Analisis Potensi Cuaca Ekstrem Dari Fenomena Mesoscale Convective System (MCS) Menggunakan Citra Satelit Himawari (Studi Kasus: Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2018)

Ischak, Ilham Maulana (2025) Analisis Potensi Cuaca Ekstrem Dari Fenomena Mesoscale Convective System (MCS) Menggunakan Citra Satelit Himawari (Studi Kasus: Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2018). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Text 5016211063-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (6MB) | Request a copy

Abstract

Perubahan iklim dan dinamika atmosfer yang kompleks telah menyebabkan peningkatan kejadian cuaca ekstrem di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Provinsi Jawa Barat, fenomena Mesoscale Convective System (MCS) sering kali berkontribusi terhadap terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan angin kencang. MCS, yang ditandai oleh pembentukan awan konvektif besar yang dapat menghasilkan curah hujan signifikan. Dilansir dari website BMKG Jawa Barat mencatatkan telah terjadi cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang tercatat pada bulan Oktober dan November sebesar 400 mm sampai 1325 mm yang turun dalam sehari di Karang Nunggal, Tasikmalaya pada tahun 2018. Pihak BMKG mencatatkan bahwa bencana tersebut diakibatkan terbentuknya awan cumulonimbus (CB) serta aktivitas monsun Asia yang masih dominan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi cuaca ekstrem yang dihasilkan oleh MCS dengan memanfaatkan citra satelit Himawari dan data angin dari ECMWF untuk menentukan Australian Monsoon Index (AUSMI) dan daerah yang berpotensi cuaca ekstrem di Jawa Barat. Data historis untuk menganalisis hubungan antara MCS dan fenomena cuaca ekstrem di Jawa Barat menggunakan data satelit Himawari, untuk mengidentifikasi frekuensi kemunculan MCS dan memetakan area dengan peningkatan aktivitas konvektif. Korelasi antara intensitas monsun Australia-Asia dan curah hujan dianalisis untuk memahami dampak MCS terhadap kondisi cuaca. Hasil uji korelasi dari fenomena MCS dengan indeks AUSMI dalam pengidentifikasian potensi cuaca ekstrem di Jawa Barat didapatkan nilai korelasi yang sangat lemah, yaitu sebesar 0,28 untuk periode waktu bulanan dan nilai korelasi yang cukup, yaitu sebesar 0,42 untuk periode waktu musiman. Untuk pola fasenya sama dengan ditandai nilai korelasi yang positif dan berbanding lurus, dimana saat indeks AUSMI tinggi, maka kemunculan fenomena MCS semakin meningkat. Dari peta potensi cuaca ekstrem yang dihasilkan, wilayah yang terdampak didominasi pada wilayah barat Provinsi Jawa Barat, akan tetapi dari validasi melalui peta potensi cuaca ekstrem yang telah dibuat dengan data dari BNPB,wilayah yang terdampak lebih banyak dari yang terindikasi pada peta, hal ini bisa disebabkan jumlah data citra yang kurang lengkap dari sumber.
================================================================================================================================
Climate change and complex atmospheric dynamics have led to an increase in extreme weather events worldwide, including in Indonesia. In West Java Province, the Mesoscale Convective System (MCS) phenomenon often contributes to extreme weather occurrences, such as heavy rainfall and strong winds. MCS is characterized by the formation of large convective clouds that can produce significant rainfall. According to the BMKG (Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency) website, extreme weather events with high rainfall were recorded in October and November, reaching between 400 mm to 1325 mm in a single day in Karang Nunggal, Tasikmalaya, in 2018. The BMKG noted that these disasters were caused by the formation of cumulonimbus (CB) clouds and the still-dominant Asian monsoon activity. This study aims to analyze the potential for extreme weather generated by MCS by utilizing Himawari satellite imagery and wind data from ECMWF to determine the Australian Monsoon Index (AUSMI) and areas with potential extreme weather in West Java. Historical data will be used to analyze the relationship between MCS and extreme weather phenomena in West Java using Himawari satellite data to identify the frequency of MCS occurrences and map areas with increased convective activity. The correlation between the intensity of the Australian Asian monsoon and rainfall will be analyzed to understand the impact of MCS on weather conditions. The results of the correlation test between the MCS phenomenon and the AUSMI index in identifying the potential for extreme weather in West Java showed a very weak correlation value of 0.28 for the monthly period and a moderate correlation value of 0.42 for the seasonal period. The phase pattern is marked by a positive correlation value, indicating that when the AUSMI index is high, the occurrence of MCS phenomena increases. From the generated extreme weather potential map, the affected areas are predominantly located in the western region of West Java Province. However, validation through the extreme weather potential map created with data from BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) indicates that the affected areas are more extensive than those indicated on the map, which may be due to the incomplete amount of imagery data from the source.

Item Type:	Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords:	Cuaca Ekstrem, Curah Hujan, Indeks AUSMI, MCS, Satelit Himawari
Subjects:	T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA1637 Image processing--Digital techniques. Image analysis--Data processing.
Divisions:	Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Geomatics Engineering > 29202-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User:	Ilham Maulana Ischak
Date Deposited:	16 Jul 2025 04:28
Last Modified:	16 Jul 2025 04:28
URI:	http://repository.its.ac.id/id/eprint/119798

Actions (login required)

View Item