Putri, Titania Asyifa (2025) Analisis Risiko Dan Seleksi Lokasi Pengembangan FSRU Menggunakan Integrasi Metode Entropy-DEMATEL-VIKOR: Studi Kasus Suplai LNG Di PLTGU Muara Tawar, Perairan Teluk Jakarta. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
![[thumbnail of 5019211014-Undergraduate_Thesis.pdf]](http://repository.its.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text
5019211014-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (9MB) | Request a copy |
Abstract
Kebutuhan energi listrik nasional yang terus meningkat mendorong perlunya pengembangan infrastruktur gas alam cair (LNG) yang fleksibel dan efisien. Salah satu opsi strategis adalah pembangunan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) yang dapat dioperasikan di wilayah pesisir tanpa memerlukan infrastruktur darat permanen. Penelitian ini bertujuan menentukan lokasi optimal FSRU sebagai pemasok untuk PLTGU Muara Tawar dengan mempertimbangkan aspek teknis, lingkungan, ekonomi, serta keselamatan pelayaran yang dilakukan dalam bentuk penilaian risiko tubrukan kapal terhadap struktur FSRU menggunakan metode IWRAP dan CRASH. Pada skenario powered allision, metode IWRAP menghasilkan estimasi frekuensi tubrukan sebesar 1,47E-05 untuk Alternatif 1, 6,98E-05 pada Alternatif 2, dan 3,19E-04 pada Alternatif 3; sementara, metode CRASH mencatat nilai 1,17E-04, 1,83E-04, dan 2,31E-04 untuk masing-masing alternatif secara berurutan. Pada skenario drifting allision, IWRAP memperkirakan 3,17E-05, 4,48E-05, dan 5,96E-05, sementara CRASH mencatat 3,12E-05, 4,89E-05, dan 6,17E-05 insiden/tahun. Secara komparatif, IWRAP cenderung menghasilkan representasi yang lebih akurat dan relevan terhadap kondisi lapangan dibandingkan asumsi probabilistik umum dari metode CRASH, karena mempertimbangkan data AIS aktual dan parameter lingkungan spesifik seperti kecepatan angin. Penentuan lokasi dilakukan dengan pendekatan MCDM menggunakan integrasi Entropy-DEMATEL-VIKOR. Hasil Entropy menunjukkan kriteria paling informatif adalah dampak terhadap lalu lintas kapal (K-12 = 0.138), instalasi pipa ke ORF (K-07 = 0.124), dan frekuensi tubrukan kapal (K-13 = 0.110). Analisis DEMATEL menempatkan K-07 sebagai kriteria paling berpengaruh (0.090), diikuti K-06 dan K-13 (masing-masing 0.086), yang tergolong effect group, berfungsi sebagai indikator penting dalam menilai respons keekonomian lokasi. Sebaliknya, K-01, K-03, dan termasuk dalam cause group, dengan bobot masing-masing 0.073 dan 0.080. Hasil VIKOR menunjukkan bahwa Alternatif 3 merupakan solusi kompromi terbaik dengan nilai Q = 0.000 untuk seluruh nilai parameter v, menunjukkan stabilitas tinggi baik dari sisi group utility maupun individual regret. Alternatif 2 berada di peringkat kedua dengan Q menurun dari 1.000 menjadi 0.210, sedangkan Alternatif 1 meningkat dari 0.692 ke 1.000. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa hanya Alternatif 3 yang memiliki kestabilan penuh terhadap variasi bobot kriteria.
=========================================================================================================================================
The continuous increase in national electricity demand necessitates the development of flexible and efficient liquefied natural gas (LNG) infrastructure. A strategic option for this is the construction of a Floating Storage and Regasification Unit (FSRU), which can be operated in coastal areas without requiring permanent onshore infrastructure. This research aims to determine the optimal location for an FSRU to supply the Muara Tawar CCGT, considering technical, environmental, economic aspects, and navigational safety, conducted through an allision risk assessment of vessels with the FSRU structure using the IWRAP and CRASH methods. In the powered allision scenario, the IWRAP method estimated allision frequencies of 1.47E-05 for Alternative 1, 6.98E-05 for Alternative 2, and 3.19E-04 for Alternative 3; meanwhile, the CRASH method recorded values of 1.17E-04, 1.83E-04, and 2.31E-04 for each respective alternative. In the drifting allision scenario, IWRAP estimated frequencies of 3.17E-05, 4.48E-05, and 5.96E-05 incidents/year, while CRASH recorded 3.12E-05, 4.89E-05, and 6.17E-05 incidents/year. Comparatively, IWRAP tends to produce a more accurate and relevant representation of field conditions than the general probabilistic assumptions of the CRASH method, due to its consideration of actual AIS data and specific environmental parameters like wind speed. The location determination was performed using an MCDM approach integrating the Entropy, DEMATEL, and VIKOR methods. The Entropy results indicated that the most informative criteria are the impact on ship traffic (K-12 = 0.138), pipeline installation to the ORF (K-07 = 0.124), and ship collision frequency (K-13 = 0.110). The DEMATEL analysis identified K-07 as the most influential criterion (0.090), followed by K-06 and K-13 (0.086 each), which belong to the effect group and serve as critical indicators for assessing the economic responsiveness of a location. Conversely, K-01, K-03, and K-04 were classified into the cause group, with weights of 0.073, 0.080, and 0.055 respectively, acting as initial drivers within the inter-criteria influence structure. The VIKOR results demonstrate that Alternative 3 is the best compromise solution, with a Q-value of 0.000 across all values of the parameter v, indicating high stability in terms of both group utility and individual regret. Alternative 2 ranked second, with its Q-value decreasing from 1.000 to 0.210, while the Q-value for Alternative 1 increased from 0.692 to 1.000. The sensitivity analysis revealed that only Alternative 3 possesses full stability against variations in criteria weights.
Actions (login required)
 |
View Item |