., Tugimin (2017) Pengembangan Critical Success Factor (Csf) Untuk Menunjang Kinerja Pejabat Pembuat Komitmen ( Ppk ) Dalam Pembangunan Jembatan Ketapang Di Banyuwangi. Masters thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
9114202404-Master_Theses.pdf - Published Version Download (18MB) | Preview |
Abstract
Jembatan Ketapang merupakan bagian Jalan Nasional yang menghubungkan antara Kabupaten Banyuwangi dengan Pelabuhan Tanjung Wangi. Tepatnya di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur KM. Surabaya 280+650, merupakan Jembatan penghubung yang sangat vital untuk akses kendaraan bermuatan berat pada tingkat lalu lintas minimum maupun maksimum yang akan masuk ke Pelabuhan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Konstruksi Jembatan Ketapang menggunakan Beton Pratekan (Balok Girder) dengan bentang 18,00 m dan konstruksi bangunan bawah sebagai pondasi menggunakan Sumuran diameter 3.00 m, tebal 12 cm,di dalamnya di isi beton mutu K-175. Dengan melihat pekerjaan yang sangat kompleks tersebut dan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, maka PPK bekerja ekstra keras serta hati-hati untuk memantau kinerja Kontraktor sebagai pelaksana dan Konsultan sebagai pengawas lapangan. Sehingga dalam pelaksanaan Pembangunan Jembatan Ketapang akan didapatkan hasil pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengantisipasi agar tidak terulang kembali terjadinya kegagalan-kegagalan pada proyek-proyek jembatan terdahulu, antara lain keterlambatan pelaksanaan, kelebihan pembayaran dan kegagalan-kegagalan lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan Critical Success Factor (CSF) untuk menunjang keberhasilan kinerja pelaksanaan tugas dan tanggung jawab PPK. Kajian literature digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi atas CSF. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Software Expert Choice untuk mengetahui nilai pembobotan . Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa nilai bobot faktor yang paling tinggi adalah tugas pokok dan wewenang PPK (0,709), disebabkan karena tanggung jawab PPK dimulai dari Perencanaan, proses Pengadaan Barang/Jasa, Pelaksanaan sampai dengan Penyerahan Pertama Proyek (PHO) bahkan sampai dengan Penyerahan Akh ir Proyek (FHO). Sedangkan tugas pokok dan wewenang konsultan (0,179). Tugas pokok dan wewenang kontraktor (0,113). karena kerja konsultan dan kontraktor hanya awal pelaksanaan sampai Penyerahan Pertama Proyek (PHO). Sedangkan sub faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek Jembatan Ketapang adalah kemampuan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Kemampuan Konsultan untuk membantu dan memberikan petunjuk kepada Kontraktor dalam perijinan. Kemampuan Kontraktor dalam membuat Berita Acara Penyerahan Pertama Proyek (PHO).
Ketapang
================================================================================================================================
Ketapang bridge is part of the National Road that connects between Banyuwangi with the Port of Tanjung Wangi. Precisely in Ketapang village, Kalipuro subdistrict, Banyuwangi Regency East Java Province KM. Surabaya 280 + 650, is a vital bridge link to access heavy laden vehicle at the level of the minimum and maximum traffic that will go to the Port of Ketapang-Gilimanuk crossing. Ketapang Bridge Construction using Prestressed Concrete (Beams Girder) with a span of 18.00 m and building construction down as the foundation using the wells are 3:00 m diameter, 12 cm thick, in which the contents of the quality of concrete K-175. By looking at a very complex job and the level of difficulty is very high, then the KDP to work extra hard and carefully to monitor the performance of contractors as implementers and consultants as a field supervisor. Thus, in the implementation of Ketapang Bridge construction work will get results as expected. To anticipate that does not reoccur occurrence of failures in projects bridge e arlier, among others of late delivery, overpayment and failures of others in the execution of the work, it is necessary to the development of Critical Success Factor (CSF) to support the successful performance of implementation of tasks and the responsibility of the KDP.Literature study is used to identify the factors that are relevant to get an idea of the perception of CSF. The method used to solve complex problems in this study using Analytical Hierarchy Process (AHP) and Expert Choice Software to determine the value of the weighting. In the end of the results of this study, the highest value factor of the main duties and authority of PPK (0.709), it caused by the responsibility of PPK starting from planning, process Procurement of Goods / Services, Implementation up to the First Project Handover (PHO) and even up to submission of Final Project Handover (FHO). While the basic tasks and authorize of Consultant (0.179). The principal tasks and authority of Contractors (0,113). because consultants and contractors just as the executor of the project and work until First Project Handover (PHO). While a dominant sub factor of the successful implementation of the project of Ketapang Bridge, is the ability of PPK for making Self-Estimated Price (HPS). Consultant ability to assist and provide guidance to the contractor in licensing. The ability of the Contractor in making news event of First Project Handover (PHO).
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Additional Information: | RTMT 658.312 5 Tug p-1 |
Uncontrolled Keywords: | CSF, PPK, Jembatan, Mutu, Rencana |
Subjects: | T Technology > T Technology (General) > T56.8 Project Management T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) |
Divisions: | 61101-Magister Management Technology |
Depositing User: | TUGIMAN - |
Date Deposited: | 25 Jan 2017 08:34 |
Last Modified: | 28 Feb 2024 01:50 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/3335 |
Actions (login required)
View Item |