Maulana, Alam (2019) Alternatif Perencanaan Timbunan dan Perbaikan Tanah Dasar pada Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (STA 12+434 s/d STA 12+684). Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
03111745000002-Undergraduate_Theses.pdf Download (22MB) | Preview |
Abstract
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur pada triwulan III 2017 mencapai 5,21%. Hal ini tidak terlepas dari dua kota industri penting di Jawa Timur yakni Sidoarjo dan Gresik. Laju pertumbuhan ekonomi yang besar mengakibatkan kedua kota tersebut perlu akses jalan yang cepat dan saling terintegerasi. Pemerintah sudah merencanakan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) sepanjang 38,29 km sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan serta mempermudah akses kedua kawasan industri tersebut.
Pada seksi II pengerjaan tol tersebut, tepatnya pada STA 12+434 s/d STA 12+684 akan dibangun jembatan yang melewati jalan raya yang menghubungkan Desa Katimoho barat dengan timur. Pada awalnya oprit jembatan direncanakan menggunakan pile slab dikarenakan kedalaman tanah lunak yang mencapai 14 meter. Tanah lunak yang relatif dalam dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan tidak seragam yang besar dan dapat menganggu pengerjaan proyek jalan tol KLBM ini. Namun penggunaan pile slab dirasa kurang efektif mengingat harganya yang sangat mahal. Oleh sebab itu perlu direncanakan alternatif timbunan yang murah, aman terhadap longsor, dan penurunan tidak seragam yang dapat dikendalikan.
Pada penulisan tugas akhir ini akan memodifikasi desain awal oprit jembatan yang awalnya dengan konstruksi pile slab, dirubah menjadi timbunan tanah atau EPS geofoam. Pemilihan material timbunan tanah ditinjau dari segi ekonomi dan ketersediaan material dilapangan. Namun penggunaan timbunan tanah dapat mengakibatkan penurunan tanah dasar akibat beban timbunan yang relatif berat. Untuk mengendalikan penurunan yang terjadi pada tanah dasar, maka pada timbunan tanah digunakan prefabricated vertical drain (PVD) untuk mempercepat penurunan yang terjadi. Dalam perencanaan timbunan tanah juga akan digunakan perkuatan berupa geotextile dan encapsulated stone column (ESC). Sedangkan untuk timbunan EPS geofoam dipilih karena material tersebut lebih ringan daripada tanah ("±" 1% berat tanah), berat jenis yang ringan dapat mengurangi penurunan tanah dasar yang terjadi sehingga tidak memerlukan tambahan perkuatan.
Hasil dari perencanaan dan perhitungan biaya didapatkan alternatif yang paling efisien adalah menggunakan timbunan tanah dengan pemasangan PVD pola segitiga jarak 1,1 meter dan perkuatan timbunan berupa geotextile dengan kuat tarik 120 kN. Harga yang diperlukan untuk alternatif timbunan dan perbaikan tanah dasar tersebut sebesar 12,088 milyar rupiah.
==============================================================================================================================
East Java is one of the largest provinces in Indonesia. It is shown by the rate of economic growth of East Java in the third quarter of 2017 reaching 5,21%. This is inseparable from two important industrial cities in East Java, Sidoarjo and Gresik. The rapid rate of economic growth resulted in the two cities needing interconnected road access. The government has planned a 38,29 km Krian-Legundi-Bunder-Manyar toll road as a solution to reduce traffic jam and facilitate access to both industrial estates.
In section II of the toll road construction, at STA 12+434 up to STA 12+684 a bridge will be built that crosses the highway that connects Katimoho village. The approach bridge was planned to use pile slab due to the soft soil depth reaching 14 meters. Soft soil relatively deep is feared to differential settlement and could disrupt the construction of the KLBM toll road. However, use of pile slabs is considered to be less effective because the price is very expensive. Therefore, it is necessary to plan alternative embankments low cost, safe to sliding, and differential settlement can be controlled.
In this final assignment, the author will modify the initial design of the approach bridge which was initially constructed by the pile slab, converted into soil embankment or geofoam EPS. The selection of soil embankment material in terms of economy and availability of material in the field. However, the use of embankment can result a settlement in subgrade due to the relatively heavy load of embankment. To control the settlement that occurs in subgrade, prefabricated vertical drain (PVD) is used to accelerate the settlement. In the design of soil embankment, a geotextile and encapsulated stone column (ESC) will also be used. Whereas for geofoam EPS embankment are chosen because the material is lighter that the soil ("±" 1% of the weight of the soil), a light density can reduce the subgrade degradation that occurs so that it does not require additional reinforcement.
The results of the design and calculation of costs obtained the most efficient alternative was to use landfill with the installation of PVD triangular patterns of 1,1 meters distance and reinforcement of embankments in the form of geotextile with tensile strength of 120 kN. The cost needed for alternative embankments and repairs to the subgrade is 12,088 billion rupiah.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | RSS 625.7 Mau a-1 2019 |
Uncontrolled Keywords: | Pile slab, EPS geofoam, PVD, Geotextile, Encapsulated stone column, KLBM. |
Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA455.S6 Soil (Materials of engineering and construction) T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA749 Soil stabilization |
Divisions: | Faculty of Civil, Environmental, and Geo Engineering > Civil Engineering > 22201-(S1) Undergraduate Theses |
Depositing User: | Alam Maulana |
Date Deposited: | 09 Jul 2024 02:41 |
Last Modified: | 09 Jul 2024 02:41 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/64636 |
Actions (login required)
View Item |