Aprita, Tisha and Putra, Aldistra Rosa (2019) Pra Desain Pabrik Tepung Karaginan Dari Rumput Laut Dengan Metode Semi-Refined Carrageenan. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
02211540000125-Undergraduate_Theses.pdf Download (3MB) | Preview |
Abstract
Indonesia merupakan negara maritim yaitu negara dengan luas perairan yang lebih luas daripada luas daratan. Potensi perairan yang besar ini telah dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Rumput laut jenis Eucheuma Cottonii merupakan rumput laut yang mempunyai peluang pasar cukup potensial di Indonesia. Eucheuma Cottonii dikelompokkan dalam ganggang merah (Rhodophyceae) sebagai rumput laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang demikian tinggi, sekitar 62-68% berat keringnya. Karaginan memiliki kegunaan yang sangat banyak baik dalam industri pangan maupun non pangan. Pada industri pangan karaginan digunakan untuk zat penstabil pada es krim, zat pengental pada sauces, zat pengemulsi air dan minyak, pembuatan jelly, dan lain-lain. Pada industri non pangan karaginan digunakan untuk zat penstabil pada keramik, bahan pangan hewan, zat pengemulsi pada cat, zat pengemulsi pada kosmetik dan lain-lain. Industri karaginan mempunyai prospek yang banyak dalam kebutuhan manusia sehari-hari tetapi produksi karaginan di Indonesia masih sedikit. Ini dibuktikan dengan rendahnya nilai ekspor rumput laut di mana Indonesia hanya menempati posisi ke-7 dalam segi harga. Padahal Indonesia merupakan penghasil rumput laut terbanyak di dunia. Untuk itu, pabrik karaginan ini dibuat untuk meningkatkan nilai ekspor dari olahan rumput laut sehingga produksi rumput laut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karaginan merupakan polisakarida yang linier atau lurus dan merupakan molekul galaktan dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karaginan merupakan hasil ekstraksi rumput laut dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu kelas Rhodophyceae (alga merah). Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium dan kalsium sulfat. Karaginan merupakan molekul besar yang terdiri dari lebih 1.000 residu galaktosa. Karaginan dibagi atas tiga kelompok utama yaitu :kappa, iota, dan lambda karaginan yang memiliki struktur yang jelas. Kappa karaginan merupakan merupakan jenis karaginan yang terdapat di dalam rumput laut jenis Eucheuma Cottonii. Jenis karaginan ini lebih banyak diproduksi daripada jenis karaginan yang lain karena proses pembuatannya lebih mudah. Kappa karaginan tersusun dari (1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan (1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. Kappa karaginan juga mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat dapat menurunkan daya gelasi dari karaginan. tetapi dengan pemberian alkali menyebabkan terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat yang menghasilkan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno,1996). Terdapat dua metode yang berbeda untuk menghasilkan jenis karaginan yang berbeda juga. Metode tersebut adalah Refined Carrageenan dan Semi-Refined Carrageenan. Refined Carrageenan adalah jenis karaginan yang sudah murni tanpa ada selulosa. Sedangkan Semi-Refined Carrageenan adalah jenis karaginan masih belum murni ( terdapat selulosa ) tetapi sudah dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Metode yang digunakan dalam pabrik ini adalah Semi-Refined Carrageenan karena proses pembuatannya cepat dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Dilakukan proses yang berurutan yang terbagi menjadi tiga unit proses, yaitu Unit Pre-treatment, Unit Perebusan dalam Alkali, dan Unit Pengolahan Lanjut. Unit Pre-treatment merupakan tempat penampung sementara rumput laut dan proses pretreatment rumput laut sebelum dilakukan proses ekstraksi. Rumput laut kering yang dikirim oleh petani rumput laut, disimpan dalam gudang yang bersih dan tidak lembab. Proses pre-treatment adalah pencucian untuk menghilangkan kotoran pada rumput laut dan pemotong untuk memperkecil ukuran rumput laut. Unit Perebusan dalam Alkali bertujuan untuk mendapatkan karaginan yang terkandung pada rumput laut dengan menggunakan larutan basa yaitu larutan KOH 12% dengan volume air 20 kali berat rumput laut. Rumput laut tersebut dipanaskan pada suhu 900C selama 2 jam. Suasana alkali dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa KOH. Penggunaan alkali mempunyai dua fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna dan mempercepat eliminasi 6-sulfat dari unit monomer menjadi 3.6-anhidro-D-Galaktosa sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel dan reaktivitas produk terhadap protein (Towle, 1973). Hasil ekstraksi dicuci terlebih dahulu agar pH dari larutan karaginan turun menjadi 8-10 karena karaginan akan membentuk gel dan mempunyai rendemen yang tinggi pada pH tersebut. Selain untuk penurunan pH, pencucian dilakukan untuk menghilangkan zat-zat pengotor setelah ekstraksi. Pencucian dilakukan 2 kali untuk menghasilkan rendemen dan kekuatan gel yang baik. Filtrasi dilakukan untuk memisahkan filtrat dan cake. Larutan filtrasi harus dalam keadaan benar-benar panas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pembentukan gel bila filtrat dalam keadaan dingin. Filtrat yang sudah lolos kemudian ditekan menggunakan Hidrolik Press. Pengepresan bertujuan untuk menghilangkan kandungan air dan mempermudah pembentukan tepung dari karaginan. Sebelum ditekan, karaginan harus dibungkus terlebih dahulu. Serat-serat karaginan kemudian dikeringkan dengan Tray Dryer pada suhu operasi 110oC untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam karaginan. Proses penepungan karaginan dilakukan dengan menggunakan alat Ball mill. Alat ini berfungsi untuk menghaluskan karaginan menjadi bubuk sampai ukurannya 80 mesh dan disaring dengan Vibrating Screen untuk menyamakan ukuran partikel karaginan. Proses terakhir adalah penyimpanan karaginan di dalam Gudang penyimpanan karaginan. Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan produksi rumput laut terbesar di Indonesia. Tetapi kondisi Sulawesi Selatan saat ini kurang tepat untuk dijadikan Kawasan industri karena bencana alam yang baru saja terjadi. Untuk itu pabrik ini didirikan di kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Timur karena daerah ini merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua di Indonesia. Selain itu, daerah ini dekat dengan laut sehingga proses penerimaan bahan baku dapat dilakukan lebih cepat dan efisien. Melihat potensi ketersediaan bahan baku yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan budidaya rumput laut yang mudah dilakukan, maka Pabrik Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii akan direncanakan didirikan pada Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Timur. Dengan asumsi telah dilakukan perjanjian dengan vendor dan kontraktor bahwa peralatan dibeli pada tahun 2019 dengan menggunakan kurs mata uang saat kontrak ditandatangani. Instalasi peralatan dilakukan pada pertengahan tahun 2020 dan pabrik mulai beroperasi pada awal tahun 2022. Maka didapatkan.
1. Total modal investasi (total capital investment) Rp 91.654.439.404
2. Total biaya produksi (total production cost) Rp 107.186.214.050
3. Hasil penjualan per tahun Rp 154.001.232.000,00
4. Internal rate of return sebesar 21,81%
5. Pay out time selama 3,8 tahun
6. Break Event Point sebesar 41%
Dari uraian diatas, pabrik ini layak untuk didirikan dari segi teknis dan ekonomis.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | RSK 664.06 Apr p-1 2019 |
Uncontrolled Keywords: | Filtrasi, Karaginan, kappa, iota, lambda, Rumput Laut Eucheuma Cottonii, desain, pabrik, tepung karaginan, rumput laut, metode semi-refined carrgeenan |
Subjects: | Q Science Q Science > QD Chemistry Q Science > QD Chemistry > QD63 Extraction |
Divisions: | Faculty of Industrial Technology > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Aldistra Rosa Putra |
Date Deposited: | 22 Mar 2024 04:16 |
Last Modified: | 22 Mar 2024 04:16 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/64432 |
Actions (login required)
View Item |