Raharjo, Rahmat Yulianto (2018) Rancang Alat Pemanggil Ikan Elektric Berbasis Frekuensi Suara. Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
Rahmat Yulianto Raharjo_04211240000028.pdf - Accepted Version Download (1MB) | Preview |
Abstract
Nelayan berdasarkan UU No.45/2009 – Perikanan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan menurut Standar Statistik Perikanan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Nelayan sebagai pahlawan gizi makanan masyarakat dengan produk ikan dan biota laut lainnya kini semakin terpuruk. Hal ini dimulai dengan adanya dampak akibat maraknya nelayan nakal yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Padahal penggunakan alat tangkap yang tak ramah lingkungan sudah diatur dalam Peraturan Menteri No.2/PERMEN/KP/2015 salah satunya ialah alat tangkap jenis pukat hela dan pukat tarik yang dilarang oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Peraturan dari pemerintah nyatanya tidak direspon positif oleh para nelayan indonesia. Penulis memiliki solusi atas permasalahan diatas yaitu dengan merancang dan mengimplementasikan alat pemanggil ikan dengan penggunaan frekuensi suara yang didesain secara electric sistem on off sehingga menarik ikan untuk mendekati sumber suara. Hal ini adalah pengembangan dari teknologi yang dimiliki nelayan yakni teknik “jegul” yang memanfaatkan suara untuk menarik ikan berkerumun ke permukaan air laut. Juga mencari dan menemukan frekuensi suara yang disukai ikan yang mengacu pada jenis ikan yang diujicoba. Menurut Fadloli,Dkk ikan tertarik dengan putaran cahaya dari alat yang cepat terlihat seperti berkedip. Untuk suara ultrasonik setelah diuji dari frekuensi yang paling rendah yaitu 30 KHz sampai yang paling tinggi yaitu 50 KHz ternyata ikan lebih merespon dengan suara frekuensi 45 KHz. Menurut Kazoki Yamato ikan yang tertarik yakni pada besaran frekuensi suara rentan 200-500 Hz dan juga pengujian menggunakan dua sumber suara pada rentan frekuensi 200-1000 Hz. Sedangkan menurut Muhammad Syarif, ikan yang diujikan sebagai miniatur penelitian pemanggil ikan ialah ikan mujair. Ikan mujair menyukai rentan frekuensi suara pada 100-1000 Hz dengan ukuran (7-9 cm) dan persebarasnnya 60-75 ekor. Dengan setting dan pengujian pada dua lokasi, penulis mendapatkan hasil untuk jenis ikan mujair menyukai dan merespon suara dengan rentan frekuensi 350-750 Hz dan untuk jenis ikan hias lebih mudah memberikan respon dengan rentan suara 200-450Hz. =====================================================================================================
Fishermen based on Law No. 45/2009 - Fisheries are people whose livelihood is fishing. Fishermen according to the Standard of Fisheries Statistics are those who are actively engaged in work in other fishing operations / aquatic animals / aquatic plants. Fishermen as a community food nutrition hero with fish products and other marine biota is now getting worse. This began with the impact of rampant fishermen who use fishing tools are not environmentally friendly. Whereas utilization of environmentally unfriendly fishing gear has been regulated in Ministerial Regulation No.2 / PERMEN / KP / 2015 one of them is the fishing gear and the trawl drag which is prohibited by the Ministry of Marine Affairs and Fisheries of the Republic of Indonesia. Regulations from the government in fact not responded positively by the Indonesian fishermen. The author has a solution to the above problems that is by designing and implementing a fish-calling device with the use of sound frequency designed electrically on off system so as to attract fish to approach the sound source. This is the development of technology owned by fishermen that is the technique "jegul" that utilize sound to attract fish swarming to sea surface. Also look for and find the preferred sound frequency of fish that refers to the type of fish being tested. According to Fadloli, Dkk fish is attracted by the spin of light from a tool that quickly looks like blinking. For ultrasonic sound after tested from the lowest frequency of 30 KHz to the highest of 50 KHz turns out the fish responds with a 45 KHz frequency. According to Kazoki Yamato ,Dkk fish are interested in the frequency sound frequency susceptible 200-500 Hz and also testing using two sound sources on the frequency vulnerable 200-1000 Hz. Meanwhile, according to Muhammad Syarif, the fish that is tested as miniature research of fish caller is fish mujair. Mujjair fish prefer susceptible sound frequency at 100-1000 Hz with size (7-9 cm) and persebarasnnya 60-75 tail. With setting and testing at two locations, the authors get results for the mujair type of fish likes and responds to the sound with frequency susceptible 350-750 Hz and for ornamental fish species more easily respond with sound susceptible 200-450Hz
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Nelayan; Pemanggil Ikan; Electric; Jegul; Frekuensi; Ikan; Mujair. |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GC Oceanography Q Science > QA Mathematics > QA935 Vibration Q Science > QC Physics > QC221 Acoustics. Sound Q Science > QH Biology > QH426 Genetics Q Science > QL Zoology S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling > SH337.5 Fishing ports--Design and construction T Technology > TK Electrical engineering. Electronics Nuclear engineering > TK6564 Radio transmitter-receivers T Technology > TK Electrical engineering. Electronics Nuclear engineering > TK7871.674 Detectors. Sensors V Naval Science > VM431 Fishing boats |
Divisions: | Faculty of Marine Technology (MARTECH) > Marine Engineering > 36202-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Rahmat Yulianto Raharjo |
Date Deposited: | 02 Aug 2021 22:08 |
Last Modified: | 02 Aug 2021 22:08 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/57813 |
Actions (login required)
View Item |