atas 10.000 meter. Perhitungan ini didasarkan bahwa gas CO2 di elevasi tersebut akan lebih lama hidup dibandingkan di elevasi yang lebih rendah. Perhitungan estimasi emisi adalah berdasarkan pergerakan tahun 2018. Kemudian estimasi prediksi emisi pesawat dihitung sampai dengan tahun 2050 dimana target net zero emission ditentukan. Analisis capaian alternatif yang terdiri dari penggunaan biofuel, perpindahan penumpang pesawat ke penggunaan moda transportasi jalan rel, dan penggantian mesin pesawat baru, dihitung untuk mendapatkan estimasi prediksi penurunan emisi CO2 pesawat. Upaya pengurangan emisi CO2 dari beberapa alternatif diperoleh hasil yang bervariasi. Penurunan emisi CO2 dengan penggunaan bahan bakar campuran 2,4% biofuel diprediksi rata-rata sebesar 2,8%, sedangkan perpindahan moda transportasi jalan rel diprediksi sebanyak 9% dengan kereta reguler dan 45% dengan menggunakan kereta cepat. Untuk penggantian mesin pesawat baru diperkirakan mengalami penurunan sebesar 15,6% dari emisi CO2 dengan mesin pesawat yang lama.
======================================================================================================================================
The carbon footprint in the aviation industry encompasses greenhouse gas (GHG) emissions from the entire life cycle of aviation operations, categorized into direct emissions from aircraft (scope 1), indirect emissions at airports (scope 2), and other indirect emissions related to airport operations (scope 3). Direct emissions occur during the flight process, heating, and cooling from the combustion of fossil fuels such as aviation or jet fuel. Indirect emissions involve the use of electrical energy in airport buildings, and additional indirect emissions include those from fuel used in airport facilities. This research focuses on analyzing direct emissions during the cruise phase of flights, where emissions are less likely to be absorbed by plants or oceans. The aviation industry significantly impacts the environment due to its contribution to greenhouse gas emissions and global climate change. Exploratory modeling aids in making robust decisions by considering various scenarios and uncertainties, while causal analysis methods help establish accurate causal relationships using extensive datasets. Flight data for this study was sourced from the Flightradar24 database, focusing on domestic flights at Juanda Airport, Surabaya (SUB). The analysis includes domestic flight routes between provincial capitals using aircraft operating above 10,000 meters. The emission calculations follow the ICAO method, assuming the use of Jet-A1 aviation fuel by commercial aircraft in Indonesia. Data variables include flight routes, distance traveled, aircraft type, flight altitude, and the number of routes from 34 airports in Indonesia. The study also examines CO2 emissions during the cruise phase, with data explored to estimate emission accumulation at altitudes above 10,000 meters. Emission estimates are based on 2018 movements, with predictions extending to 2050 to align with the Net Zero Emission target. Alternative measures to reduce CO2 emissions include using biofuel, shifting air passengers to rail transportation, and replacing old aircraft engines with new ones. The use of a 2.4% biofuel blend is predicted to reduce CO2 emissions by an average of 2.8%, while shifting to rail transportation could reduce emissions by 9% with regular trains and 45% with high-speed trains. Replacing old aircraft engines is estimated to reduce CO2 emissions by 15.6% compared to emissions from old engines.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Uncontrolled Keywords: eksploratori, emisi pesawat terbang, gas rumah kaca, transportasi udara exploratory, aircraft emissions, greenhouse gases, air transportation
Subjects: T Technology > TL Motor vehicles. Aeronautics. Astronautics
T Technology > TL Motor vehicles. Aeronautics. Astronautics > TL725.3.P5 Airports--Planning. Airports--Design and construction.
Divisions: Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22001-(S3) PhD Thesis
Depositing User: Ratih Sekartadji
Date Deposited: 10 Aug 2024 14:58
Last Modified: 26 Aug 2024 03:22
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/115311

Actions (login required)

View Item View Item