Indrawan, Mokhamad Bagus (2020) Studi Kinerja Runway 3 dan Pengaruh Adanya Crossing Taxiway Terhadap Kapasitas Runway 2 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Other thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Preview |
Text
03111640000017-Undergraduated_Thesis.pdf Download (4MB) | Preview |
Abstract
Salah satu bandara dengan penerbangan terpadat yang ada di Indonesia adalah Bandara Soekarno-Hatta yang berada di Tangerang, Banten. Adanya peningkatan jumlah penumpang mengakibatkan pergerakan pesawat juga semakin meningkat sehingga diperlukan kapasitas runway yang lebih besar untuk menghindari tundaan pergerakan yang dapat terjadi.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta membangun runway baru sebagai runway ke-3 dari dua runway paralel yang sudah ada. Menurut PT. Angkasa Pura II adanya runway ke-3 dapat meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat sebanyak 114 hingga 120 pergerakan setiap jam. Dibangun juga East Cross Taxiway berada di sebelah sisi timur bandara untuk meningkatkan kapasitas runway menjadi lebih dari 86 pergerakan setiap jamnya. Tugas akhir ini mencoba untuk mengetahui apakah kapasitas dari runway ke-3 yang direncanakan dan baru beroperasi dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
Runway 3 baru Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki panjang runway sebesar 3000 x 60 meter dengan arah runway 06 – 24. Dari hasil pengukuran didapatkan lebar taxiway ± 30 meter dengan 3 buah exit taxiway dengan sudut 30° dan 1 exit taxiway dengan sudut 90°. Dari analisis sisi udara runway 3 pada Tugas Akhir ini didapatkan panjang runway 3200 meter dengan lebar 45 meter dengan pesawat terbesar Boeing 747-400, sedangkan lebar taxiway sebesar 25 meter. Untuk analisis arah runway sama dengan arah eksisting yaitu 06 – 24 dengan usability factor 98% - 99%.
Berdasarkan hasil perhitungan simulasi didapatkan kapasitas pergerakan pada runway 2 sebesar 42 pergerakan dan 43 pergerakan pada runway 3. Namun, runway 2 dan 3 tidak dapat digunakan secara bersamaan (simultan) untuk take off dan landing dikarenakan jarak pemisah antara dua runway terlalu dekat sebesar 500 meter. Adanya crossing taxiway mengakibatkan pergerakan di runway 3 harus melewati runway aktif 2, sehingga perlu dilakukan pengaturan jadwal. Dengan menggunakan prinsip Air Traffic Separation (ATS), didapatkan kapasitas sebesar 59 pergerakan dengan 30 pergerakan pada runway 2 dan 29 pergerakan pada runway 3. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kapasitas dari kedua runway menurun dan penambahan runway 3 hanya meningkatkan operasi penerbangan sebanyak 17 pergerakan dibandingkan dengan sebelum adanya penambahan runway 3.
========================================================================================================================
One of the airports with the busiest flight in Indonesia is Soekarno-Hatta Airport, located in Tangerang, Banten. The increase in the number of passengers affected in the increase in aircraft movement, so that a larger runway capacity was needed to avoid movement delays that could occur
Soekarno-Hatta International Airport built a new runway as the 3rd runway of two existing parallel runways. According to PT. Angkasa Pura II, the presence of the 3rd runway can increase aircraft movement capacity by 114 to 120 movements per hour. Also built East Cross Taxiway on the east side of the airport to increase runway capacity to more than 86 movements per hour.
The new Runway 3 of Soekarno-Hatta International Airport has a runway length of 3000 x 60 meters in the runway direction 06-24. From the measurement results obtained ± 30 meters taxiway width with 3 exit taxiways with an angle of 30 ° and 1 exit taxiway with an angle of 90 °. From the airside analysis of runway 3 in this Final Project, the runway length is 3200 meters with a width of 45 meters with the largest aircraft of the Boeing 747-400, while the taxiway width is 25 meters. The runway direction analysis is the same as the existing direction which is 06-24 with usability factor 98% - 99%.
Based on the simulation calculation results, the movement capacity on runway 2 in 42 movements and 43 movements on runway 3. However, runway 2 and 3 cannot be used simultaneously for take-off and landing because the separation distance between the two runways is too close by 500 meters. The presence of a crossing taxiway results in movement on runway 3 must pass through active runway 2, so it is necessary to set a schedule. By using the principle of Air Traffic Separation (ATS), a capacity of 59 movements is obtained with 30 movements on runway 2 and 29 movements on runway 3. From these results, it can be concluded that the capacity of both runways decreases and the addition of runway 3 only increases flight operations by 17 movements compared with before the addition of runway 3.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Crossing Taxiway, Kapasitas Runway, Parallel Runway, Simulasi,Crossing Taxiway, Runway Capacity, Parallel Runway, Simulation |
Subjects: | T Technology > TE Highway engineering. Roads and pavements > TE7.H5 Airports--Planning. Airport terminals--Planning |
Divisions: | Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (CIVPLAN) > Civil Engineering > 22201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Mokhamad Bagus Indrawan |
Date Deposited: | 19 Aug 2020 08:44 |
Last Modified: | 04 Jun 2023 13:35 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/79295 |
Actions (login required)
View Item |