Penilaian Risiko Pipa Bawah Laut di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I

Anshory, Irfan (2025) Penilaian Risiko Pipa Bawah Laut di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 6032211221-Master_Thesis.pdf] Text
6032211221-Master_Thesis.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) merupakan jalur pelayaran yang ditetapkan untuk memungkinkan pelayaran kapal domestik maupun internasional melewati perairan Indonesia. ALKI I, sebagai salah satu jalur tersibuk, menghubungkan Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia dengan kepadatan lalu lintas kapal yang tinggi. Kondisi ini meningkatkan probabilitas gangguan eksternal terhadap infrastruktur bawah laut, khususnya pipa bawah laut. Bahaya eksternal ini, yang disebabkan oleh accidental external loads yang dapat menyebabkan kerusakan mekanis seperti local denting, local buckling atau pipeline rupture. Dampak akumulatif energi tinggi berpotensi menyebabkan kebocoran pipa, pelepasan hidrokarbon, serta penghentian operasi. Penelitian ini menyajikan Quantitative Risk Assessment (QRA) terhadap pipa bawah laut berdiameter 12 inch yang melintasi ALKI I mengacu pada DNV-RPF107. Penilaian meliputi identifikasi bahaya, analisis frekuensi dengan konsep probabilitas kapal menjatuhkan jangkar atau kapal tenggelam, analisis konsekuensi menggunakan konsep impact energy dari jangkar atau kapal, kemudian risiko dievaluasi dengan memetakan tingkat frekuensi dan tingkat kerusakan yang terjadi pada matriks risiko. Proses identifikasi bahaya menghasilkan tiga ancaman eksternal terhadap pipa bawah laut, yaitu jatuhnya jangkar (dropped anchor), terseretnya jangkar (dragged anchor) dan kapal tenggelam (ship sinking). Analisis frekuensi menunjukkan bahwa ketiga bahaya tersebut berada pada frekuensi level 1. Analisis konsekuensi memperlihatkan bahwa skenario terburuk dapat mencapai konsekuensi level 5. Evaluasi risiko menempatkan profil risiko keseluruhan pada wilayah ALARP (As Low As Reasonably Practicable), yang berarti risiko masih dapat diterima. Meskipun risiko berada pada wilayah ALARP, dilakukan mitigasi risiko untuk menurunkan level konsekuensi dengan penambahan proteksi pada pipa menggunakan rock dumping dan trenching. Hasil analisis CBA menunjukkan trenching sebagai opsi mitigasi paling efektif baik secara teknis dan biaya. Sebagai rekomendasi untuk menurunkan level konsekuensi disarankan dilakukan trenching. Disamping itu, frekuensi tetap perlu dikendalikan untuk mencegah eskalasi akibat meningkatnya aktivitas kapal. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan AIS-Based Monitoring System, koordinasi dengan otoritas maritim, sosialisasi zona larangan jangkar, serta pemasangan rambu dan pemetaan jalur pipa pada peta laut. Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengelolaan risiko pipa bawah laut di ALKI I.
===========================================================================================================================================
The Indonesian Archipelagic Sea Lanes I (ASL I) are designated shipping routes allowing the passage of domestic and international vessels through Indonesian waters. ASL I, one of the busiest lanes, connects the South China Sea and the Indian Ocean with high vessel density. This increases the probability of external interference with subsea infrastructure, especially subsea pipelines. These external hazards, categorized as accidental external loads, include dropped anchors, dragged anchors, and ship sinking, which may induce mechanical damage modes such as local denting, local buckling, or pipeline rupture. High-energy or cumulative impacts can result in loss of containment, potential hydrocarbon release, and operational shutdown. This study presents a quantitative risk assessment (QRA) of a 12-inch concrete-coated subsea pipeline crossing ASL I based on the DNV-RP-F107 framework. The hazard identification process identified three external threats to the subsea pipeline in ALKI I: dropped anchor, dragged anchor, and ship sinking. The frequency analysis indicates that all three hazards fall within Frequency Level 1. The consequence analysis shows that the worst-case scenario can reach Consequence Level 5. The risk evaluation places the overall risk profile in the ALARP (As Low As Reasonably Practicable) region, meaning that the risk is still tolerable. Although the risk is within the ALARP region, risk mitigation is carried out to reduce the consequence level by adding pipeline protection through rock dumping and trenching. The CBA results indicate that trenching is the most effective mitigation option both technically and economically. Therefore, trenching is recommended to reduce the consequence level. In addition, the frequency must still be controlled to prevent escalation due to increasing vessel activity. Control measures can be implemented using an AIS-Based Monitoring System, coordination with maritime authorities, dissemination of anchor exclusion zones, as well as the installation of navigational markers and the inclusion of pipeline routes on nautical charts. This study is expected to provide a significant contribution to subsea pipeline risk management in ASL I.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Dragged Anchor, Dropped Anchor, Indonesian Archipelagic Sea Lane, Risk Assessment, Ship Sinking, Subsea Pipeline
Subjects: T Technology > T Technology (General)
T Technology > T Technology (General) > T174.5 Technology--Risk assessment.
Divisions: Interdisciplinary School of Management and Technology (SIMT) > 61101-Master of Technology Management (MMT)
Depositing User: Irfan Anshory
Date Deposited: 05 Aug 2025 04:15
Last Modified: 05 Aug 2025 04:15
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/127085

Actions (login required)

View Item View Item