Pramono, Aling Shofi (2025) Arsitektur sebagai Panggung: Konsep Pasar Budaya Representasi Wayang Orang Perancangan Ulang Taman Sriwedari Solo. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
![]() |
Text
5013211027-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (12MB) | Request a copy |
Abstract
Teori Genius Loci menggambarkan bagaimana suatu tempat tidak hanya ditentukan oleh elemen fisiknya, tetapi juga oleh makna simbolis dan emosional yang dirasakan manusia. Untuk membentuk suatu tempat (place), tidak hanya terbatas dengan bentuk spasial berupa ruang (space), namun juga terdiri dari identitas yang terbentuk melalui aspek spasial dan non-spasial. Wayang orang sebagai identitas Taman Sriwedari akan dihadirkan dalam arsitektur, sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman mendalam dari pertunjukan wayang yang dipentaskan di panggung. Inovasi dari kesenian wayang orang ini akan diciptakan melalui pasar budaya yang tidak hanya menjadi tempat jual beli, melainkan juga sebagai ruang untuk ekspresi lokal dapat dihidupkan dan dirasakan oleh pengunjung. Dalam perancangan pasar budaya digunakan concept-based framework dengan konsep besar “arsitektur sebagai panggung”. Di sini, panggung tidak hanya dipahami sebagai tempat fisik pertunjukan wayang orang berlangsung, tetapi juga sebagai analogi bagi arsitektur itu sendiri. Sama halnya dengan panggung yang menampung seluruh elemen penting seni pertunjukan wayang orang, arsitektur pasar budaya dirancang untuk mewadahi seluruh elemen yang merepresentasikan esensi dari kesenian wayang orang yang dipentaskan di panggung.
======================================================================================================================================
Genius Loci theory describes how a place is defined not only by its physical elements, but also by the symbolic and emotional meanings perceived by humans. Creating a place is not limited to spatial forms as physical space, but also consists of an identity shaped through both spatial and non-spatial aspects. Wayang orang (traditional Javanese theatrical performances), as the identity of Taman Sriwedari will be manifested in architecture, enabling visitors to experience the profound essence of wayang performances staged on a platform. Innovation in wayang orang art will be realized through a cultural market that serves not only as a space for buying and selling but also as a venue where local expressions can come to life and be experienced by visitors.
The design of the cultural market employs a concept-based framework with the overarching theme of “architecture as a stage”, where the stage is understood not only as the physical space for wayang orang performances but also as an analogy for architecture itself. Like a stage that accommodates all the essential elements of wayang orang performances, the architecture of the cultural market is designed to house all elements that represent the essence of wayang orang art as performed on the stage.
Actions (login required)
![]() |
View Item |