Sodiq, Ja'far (2025) Analisis Perencanaan Timbunan dan Alternatif Penggunaan Mortar Busa sebagai Material Timbunan. Studi Kasus: Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar Sta 2+780 dan Jalan Tol Gempol- Pasuruan Sta 31+000. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
![]() |
Text
5012211081-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (8MB) | Request a copy |
Abstract
Tanah lempung lunak sangat mempengaruhi pembangunan infrastruktur di Indonesia, beberapa diantaranya yaitu pada proyek pembangunan tol Gempol-Pasuruan dan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM). Kondisi tersebut disebabkan oleh sifat tanah lempung lunak adalah mudah memampat dan memiliki daya dukung yang rendah. Pada kedua lokasi tersebut memiliki karakteristik dan kedalaman tanah lunak yang berbeda yaitu tanah lunak dalam (17 meter) pada jalan tol Gempol-Pasuruan STA 31+000, dan tanah lunak dangkal (5 meter) pada jalan tol KLBM STA 2+780. Permasalahan di lapangan yang sering terjadi pada tanah lunak setelah dipasang Prefabricated Vertical Drain (PVD) yaitu perbedaan besar pemampatan yang diprediksi dengan pemampatan yang terjadi di lapangan dari hasil pengukuran dengan instrumen geoteknik. Oleh karena itu Jasa Marga merekomendasikan pencarian metode alternatif selain PVD dengan tetap mengacu pada standar Bina Marga untuk batas penurunan tanah maksimal 2 cm per tahun dan 10 cm per 10 tahun. Pada Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan variasi timbunan mortar busa dengan perkuatan micropile jika diperlukan sebagai alternatif timbunan konvensional serta perencanaan perbaikan tanah dasar menggunakan metode preloading dan replacement, yang akan dianalisis stabilitas dan biaya materialnya untuk mendapatkan solusi yang paling efisien serta mengetahui kondisi optimal untuk setiap perencanaan timbunan yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tinggi timbunan awal, tinggi timbunan akhir, tinggi timbunan lapangan, rate of settlement setiap tahunnya, dan biaya material perencanaan timbunan untuk tiap kilometer. Perencanaan yang dipilih pada Tol Krian-Legundi STA 2+780 dengan timbunan tanah Hlapangan = 5 m dan replacement 1 m memiliki tinggi timbunan awal 5,50 m dan tinggi timbunan akhir 5,34 m dengan rate of settlement maksimal selama masa layan yaitu 1,3 cm yang sudah memenuhi persyaratan pemampatan Bina Marga dengan biaya material sebesar Rp 34.175.797.197, lalu untuk tinggi timbunan tanah Hlapangan = 9 m dengan replacement 1 m memiliki tinggi timbunan awal 9,67 m dan tinggi timbunan akhir 9,90 m dengan rate of settlement maksimal selama masa layan yaitu 1,87 cm yang sudah memenuhi persyaratan pemampatan Bina Marga dengan biaya material sebesar Rp 61.588.008.515. Pada perencanaan Tol Gempol-Pasuruan STA 31+000 untuk tinggi timbunan Hlapangan = 5 m dipilih timbunan tanah dengan tinggi timbunan awal 5,43 m dan tinggi timbunan akhir 7,15 m dengan rate of settlement maksimal setelah masa efektif PVD sebesar 4,76 cm pada masa layan jalan sehingga telah memenuhi peraturan pemampatan maksimal Bina Marga dengan biaya material Rp 58.926.647.175, sedangkan untuk tinggi timbunan Hlapangan = 9 m dipilih timbunan tanah yang memiliki tinggi timbunan awal 12,27 m dan tinggi timbunan akhir 9,79 m dengan rate of settlement maksimal selama masa layan yaitu 7,32 cm yang sudah memenuhi persyaratan pemampatan Bina Marga dengan biaya material sebesar Rp 139.000.530.362.
==================================================================================================================================
Soft clay soil greatly affects infrastructure development in Indonesia, including the Gempol-Pasuruan toll road and the Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) toll road projects. This condition is caused by the nature of soft clay soil, which is easily compacted and has low bearing capacity. Both locations have different characteristics and depths of soft soil: deep soft soil (17 meters) at the Gempol-Pasuruan toll road STA 31+000, and shallow soft soil (6 meters) at the KLBM toll road STA 2+780. A common issue encountered in the field after installing Prevaricated Vertical Drain (PVD) is the significant discrepancy between the predicted settlement and the actual settlement measured using geotechnical instrument. Therefore, Jasa Marga recommends seeking alternative methods other than using PVD while still adhering to the Bina Marga standards for maximum soil settlement limits of 2 cm per year and 10 cm per 10 years. In this final project, foam mortar embankments reinforced with micropiles are planned as an alternative to conventional embankments, and soil improvement using the preloading and replacement methods is planned. The stability and material costs will be analyzed to obtain the most efficient solution and determine the optimal conditions for each embankment plan. Based on the calculation results, the initial embankment height, final embankment height, site embankment height, annual rate of settlement, and embankment planning material costs per kilometer were obtained. The selected design for the Krian-Legundi Toll Road at STA 2+780, with a field embankment height of 5 m and a replacement height of 1 m, has an initial embankment height of 5,50 m and a final embankment height of 5,34 m with a maximum rate of settlement during the service period of 1,3 cm, which meets the settlement requirements of Bina Marga with a material cost of Rp 34.175.797.197. then for the height of the Hlapangan soil embankment = 9 m with a replacement of 1 m, it has an initial embankment height of 9.67 m and a final embankment height of 9,90 m with a maximum rate of settlement during the service period of 1,87 cm, which meets the Bina Marga settlement requirements with a material cost of Rp 61.588.008.515. In the planning of the Gempol-Pasuruan Toll Road at STA 31+000, for an embankment height of H = 5 m, an embankment with an initial height of 5,43 m and a final height of 7,15 m was selected, with a maximum settlement rate after the effective PVD period of 4,76 cm during the road service period, thus meeting the maximum settlement regulations of Bina Marga with a material cost of Rp 58.926.647.175, while for the embankment height H = 9 m, a soil embankment with an initial embankment height of 12,27 m and a final embankment height of 9,79 m was selected with a maximum rate of settlement during the service period of 7,32 cm, which meets the Bina Marga settlement requirements with a material cost of Rp 139.000.530.362.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tanah Lunak, Pemampatan, Prefabricated Vertical Drain (PVD), Mortar Busa, Replacement, Soft Soil, Settlement, Prefabricated Vertical Drain (PVD), Foam Mortar, Replacement |
Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA749 Soil stabilization |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Ja'far Sodiq |
Date Deposited: | 28 Jul 2025 02:24 |
Last Modified: | 28 Jul 2025 02:24 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/121359 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |