STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON PRATEKAN ANTARA SISTEM JEMBATAN KONVENSIONAL DENGAN JEMBATAN INTEGRAL PADA BERBAGAI VARIASI BENTANG

Nurrizki, Yusak (2020) STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON PRATEKAN ANTARA SISTEM JEMBATAN KONVENSIONAL DENGAN JEMBATAN INTEGRAL PADA BERBAGAI VARIASI BENTANG. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[thumbnail of 03111640000105-Undergraduate_Thesis.pdf]
Preview
Text
03111640000105-Undergraduate_Thesis.pdf

Download (9MB) | Preview

Abstract

Sebagian besar pembangunan jembatan di Indonesia, khususnya pada ruas jalan Kabupaten dan Kota menggunakan jenis simple beam (sistem jembatan diatas dua tumpuan). Pada struktur jembatan dengan menggunakan simple beam pada umumnya terdapat siar muai (expantion joint) dan celah (dilatasi) antara struktur bangunan atas dan bangunan bawah. Akibatnya, apabila tidak dilakukan perawatan jembatan dengan baik dapat menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan yang mengakibatkan mahalnya biaya perawatan. Untuk menghindari hal tersebut di gunakanlah sistem jembatan tanpa expantion joint dan bearing pads yang disebut jembatan integral. Di Indonesia jembatan integral tidak sepopuler dari jembatan simple beam. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah masih minimnya penelitian tentang struktur jembatan integral di Indonesia.
Pada tugas akhir kali ini dilakukan analisis perbandingan perencanaan, volume penulangan balok, lendutan, tegangan penampang dan kehilangan gaya prategang dari struktur utama bangunan atas jembatan gelagar beton prategang pada sistem jembatan konvensional dan jembatan integral untuk bentang 20 m, 30 m, dan 40 m. Jembatan integral dimodelkan menggunakan SAP2000 dengan model tiga dimensi.
Dari hasil perencanaan dan analisis yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan perbandingan efisiensi struktur atas untuk jembatan bentang 20 m, sistem struktur integral unggul dalam hal lendutan yang lebih kecil dan tidak adanya expansion joint, sedangkan pada sistem konvensional unggul dalam hal kemudahan perencanaan, beban tambahan yang mampu dipikul lebih lebih besar, persentase kehilangan lebih kecil, dan volume penulangan balok girder lebih sedikit. Untuk jembatan bentang 30 m, sistem struktur integral unggul dalam hal lendutan yang lebih kecil, volume penulangan balok girder yang lebih sedikit, dan tidak adanya expansion joint, sedangkan pada sistem konvensional unggul dalam hal kemudahan perencanaan, beban tambahan yang mampu dipikul lebih besar, dan persentase kehilangan lebih kecil. Untuk jembatan bentang 40 m, sistem struktur integral unggul dalam hal lendutan yang lebih kecil, kebutuhan luasan tendon yang lebih kecil, volume penulangan balok girder yang lebih sedikit, beban tambahan yang mampu dipikul lebih besar, dan tidak adanya expansion joint, sedangkan sistem pada sistem konvensional unggul dalam hal kemudahan perencanaan dan persentase kehilangan yang lebih kecil.
============================================================

Most of the bridge constructions in Indonesia, especially for the district road and the city road segment, use simple beam bridge (bridge system with two simple supports). Simple beam bridge structure usually has expansion joint and dilatation between the superstructure and substructure. As a result, if there is no good maintenance for the bridge, it can cause some damages and it will take more cost for the maintenance. To avoid, bridge system with no expansion joint and bearing pads can be used. That system usually known as integral bridge. In Indonesia, integral bridge is not as popular as simple beam bridge. One of the factors why it’s not popular is because there is lack of research about the integral bridge structure in Indonesia.
In this undergraduate thesis, there are comparison study analysis of beam reinforcement volumee, deflection, cross section stress, and pre-stress force loss for the pre-stress concrete girder bridge over the conventional bridge and the integral bridge at 20 m, 30 m, and 40 m span. Integral bridge designed with SAP2000 (3D Model).
From design and analysis, it can be concluded that the superstructure efficiency comparison for the 20 m span bridge: integral structure system has less deflection and no sign of expansion joint, meanwhile the conventional system is more superior in case of the ease of planning, more extra load that can be carried, less percentage of loss, and less bridge girder’s reinforcement volume. For the 30 m span bridge: integral structure system is more superior in case of less deflection, less bridge girder’s reinforcement volume, and no sign of expansion joint, meanwhile the conventional system is more superior in case of the ease of planning, more extra load that can be carried, and less percentage of loss. For the 40 m span bridge: integral structure system is more superior in case of less deflection, less need for tendon area, less bridge girder’s reinforcement volume, more extra load that can be carried, and no sign of expansion joint, meanwhile the conventional system is more superior in case of the ease of planning and less percentage of loss.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Jembatan konvensional, simple beam, Jembatan integral, Analisis Perbandingan, Conventional bridge, simple beam, integral bridge, comparison study
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) > TA645 Structural analysis (Engineering)
T Technology > TG Bridge engineering
Divisions: Faculty of Civil Engineering and Planning > Civil Engineering > 22201-(S1) Undergraduate Thesis
Depositing User: Yusak Nurrizki
Date Deposited: 10 Aug 2020 05:57
Last Modified: 31 May 2023 01:06
URI: http://repository.its.ac.id/id/eprint/77344

Actions (login required)

View Item View Item